Peresmian Pembukaan Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) dan Parade Merek Lokal Indonesia Tahun 2019, 15 Agustus 2019, di The Hall Senayan City, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Para Menteri, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya sangat senang sekali hadir di sore hari ini. Yang pertama, karena yang ditampilkan adalah merek-merek lokal, brand-brand lokal. Saya sebetulnya sudah lama menunggu acara seperti ini. Kita tahu pasar Indonesia ini gede sekali, pasar kita ini besar sekali, jangan sampai pasar yang ada yang besar ini dikuasai oleh merek-merek luar. Jangan sampai! Saya titip ini. Tugas Bapak,-Ibu sekalian adalah mengisi pasar-pasar yang ada sehingga barang luar mau masuk sudah penuh.
Siap?
Siap?
Apa, mau kosmetik ada Mustika Ratu, ada Sari Ayu. Ada apa lagi? Wardah. Ada. Jangan sampai mal-mal kita itu diisi oleh yang lain. Jangan. Saya titip kepada pemilik-pemilik mal, saya tahu ini banyak yang hadir pemilik-pemilik mal, tahu, tolong ruang-ruang yang strategis berikan kepada merek-merek lokal, brand-brand lokal. Ini strategi. Ini pemilik-pemilik mal banyak saya lihat banyak-banyak, saya lihat banyak.
Jangan hanya datang ke sini tapi ruangnya, outlet-nya diberikan kepada brand-brand asing untuk menarik agar datang pembeli. Saudara-saudara bertanggung jawab itu. Ini musimnya musim, kita enggak mau proteksi, kita terbuka, pasar kita terbuka, kita tidak mau protectionism, enggak mau, tapi ini musimnya perang dagang, mestinya ada strategi dari mal-mal untuk membantu pemerintah agar impor tidak membanjiri, barang-barang impor tidak membanjiri Indonesia. Pasar besar seperti ini kok dibiarin kosong, diisi orang lain. Jangan dong. Jadi saya titip, pasar dalam negeri jangan sampai ada yang kosong sehingga produk dari luar itu mengisi. Hati-hati ini.
Saya senang banyak produk kita yang sudah ekspor. Tadi ada bu Anne, Pan Brothers, mana tadi? Urusannya ekspor terus. Betul, benar tapi lokal pun tolong juga diisi.
Ada Mayora di sini? Ada? Barangnya itu ngisi hampir lebih dari enam puluh persen produk yang namanya kopi apa ya merknya? Permennya kopiko, kopinya torabika, betul. Itu masuk Filipina menguasai lebih dari enam puluh persen. Itu benar tapi juga jangan dibiarkan pasar lokal dikuasai oleh produk yang dari luar. Hati-hati, hati-hati sekali lagi. Karena neraca perdagangan kita masih defisit, juga defisit transaksi berjalan kita masih gede. Kalau kita senangnya barang-barang impor, impar-impor, impar-impor, terutama ibu-ibu senangnya kalau sudah pegang brand luar, senang banget. Ini, ini, ini, apa ini, tas, sepatu. Apa gitu lho? Kita bisa buat yang bagus-bagus juga banyak. Apa? Saya sebetulnya mau nyebutin merek-mereknya hafal saya juga, tapi nanti ada Pak Dubes enggak enak.
Jadi sekali lagi, tolong kita mulai kecintaan kita terhadap produk-produk kita sendiri, terhadap produk-produk dalam negeri. Apa sih, masalah baju? Desainer kita jago-jago. Barang-barang kita ini di Vietnam laku keras. Tadi Pak Budi saya kroscek benar, “Ya, betul Pak.” Karena desainnya bagus, kemasannya juga sudah bagus. Sepatu, sepatu kalau saya yang resmi biasanya pakai Buccheri, betul. Tapi kalau yang ini bukan Buccheri ini, ini dari NAH Bandung. Harga gimana? Dipakai enak, pakai lari juga ringan, harganya Rp415.000, ini. Tapi enggak tahu katanya setelah saya pakai harganya jadi Rp800.000. Ini.
Jadi tugas, untuk HIPPINDO saya beri tugas, tapi tugasnya besar Pak Budi, ada tugas besar nanti. Yang pertama, tolong dengan kerja sama dengan pemilik-pemilik mal, carikan tempat-tempat yang strategis untuk brand-brand kita. Misalnya makan, resto makanan Sari Ratu taruh di depan. Apalagi? Yang J.CO tadi taruh di depan. Jangan dibalik-balik. Kalau sudah mau minum kopi kok yang ditaruh di depan mesti itu. Saya enggak usah sebut Saudara-saudara sudah tahu semuanya. Emang kopi kita kurang enak? Coba datang ke Tuku Coffee. Datang ke apalagi? Kenangan betul. Datang ke mana apalagi? Saya itu nyoba kebanyakan jadi lupa malah. Saya sering nyoba, diberitahu, “Pak, Bapak datang ke sana.” Saya datang, saya coba. “Pak datang,” saya coba. Apa bedanya? Enggak ada bedanya. Yang jelas harganya separuh atau sepertiga. Apalagi? Ya itu tugas di dalam negerinya itu Pak Budi, bisik-bisik sama pemilik mal. Kalau pemilik malnya sulit-sulit, omong saya.
Ya produsen ini, produsennya harus kita, produksi dalam negeri, produsen yang kita produksi, beri dong tempat yang paling baik. Jangan kebalik-balik. Di Australia seperti itu, di Australia itu cara mainnya seperti itu, yang produk-produk dalam negeri taruh di paling depan kalau ada mal. Kenapa kita enggak tiru strategi-strategi yang bagus seperti itu?
Oke, sekarang satu tadi. Yang kedua, tugasnya ini nanti kita akan bicara secara lebih detail bagaimana produk kita yang packaging-nya sudah baik, yang brand-nya sudah bagus, yang kualitasnya sudah bagus lakukan seleksi, lakukan quality control. Bawa, merek-merek ini kita bawa bareng-bareng ke luar. Nanti pemerintah akan membantu menyiapkan, enggak tahu nanti ada anggaran marketing, anggaran pemasaran yang bisa di-cover dari anggaran pemerintah. Bisa saja misalnya cari mal yang sangat strategis, misalnya di Kuala Lumpur, di Singapura, di Hong Kong, di Manila, atau di Vietnam. Cari mal yang tempatnya strategis, kuasai separuhnya, isi merek-merek kita. Pemerintah akan bantu.
Saya sedih kadang-kadang datang ke negara, negara, negara, negara, banyak restoran Thailand tetapi restoran Indonesia tidak ada. Ini membangun sebuah brand negara ya ini. Mestinya kayak Sari Ratu itu ada di mana-mana. Yang saya tahu baru di Singapura sama di Kuala Lumpur, di Malaysia. Ada yang lain Pak?
Ini lho, tolong ini ditata, tugas yang kedua itu. Cari mal, tempat-tempat strategis, enggak tahu nanti biayanya dengan pemerintah bagi-baginya seperti apa kita bicara itu teknis tapi pekerjaan itu adalah pekerjaan besar. Sehingga produk-produk kita ini kita bawa masuk ke negara lain lewat cara-cara itu sehingga yang kecil-kecil semuanya terangkut semuanya.
Pakaian-pakaian hijab kita kenapa (enggak) sewa mal di Dubai, di Abu Dhabi, atau di Arab. Masuk semuanya ke sana yang berkaitan dengan fashion muslim, kenapa tidak. Tapi yang tahu seperti itu adalah pelaku-pelaku, seperti HIPPINDO ini. Enggak mungkin yang namanya pemerintah, lupakan, birokrasi kita lupakan, enggak mungkin bisa melakukan itu karena itu mesti ada feeling bisnis yang kuat, yang disewa yang di sebelah mana.
Itu tugas berat, dua. Tapi nanti secara teknis kita akan ketemu. Saya sudah punya bayangan apa yang kita lakukan, saya sudah punya bayangan, sudah. Kerja sama pemerintah-swasta ini jangan sampai putus.
Yang ketiga, ada yang sepatunya ukuran 43 enggak? Yang laki-laki. Ada? Kok terus banyak, enggak jadi. Enggak, tadi saya sebetulnya mau salah satu itu mau saya suruh maju, kemudian saya kirim… Bukan sepeda, saya akan saya beri sepatu gitu tapi sepatu yang sudah saya pakai. Mau semuanya. Ya enggak jadi, enggak jadi.
Tadi ada juga yang bisik-bisik, katanya, “Pak, Bapak mau enggak pakai jaket?” Ya mau saja, asal dalam negeri gitu saja sudah. “Kalau Bapak mau saya siapkan.” “Mau saja, mana?” Saya tadi lewat ada yang bisik-bisik gitu, nah enggak ada kan?
Jadi gini, kita sudah saatnya, pertama menguasai pasar kita di dalam negeri dan sudah saatnya juga brand-brand lokal, merek-merek lokal kita, brand-brand nasional kita ini kita bawa keluar berbondong-bondong bersama-sama. Jangan, sekarang ini jangan bekerja sendiri-sendiri, sudah. Yang gede-gede pada gabung, masa kita mau yang kecil-kecil, yang menengah-menengah enggak gabung kemudian bersama-sama melakukan penetrasi pasar?
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan sore hari ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim sore hari ini saya buka Hari Belanja Diskon Indonesia 2019. Semoga ini bisa kita bersama-sama merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-74.
Diskonnya berapa Pak Budi? 74 persen diskonnya? Benar?
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.