Peresmian Pembukaan Kongres XXV Kongres Wanita Indonesia (Kowani), 3 Desember 2019, di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju,
Yang saya hormati Ketua Umum beserta jajaran Pengurus Dewan Pimpinan Kongres Wanita Indonesia (Kowani),
Yang saya hormati para Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) seluruh Indonesia,
Yang saya hormati para Perwakilan Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dari kabupaten dan kota yang hadir,
Bapak-Ibu sekalian hadirin yang berbahagia.
Salam Ibu Bangsa!
Enggak bareng.
Salam Ibu Bangsa!
Sore hari ini, hari yang sangat istimewa bagi saya tapi kok Ibu-ibu ini dari tadi saya lihat tegang sekali. Ada apa ya? Iya? Ada apa? Ibu-ibu kan sudah, Kowani kan sudah sering kan ke Istana? Belum? Oh, ya itu mungkin. Seingat saya sudah sering. Sekali lagi, sore hari ini adalah sore yang sangat istimewa bagi saya karena bisa bertemu, berbicara langsung di depan Ibu-ibu Bangsa yang menjadi tiang keluarga, menjadi tiang negara dalam Kongres ke-25 Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengapresiasi seluruh kiprah Kowani yang telah lebih dari sembilan puluh tahun berjuang, berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan kemajuan negara. Perjuangan tersebut bahkan melampaui usia kemerdekaan Republik Indonesia. Namun demikian, bangsa ini masih membutuhkan peran besar kaum ibu untuk mewujudkan sebuah Indonesia Maju: peran dalam menguatkan keluarga, peran dalam mendidik dan mencerdaskan bangsa,peran dalam menciptakan generasi yang berkarakter, yang unggul, yang berkualitas, yang berbudi pekerti, peran dalam menjadikan generasi dalam keberagaman dan toleransi sebagai landasan nilai dan serta generasi yang cinta, bangga, dan setia pada tanah airnya.
Karena Ibu-ibu tahu sekarang ini yang namanya infiltrasi ideologi dari negara lain semakin gampang masuknya tapi sulit kita menyaring dan menghambatnya. Keterbukaan dalam media sosial, sehingga informasi yang berasal dari negara mana pun begitu sangat cepatnya diterima dalam waktu detik. Ya kalau pas informasinya bagus, informasinya positif, ya alhamdulillah, tapi kalau negatif, memberikan dampak yang sangat tidak baik bagi anak-anak kita terutama dalam hal karakter, budi pekerti, etika, norma-norma yang sekarang ini mulai memang harus terus kita ingatkan. Bisa lewat Youtube, bisa lewat WA (WhatsApp), bisa lewat Twitter, bisa lewat Facebook, semuanya sekarang ini cepat dan negara tidak bisa menghambat dan menyaring hal-hal yang tidak baik yang masuk lewat media sosial tadi.
Dan saat ini kita dihadapkan pada ketatnya persaingan global, persaingan antarnegara, persaingan/kompetisi antarnegara yang tidak mudah, perubahan yang cepat yang sangat dinamis. Sekarang kita baru belajar apa besok sudah ganti lagi ada yang hal yang baru.Inilah saya kira hal-hal yang perlu kita waspadai bersama. Kita bangsa Indonesia, anak-anak kita, sekarang dan ke depan betul-betul menghadapi sengitnya persaingan dan kompetisi global.
Dan pada titik inilah kita akan bertumpu pada yang namanya keunggulan sumber daya manusia, keunggulan SDM. Nasib bangsa ini sangat ditentukan oleh anak-anak muda kita. Diperlukan anak-anak muda yang memiliki talenta dan sekaligus berjiwa patriot. Itulah mengapa dalam lima tahun ke depan, kalau lima tahun yang kemarin kita fokus konsentrasi pada pembangunan infrastruktur, lima tahun kedepan kita ingin menjadikan pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas utama dalam pemerintah kita ini membangun.
Saya mengajak hadirin para Ibu Bangsa untuk ikut serta dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul ini.Kita ingin SDM kita memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki keterampilan yang baik, serta mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena memang persaingannya ke depan ada di situ. Anak-anak hebat lahir dari ibu dan keluarga yang hebat. Ini sudah rumus. Anak-anak hebat dilahirkan dari ibu hamil yang sehat, bayi, balita, dan anak usia sekolah yang tumbuh kembangnya dengan baik.
Kita tahu sekarang ini, saya harus berbicara apa adanya, stunting masih tinggi. Lima tahun yang lalu 37 persen, alhamdulillah sudah turun menjadi 27 persen. Dan kita ingin lima tahun ke depan sudah turun lagi. Target saya empat belas persen, keinginan dari Menteri sembilan belas (persen). Ndak, saya ndak mau sembilan belas persen, (tapi) empat belas persen. Memang hal yang tidak mudah, tapi saya meyakini insyaallah ini bisa kita kejar apabila kita semuanya bekerja keras bersama-sama. Kemudian juga, angka kematian ibu, ini yang juga masih tinggi. Coba kita lihat angka-angkanya, memang 2015 masih 346, sudah turun 2019 menjadi 243. Tapi buat saya ini masih tinggi sekali.
Inilah pekerjaan besar kita dalam rangka pembangunan sumber daya manusia ke depan. Kita harus memberikan gizi yang baik, gizi yang seimbang untuk mencegah stunting agar anak-anak kita mampu bersaing dengan negara-negara lain. Kita sedih mendapatkan angka, pekerja sekarang, pekerja-pekerja kita sekarang ini 54 persen adalah dulunya mengalami stunting. Gede sekali angka seperti itu. Ini menjadi tantangan kita ke depan, sekali lagi dalam rangka pembangunan SDM kita untuk bisa berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain.
Sekali lagi, peran ibu dalam keluarga sangat besar, bukan hanya melahirkan, bukan hanya membesarkan, tetapi juga mendidik generasi penerus bangsa. Jangan sampai anak-anak kita ini dididik oleh Youtube, dididik oleh Twitter, dididik oleh Instagram, dididik oleh Facebook, dididik oleh media sosial. Yang sekarang ini hampir setiap anak kita sekarang pegang, yang namanya gawai, yang namanya smartphone, yang namanya gadget, pegang itu semuanya, hati-hati. Tidak mudah mendidik generasi masa depan kita untuk memiliki mental, karakter yang unggul, yang produktif, yang percaya diri, yang penuh optimisme, yang memiliki budi pekerti yang sopan, yang santun dengan sebuah nilai-nilai integritas dan moralitas yang tinggi, yang memiliki nilai-nilai toleransi akan kerukunan, kepedulian, dan yang lain-lainnya.
Karena ini intervensi dari media sosial sekarang ini begitu sangat kencangnya. Oleh sebab itu, selalu saya sampaikan marilah kita bersama-sama, Ibu-ibu seluruh organisasi yang berada di bawah Kowani untuk membanjiri yang namanya media sosial itu dengan hal-hal yang positif, dengan narasi-narasi yang positif. Jangan sampai kita kalah. Mereka membanjiri dengan informasi-informasi yang tidak benar, ya kita harus membanjiri ganti dengan informasi-informasi yang benar, yang baik, sehingga anak-anak kita tidak terpengaruh oleh banjirnya informasi yang negatif tadi.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Banyak perempuan kuat yang berjuang menopang ekonomi keluarga. Kenapa saya sampaikan ini? Karena baru empat hari yang lalu saya datang ke sebuah pertemuan ibu-ibu Mekaar di Subang. Kita memiliki 5,8 ibu-ibu yang tergabung dalam nasabah Mekaar, dalam mengembangkan bantuan pinjaman, sehingga ibu-ibu bisa menggunakan untuk kegiatan-kegiatan produktif dalam rangka menopang ekonomi keluarga. Sudah 5,8 juta ibu-ibu yang tergabung dalam Mekaar. Produknya kita lihat juga produk-produk yang sederhana tetapi sangat membantu ekonomi keluarga, baik ada yang yang membuka warung, ada yang industri rumah tangga, ada yang menjahit, enggak apa-apa, ini memang ini adalah pengusaha mikro. Saya sampaikan kalau nanti sudah Rp2 juta bisa meningkatkan lagi ke Rp6 juta, bisa meningkatkan ke Rp8 juta. Saya kira memang proses ini yang terus akan kita besarkan. Karena tidak hanya bantuan pinjaman tetapi juga pendampingan yang dilakukan sehingga mereka memiliki nantinya manajemen yang lebih baik. Dan ibu-ibu tersebut saya lihat juga diajarkan bagaimana menggunakan uang bantuan pinjaman dengan melakukan manajemen sederhana, baik dalam hal mengelola keuangan maupun mengelola produk yang mereka jadikan sebagai barang dagangan.
Saya yakin dengan penguatan ekonomi keluarga maka kita akan bisa meningkatkan kesejahteraan, menanggulangi kemiskinan, dan mengerakkan roda ekonomi agar lebih cepat lagi. Kalau yang gede-gede enggak usah kita urus sudah bisa jalan tapi yang kecil-kecil seperti ini kita memiliki target kita nanti dalam tiga tahun ini minimal sepuluh juta harus tembus. Sekarang memang baru 5,8. Hampir di semua provinsi ada.
Karena itu saya mengajak seluruh anggota Kowani untuk ikut menjadi bagian dari upaya menggerakkan ekonomi keluarga. Kita harus bantu ibu-ibu rumah tangga dengan pendampingan, dengan mentoring, baik dalam hal pengelolaan keuangan, dalam hal memperbaiki produk, memperbaiki kemasan, menyambungkan dengan pasar, dalam pemasaran sehingga betul-betul peningkatan ekonomi keluarga itu akan kelihatan dan nantinya akan berdampak pada, baik pada pendidikan, baik pada kesehatan dari rumah tangga yang kita bantu tersebut.
Peran ibu dan perempuan memajukan bangsa di berbagai lapangan pengabdian sangat terbuka lebar. Sejarah mencatat banyak perempuan hebat memiliki catatan prestasi yang membanggakan bangsa. Dan tak terhitung jumlahnya kaum perempuan yang bergerak memajukan pendidikan, kesehatan, supremasi hukum, lingkungan hidup, hak asasi manusia, kesejahteraan rakyat, dan bidang-bidang lainnya.
Karena pentingnya peran yang diemban oleh para Ibu Bangsa tersebut maka saya sangat mendukung agar tidak terjadi diskriminasi terhadap perempuan, di manapun. Tidak ada dan tidak boleh terjadi kekerasan terhadap perempuan, di manapun. Tidak ada pembatasan bagi kaum perempuan untuk berkarya, enggak ada, dalam mengembangkan bakat dan kreativitasnya, serta untuk berkembang lebih maju.
Terakhir, saya mengucapkan selamat berkongres untuk para Ibu Bangsa. Selamat memilih Ketua Umum Kowani masa bakti 2019-2024. Sumbangsih Kowani untuk memajukan Indonesia selalu kita nanti. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, secara resmi saya membuka Kongres XXV Kowani.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.