Peresmian Pembukaan Konsolidasi Jelang Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dalam rangka Harlah NU Ke-93, 31 Januari 2019, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati Yang Mulia para Mustasyar, para Pengurus Harian Syuriah, para A’wan,
Dan yang saya hormati Yang Mulia para Pengurus Harian Tanfidziyah Nahdlatul Ulama,
Yang saya hormati Yang Mulia para Alim Ulama, para Kiai, Ibu Nyai, serta Ibu-ibu Muslimah NU, Ibu-ibu Fatayat NU,
Yang saya hormati seluruh jajaran Pengurus Banser, Ansor,
Bapak-Ibu hadirin dan tamu undangan yang berbahagia.
Saya selalu merasa adem kalau hadir bersama para Kiai dan Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Apalagi tadi melihat adik-adik kita, juga pemuda-pemuda kita dalam berpencak silat. Saya membayangkan di dalam kelapa ada benderanya. Itu yang muda-muda saktinya seperti itu, apalagi yang sepuh-sepuh. Ngeri semuanya. Pasti melihat itu pasti membayangkan yang muda-muda saja seperti itu, apalagi yang sepuh-sepuh, pasti jauh lebih sakti dari itu.
Bapak-Ibu hadirin yang berbahagia,
Tadi Bapak Ketua Umum PBNU menyampaikan mengenai Revolusi Industri 4.0 kepada kita semuanya, baik Pengurus PB, seluruh Pimpinan Pengurus Wilayah, dan seluruh Pimpinan Pengurus Cabang. Apa yang saya lihat sama seperti tadi yang disampaikan oleh Bapak Prof. K.H. Said Aqil Siradj, bahwa gelombang Revolusi Industri Jilid ke-4 itu betul-betul kecepatannya 3.000 kali lipat dari revolusi industri yang pertama. Banyak pakar mengatakan seperti itu. Dan kita melihat memang perubahan-perubahan sekarang ini begitu sangat cepatnya. Lanskap ekonomi global berubah, lanskap politik global juga berubah, lanskap sosial global juga berubah. Dan itu juga masuk ke negara, hampir ke semua negara sekarang ini dilanda perubahan-perubahan itu. Di tingkat nasional kita juga sama, akan ada perubahan-perubahan lanskap politik, ekonomi, dan sosial. Begitu juga di daerah-daerah. Inilah keterbukaan teknologi yang sulit kita cegah dan sulit kita hadapi, tetapi apapun, ini harus kita antisipasi dan kita respons.
Media sosial yang sangat terbuka banyak memberikan manfaat tetapi juga banyak mudaratnya. Dan kita lihat akhir-akhir ini kekhawatiran kita semuanya di sosial media, saling hina, saling cela, saling ejek, fitnah betul-betul semakin menjadi-jadi.
Yang patut kita garis bawahi adalah sekarang yang muda berani melakukan kepada yang lebih tua, yang yunior berani melakukan kepada yang lebih senior; saling hina, saling cela, saling ejek, dan fitnah-fitnah. Orang sudah banyak lupa mengenai nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai islami, akhlakul karimah, lupa kepada etika-etika, lupa kepada budi pekerti, lupa kepada tata krama, lupa kepada sopan santun, lupa kepada komitmen-komitmen tentang ke-Indonesia-an. Saya menitipkan karena saya meyakini NU lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi.
Karena berbeda negara kita ini dengan negara-negara lain. Keberagaman, perbedaan-perbedaan, warna-warni negara kita betul-betul telah menjadi sunatullah, menjadi hukum Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Inilah yang terus harus kita jaga, kita pelihara, kita rawat yang namanya persatuan, persaudaraan, kerukunan sehingga nilai-nilai toleransi, nilai-nilai saling menghargai, nilai-nilai saling menghormati harus terus kita kembangkan.
Dan yang terakhir, saya ingin menyampaikan bahwa kita, pemerintah terus mendorong agar Rancangan Undang-Undang Pondok Pesantren ini segera bisa segera diselesaikan. Ini juga sangat penting, ini sangat penting sehingga ada payung hukum yang jelas, baik mengenai anggaran untuk pondok pesantren maupun yang berkaitan dengan pendidikan yang ada di pondok pesantren. Karena kita akan menghadapi, sekali lagi, sebuah masa depan yang penuh dengan persaingan antarnegara yang semakin ketat, yang tanpa persiapan sumber daya manusia yang baik sangatlah sulit kita bersaing dan berkompetisi dengan negara-negara lain. Oleh sebab itu, kita harus memastikan bahwa generasi muda kita harus memiliki keahlian, memiliki sikap yang bisa membawa bangsa ini dalam sebuah era kemajuan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya mengucapkan selamat harlah, hari lahir yang ke-93 pada kita semuanya Nahdlatul Ulama.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.