Peresmian Pembukaan Pameran Konstruksi Indonesia 2018 dan Indonesia Infrastructure Week 2018 serta Percepatan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi, 31 Oktober 2018, di Area Outdoor Hall D Konstruksi Indonesia, Jakarta Internasional Expo Kemayoran, Jakarta Pusat
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat,
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati para anggota DPR RI,
Yang saya hormati Ketua Umum Kadin, Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, Ketua Gapensi, Ketua Asosiasi Kontraktor Indonesia,
Serta Bapak-Ibu sekalian hadirin yang berbahagia.
Semangat pagi!
Semangat pagi!
Semangat pagi!
Semangat pagi!
Semangat pagi!
Semangat pagi!
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Kita tahu bahwa dalam empat tahun terakhir ini kita fokus, kita berkonsentrasi penuh dalam membangun infrastruktur yang ada di negara kita. Baik pembangunan jalan raya, pembangunan jalan tol, pembangunan jalur kereta api, pembangunan airport/bandara, pembangunan pelabuhan, pembangunan bendungan, pembangunan waduk, pembangunan jaringan irigasi, pembangunan pembangkit tenaga listrik, pembangunan pos batas negara, dan pembangunan infrastruktur-infrastruktur yang lainnya. Semua ini dimaksudkan untuk meningkatkan konektivitas, menyambungkan, membuka keterisolasian, memudahkan dan memurahkan biaya transportasi, biaya logistik. Hal ini juga bukan saja dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi, tetapi juga mempersatukan Indonesia.
Orang bisa terbang dari Aceh langsung ke Papua, orang bisa langsung terbang dari Jawa sampai ke Maluku Utara, ke Maluku, ke NTT, ke NTB, ke Pulau Miangas, ke Pulau Rote semuanya bisa dilakukan. Inilah yang tadi saya sampaikan bahwa pembangunan infrastruktur juga bisa mempersatukan Indonesia dan juga bisa menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi jangan hanya dilihat, jangan hanya dilihat sebagai urusan ekonomi tetapi juga urusan mempersatukan bangsa ini dan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika tanpa industri konstruksi, jika tanpa insinyur sipil, tanpa arsitekur seperti juga Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, saya pastikan bahwa program pemerintah dalam rangka pembangunan infrastruktur itu pasti tidak jalan. Oleh sebab itu, sertifikasi ini sangat penting.
Tolong diangkat tinggi-tinggi yang sudah dapat sertifikat. Diangkat dulu, jangan diturunkan. Mau saya hitung dulu, sebentar. Hitung dari sini 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20, 21, 22, 23,… 9.900, betul. Sudah.
Tapi Pak Menteri PU, yang saya lihat sertifikasi seperti ini masih dalam jumlah yang sedikit. Saya minta tahun depan bisa sepuluh kali lipat dari yang sudah diberikan sekarang. Biar semuanya pegang sertifikat.
Dalam persaingan global, yang namanya sertifikat seperti ini sangat penting sekali. Apakah ahli di bidang operator alat-alat berat, apakah ahli dalam keterampilan pasang batu, apakah ahli dalam keterampilan memasang baja ringan, apakah ahli dalam pembangunan irigasi, semuanya tercantum di sini. Semuanya tercantum di sini. Keterampilan, spesialisasi yang ada seperti ini sangat penting untuk kita tunjukkan bahwa kita memang terampil, bahwa skill kita memang tidak kalah dengan skill negara-negara lain dalam kita berkompetisi nantinya, bersaing dengan SDM-SDM yang ada di negara-negara lain.
Oleh karena itu, saya sangat menghargai, sangat mengapresiasi kontribusi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian terutama para pelaku di lapangan. Saudara-saudara ini adalah pelaku di lapangan. Apalagi yang bekerja di daerah terisolir. Tadi saya lihat ada yang bekerja untuk mensupervisi jalan yang ada di Paniai sampai ke bawah. Ini pekerjaan yang tidak mudah.
Saya pernah melihat langsung pekerjaan pembuatan jalan di ketinggian 3.400 antara Wamena sampai ke bawah di Nduga, ke Kenyam, pekerjaan yang sangat berat sekali. Membawa aspalnya dengan helikopter, membawa alat beratnya dengan helikopter. Ini pekerjaan yang sangat berat, tetapi Bapak, Ibu dan Saudara-saudara ada di lapangan. Itu yang saya berikan acung jempol.
Pekerjaan lapangan itu sangat berat. Saya pun kalau disuruh memilih, pilih duduk di kantor, di ruangan AC, enak. Tapi kenapa saya ingin ke lapangan mengecek terus ke lapangan? Karena saya ingin memastikan baik pekerjaan-pekerjaan yang saya berikan kepada kementerian itu selesai dengan kualitas yang baik.
Sekali lagi saya menghargai, sangat menghargai, sangat mengapresiasi kontribusi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian terutama para pelaku di lapangan. Apalagi yang bekerja di daerah terisolir, di pulau-pulau terpencil, di daerah pinggiran. Saya lihat misalnya, pembangunan bandara di Pulau Miangas, pulau kecil yang di situ hanya ada 220 KK tetapi Saudara-saudara semuanya bekerja di sana dengan dedikasi yang tinggi. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengucapkan terima kasih, terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian. Sekali lagi, tanpa Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara, program besar infrastruktur ini tidak akan jalan.
Coba maju ke depan yang berkaitan dengan pembangunan jalan yang ada di Papua, ada ndak? Tunjuk jari. Ada? Tidak ada? Ada tadi, silakan maju. Ya, sini.
(Dialog Presiden RI dengan Perwakilan Pekerja Konstruksi)
Sekali lagi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Program besar infrastruktur ini tidak akan jalan tanpa Saudara-saudara yang bekerja di lapangan.
Hadirin yang berbahagia,
Di tengah kesempatan kerja yang terbuka luas bagi para pelaku industri konstruksi, di dalamnya juga melekat sebuah tanggung jawab besar.
Yang pertama, keamanan pekerja serta keamanan dan kenyamanan pengguna harus dinomor-satukan. Sekali lagi, harus dinomor-satukan. Jangan sampai ada lagi kasus bangunan roboh atau kecelakaan kerja yang fatal. Perhatian lebih serius harus diberikan terhadap proyek-proyek yang dikerjakan di daerah rawan, baik rawan bencana gempa, longsor, banjir, dan bencana alam lainnya.
Yang kedua, yang terkait dengan lingkungan hidup. Jangan sampai infrastruktur yang dibangun tidak ramah lingkungan. Jangan sampai merusak lingkungan. Pembangunan yang dikerjakan harus memenuhi prinsip-prinsip dan prosedur yang terkait dengan keselamatan lingkungan. Hati-hati masalah ini.
Yang ketiga, yang terkait dengan lingkungan sosial. Harus diingat bahwa setiap pembangunan selalu membawa pergeseran sosiokultural dan ekonomi masyarakat. Setiap proyek pembangunan harus semakin memperkuat pondasi yang baik pondasi sosial, pondasi ekonomi masyarakat setempat. Jangan sebaliknya, justru merusak pondasi sosial dan pondasi ekonomi di masyarakat setempat.
Yang keempat, ini yang harus hati-hati, harus hati-hati. Kita harus memperhatikan perkembangan dan kemajuan penggunaan teknologi. Hati-hati, dunia sudah memasuki Revolusi Industri 4.0, ada artificial intelligence, ada advanced robotic, ada internet of things, ada big data, ada virtual reality. Semuanya kita harus tahu sehingga perkembangan-perkembangan itu kita tidak ketinggalan. Beberapa tahun ini dunia konstruksi global juga ramai soal 3D printing. Hati-hati ini. Membangun rumah hanya 24 jam, hitungannya jam. Membangun jembatan biar cepat sekali. Bahkan nanti dengan 3D printing bisa membangun satu kawasan industri hanya dengan hitungan bulan, satu bulan. Bisa terjadi kalau perkembangan kecepatan teknologi seperti yang kita lihat ini. Kesannya dulu adalah khayalan, sekarang itu sudah kejadian. Bukan akan lagi.
Yang kelima, soal pembiayaan. Karena tidak mungkin semua infrastruktur itu dibangun dengan APBN. Saya ini selalu tekankan dan pesankan kepada seluruh kementerian kita harus creative financing, harus. Jangan kita monoton, tergantung terus pada APBN. Ada kerja sama pemerintah dan badan usaha, PPP, KPBU. Ada juga PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah). Jangan, sekali lagi, tergantung terus pada APBN. Kita juga selalu tekankan agar daerah-daerah yang IRR-nya masih rendah biarkan pemerintah yang tangani. Kalau yang sedang mungkin swasta dan BUMN. Kalau yang IRR-nya baik, silakan swasta masuk. Jadi tidak tergantung terus dengan APBN. Karena yang IRR-nya rendah biasanya swasta memang tidak mau masuk.
Hadirin yang berbahagia,
Terakhir, saya ingin menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur yang kita lakukan sekarang adalah pekerjaan besar yang menggelar karpet merah menuju Indonesia maju. Ini bukan pekerjaan instan yang bisa langsung kita nikmati sekarang. Bisa jangka pendek, bisa jangka menengah, bisa jangka panjang. Dan juga bahwa pembangunan infrastruktur yang kita lakukan sekarang adalah pekerjaan besar dalam rangka mempersatukan bangsa ini. Membangun konektivitas antarpulau, antarprovinsi, antarkota, antarkabupaten. Dan yang lain adalah juga membuka kesempatan kerja yang luas bagi para pelaku industri konstruksi.
Tetapi di dalamnya, sekali lagi, melekat sebuah tanggung jawab yang berat kita bersama. Oleh karena, itu saya menyambut baik program percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi. Tadi sudah saya sampaikan, tahun depan saya minta diperluas, diperbanyak. Dengan harapan bahwa produktivitas dan kualitas infrastruktur kita bisa kita tingkatkan dengan baik dan siginifikan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya resmi membuka kegiatan Konstruksi Indonesia 2018, Indonesia Infrastructure Week 2018, dan Intertraffic Indonesia.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.