Peresmian Pembukaan Kongres XIX Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Kongres XVIII Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Tahun 2018, 21 Desember 2018, di Istana Negara, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 31 Desember 2018
Kategori: Sambutan
Dibaca: 4.629 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati yang mulia para ulama,
Wabilkhusus Rais Syuriah PBNU Bapak KH. Mustofa Aqil Siraj, beserta Pak Sekjen PBNU Bapak Helmy Faishal Zaini, beserta seluruh pimpinan PBNU, seluruh pengurus PBNU,
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja yang hadir,
Yang saya hormati Ketua Umum IPNU rekan Asep Irfan Mujahid, dan Ketua Umum IPPNU rekanita Puti Hasni, serta para majelis, alumni baik IPNU maupun IPPNU,
Serta Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudara sekalian peserta Kongres IPNU dan IPPNU yang saya hormati.

Tadi yang disampaikan oleh Ketua IPNU maupun Ketua IPPNU, kalau anak sekarang bilang ‘mantul’, mantap betul. Dan saya yakin insyaallah para anggota IPNU maupun IPPNU yang ada di sini adalah calon-calon pemimpin NU yang hebat-hebat dan calon-calon pemimpin Indonesia masa depan yang hebat-hebat.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Saat ini memang kita sedang proses, sedang hijrah. Hijrah dari pesimisme-pesimisme menuju ke yang optimisme-optimisme. Hijrah dari individualisme- individualisme menuju ke kerja sama, ke kolaborasi. Hijrah dari kemarahan- kemarahan, yang sering marah-marah menuju ke yang sabar-sabar, kepada kesabaran-kesabaran. Hijrah, kita semuanya ingin hijrah juga dari ketimpangan-ketimpangan menuju ke sebuah keadilan sosial. Saya kira ini harapan kita semuanya. Dan untuk mempercepat hijrah bangsa kita, untuk kelancaran hijrah bangsa Indonesia, dibutuhkan manusia-manusia yang unggul, manusia-manusia yang cerdas,  manusia Indonesia yang inovatif, manusia Indonesia yang akhlakul karimah, manusia Indonesia yang cinta akan tanah airnya.

Saya percaya IPNU dan IPPNU memiliki peranan penting dalam mempersiapkan kader-kader NU di masa yang akan datang untuk menjadi manusia-manusia terbaik di Republik ini, yang siap menghadapi perubahan-perubahan global, siap menghadapi perubahan karena adanya Revolusi Industri jilid ke-4 dan era yang sudah dan akan melahirkan teknologi-teknologi yang mengubah perilaku-perilaku hidup manusia yang harus kita hadapi secara bijak, kita respons secara bijak, sehingga lebih banyak maslahat daripada mudaratnya. Jangan sampai pelajar-pelajar NU malah terjebak menjadi ahli hoaks. Pelajar-pelajar NU harus menjadi ahli-ahli robotik, mengerti masalah yang berkaitan dengan artificial intelligence, mengerti dengan hal-hal yang berkaitan dengan internet of thing, mengerti dengan hal-hal yang berkaitan dengan blockchain dan cryptocurrencyvirtual reality karena memang kita harus merespons secara cepat perubahan-perubahan global yang terjadi sekarang ini.

Saya juga ingin menitipkan bahwa negara ini adalah negara besar. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting untuk terus kita menjaga ukhuwah kita, baik ukhuwah islamiah maupun ukhuwah wathaniyah. Penduduk kita sudah 260 juta, kita ini diberi anugerah oleh Allah berbeda-beda, beragam, bermacam-macam, warna-warni, baik suku, agama, adat, tradisi maupun bahasa daerah, semuanya berbeda-beda. Sudah menjadi hukum Allah, sudah menjadi sunatullah bahwa memang kita berbeda-beda. Oleh sebab itu, saya mengajak sekali lagi kepada kita semuanya untuk menjaga kerukunan kita, menjaga persaudaraan kita dan menjaga persatuan kita, karena aset terbesar bangsa kita adalah persatuan dan kerukunan.

Tadi sudah saya sampaikan bahwa kita ke depan akan menghadapi perubahan-perubahan yang begitu sangat cepatnya. Dibutuhkan sebuah moralitas dengan standar yang tinggi dalam menghadapi dunia yang bergerak begitu dinamis. Saya berikan contoh hal-hal yang sekarang ini banyak kita lihat di media sosial. Paling gamblang, ini sering saya ceritakan di mana-mana, fitnah-fitnah yang sebetulnya muaranya adalah kepentingan politik. Berita bohong, ujaran kebencian ada, terutama banyak sekali di media sosial. Coba dibuka saja media sosial, Presiden Jokowi itu PKI. Banyak sekali seperti itu, banyak sekali isu-isu seperti itu, dikembang-kembangkan terus. Padahal PKI itu dibubarkan tahun 1965-1966. Saya lahir tahun 1961. Umur saya berarti baru empat tahun. Masih balita saya sudah ditunjuk-tunjuk PKI. Logikanya enggak masuk. Tapi ada sembilan juta orang yang percaya mengenai itu dari survei penelitian yang kita lakukan. Kan bahaya. Logikanya enggak masuk, tapi sembilan juta lebih percaya mengenai itu.

Lari nanti, bukan, bukan Presiden Jokowi tapi orang tuanya, kakek neneknya. Sekarang ini gampang sekali. NU ada di Solo, IPPNU ada di Solo,  IPNU ada di Solo, ya dilihat saja nanti di masjid di dekat rumah saya. Tanya masjid dekat rumah bapak ibu saya, tanya masjid dekat rumah kakek nenek saya, tanya. Wong era keterbukaan seperti ini apa ada yang bisa ditutup-tutupi? Gampang sekali. Semua organisasi, ormas Islam ada di Solo. Enggak ada yang bisa ditutup-tutupi.

Tetapi kejadiannya adalah di media sosial ini betul-betul gambar yang mengandung ujaran kebencian begitu sangat banyaknya. Coba lihat di gambar. Ini kampanye tahun 1955. Ketua PKI itu namanya DN Aidit saat itu pidato, pidato, pidato, orasi, lha kok saya ada di bawahnya, di bawah panggung dia? Coba, ada yang lihat seperti ini di medsos? Banyak gambarnya, bukan satu ini. Ini yang sering saya berikan contoh saja. Coba, saya lihat-lihat di HP saya, kok ya persis wajah saya. Saya lihat-lihat, ya betul kan. Coba dilihat. 1955 ini pidatonya Aidit ini. Lahir saja belum tapi sudah dipasang-pasang gambar seperti ini. Ya itulah kejamnya media sosial kalau dipakai untuk kepentingan-kepentingan politik sesaat, kepentingan politik yang tidak mendidik, kepentingan politik yang tidak mendewasakan, kepentingan politik yang tidak mencerdaskan rakyat dan masyarakat.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya mengucapkan selamat menjalankan kongres kepada Saudara-saudara  semuanya. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim saya resmi membuka Kongres XIX Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Kongres ke-XVIII Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru