Peresmian Injeksi Bauksit Perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia, di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat, 24 September 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 September 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 834 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Injeksi Bauksit Perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia, 24 September 2024

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom.

Yang saya hormati Menteri BUMN, Menteri Investasi, pimpinan Komisi VII DPR RI;
Yang saya hormati Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Bupati Mempawah;
Yang saya hormati Direktur Utama dan Komisaris Utama MIND ID Pak Hendi, Pak Fuad Bawazier;
Direktur Utama dan Komisaris Inalum serta PT Antam;
Bapak-Ibu sekalian, hadirin dan undangan yang berbahagia.

Kita ini sudah mengekspor bahan-bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu. Sejak zaman VOC kita ekspor bahan-bahan mentah kita, yang dulu banyak adalah rempah-rempah. Dan negara yang mengimpor bahan-bahan mentah kita semuanya menjadi negara maju. Kita yang memiliki sumber daya alam, ekspor hanya bahan mentah, tidak bisa berkembang menjadi negara maju.

Dan negara-negara maju, betul-betul sudah kecanduan terhadap impor bahan-bahan mentah kita. Sehingga saat kita ingin hilirisasi pasti diganggu, pasti mereka tidak rela, pasti mereka tidak mau. Untungnya ada geopolitik global, ada COVID-19, ada resesi ekonomi, sehingga negara-negara maju sibuk dengan masalah-masalah yang mereka miliki, sibuk dengan problem-problem menyelesaikan problem-program yang mereka miliki dan melupakan kita.

Inilah kesempatan kita untuk membangun industri, untuk membangun smelter dari mineral-mineral yang kita miliki dan tidak ada yang mengganggu. Meskipun, saat kita empat tahun yang lalu kita setop nikel, Uni Eropa membawa kita ke WTO. Tapi setelah itu enggak ada. Bauksit kita setop enggak ada yang komplain, enggak ada yang gugat. Tembaga kita setop juga enggak ada yang menggugat kita. Karena memang mereka sibuk dengan masalah-masalah yang mereka hadapi.

Oleh sebab itu, pembangunan smelter PT Borneo Alumina Indonesia ini, yang merupakan kerja sama antara PT Inalum dan PT Antam, hari ini kita lihat betul-betul telah kejadian dan selesai untuk fase pertamanya.

Pembangunan smelter ini merupakan usaha kita untuk menyongsong Indonesia menjadi negara industri, mengolah sumber daya alam kita sendiri, dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah. Setop mengekspor bahan-bahan mentah, olah sendiri, karena nilai tambahnya akan diperoleh masyarakat, negara. Dan itu kelihatan sekali lompatan nilai tambah itu kelihatan sekali angka-angkanya.

Saya berikan contoh untuk nikel. Nikel sebelum tahun 2020, kira-kira hampir ekspor kita mentahan itu USD1,4 [billion] sampai USD2 billion, artinya kurang lebih berapa itu, Rp20an triliun. Begitu kita setop tahun kemarin, USD34,8 billion, artinya hampir Rp600 triliun nilai tambah menjadi kita miliki sendiri.

Dan kita tahu kebutuhan aluminium di dalam negeri saat ini 1,2 juta ton, 56 persennya kita impor. Kita punya bahan bakunya, kita punya raw material-nya, tapi 56 [persen] aluminium kita impor. Oleh sebab itu, setelah ini selesai berproduksi, impor yang 56 persen ini bisa kita setop, enggak impor lagi, kita produksi sendiri di dalam negeri, dan kita tidak kehilangan devisa. Karena dari sini, kita harus keluar devisa kira-kira USD3,5 billion setiap tahunnya. Angka yang besar sekali, Rp50 triliun lebih devisa kita hilang gara-gara kita impor aluminium.

Dan saya senang sekali ekosistem dari hulu sampai hilir untuk industri aluminium ini yang terintegrasi, betul-betul telah selesai untuk fase pertamanya, dari bahan baku, dari Tayan ditarik ke sini. Di sini jadi alumina, kemudian dikirim lewat pelabuhan Kijing ke Kuala Tanjung untuk diolah lagi di PT Inalum. Dan kita harapkan dengan investasi sebesar Rp16 triliun kita betul-betul akan memulai babak-babak baru Indonesia sebagai negara industri.

Dan juga tadi sudah disinggung oleh Pak Menteri BUMN, bahwa kemarin kita juga telah memulai untuk produksi tembaga, smelter tembaga di Sumbawa PT Amman senilai Rp21 triliun. Kemudian yang kedua, sorenya, kita juga membuka lagi yang PT Freeport dengan nilai investasi Rp56 triliun. Sekarang kita buka lagi untuk fase pertama dengan nilai investasi Rp16 triliun.

Inilah perjuangan yang tidak mudah. Saya tahu di sini juga sempat terganggu, tapi dengan semangat dan visi yang kuat, hari ini bisa kita selesaikan. Dan ini akan merupakan jejak-jejak industrialisasi, dimulainya industrialisasi di negara kita Indonesia.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini saya resmikan Injeksi Bauksit Perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru