Peresmian Pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, 26 Agustus 2021, di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Bapak Tauhid Ahmad;
Yang saya hormati para ekonom, 100 ekonom yang saya hormati;
Yang saya hormati Komisaris Transmedia, Direktur utama CNBC, Direktur Utama Detik Network, para pemimpin redaksi media;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pandemi COVID-19 telah memaksa kita, memaksa kita untuk mengambil langkah-langkah extraordinary. Langkah-langkah luar biasa akibat situasi krisis yang multidimensional. Langkah-langkah yang tidak pernah kita ambil sebelumnya, bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Kita dan juga negara-negara lain di dunia menghadapi tekanan yang berat, tapi alhamdulillah perkembangan kasus harian di negara kita membaik. Kita ingat, kita di awal Februari, kasus harian itu di angka 12.800-an per hari. Kemudian ke Februari, ke Maret, April, Mei, Juni, bahkan di 14 Mei itu turun di 2.633 (kasus harian). Tetapi karena varian Delta, kemudian melompat naik dan di 15 Juli (2021) sampai angka 56.000 (kasus harian).
Tim epidemiolog saat itu menyampaikan pada saya, “Pak, hati-hati karena ini bisa naik sampai 80 ribu (kasus harian), kemudian naik menjadi 160 ribu (kasus harian). Kalau itu tidak bisa kita hentikan akan bisa naik sampai di atas 400 ribu (kasus harian).” Tapi alhamdulillah setelah berada di titik 56 ribu kasus harian, kemarin kita berada di angka 18 ribu. Artinya, telah terjadi penurunan.
Juga, perkembangan BOR (Bed Occupancy Rate) secara nasional. Desember, akhir Desember tahun lalu kita berada di angka 68 persen. Kemudian di Mei, pertengahan Mei, kita sudah turun 29 persen. Kemudian melompat karena varian Delta di pertengahan Juli, 18 Juli hampir 80 persen dan beberapa rumah sakit sudah mencapai 100 persen. Dan alhamdulillah BOR kita pada hari ini, BOR nasional sudah turun menjadi 29 persen. Ini patut kita syukuri.
Yang biasanya saya pakai untuk patokan itu adalah BOR di Wisma Atlet. Dulu September pernah, September tahun lalu, pernah mencapai 92 persen, turun, turun, turun, di Mei pertengahan, 18 Mei itu berada di angka 15 persen. Tapi melompat di akhir Juni 2021, 30 Juni, bahkan mencapai 91 persen, 91 persen. Mungkin diteruskan dua minggu kalau kenaikannya tetap, sudah pasti Wisma Atlet akan kolaps.
Ini juga alhamdulillah, tadi pagi saya cek sudah berada di angka 12 persen BOR-nya. Angka-angka seperti ini tetap kita harus bersyukur, tapi tetap harus waspada dan penuh kehati-hatian dalam memutuskan setiap policy yang ada. Karena barang ini sulit diduga, barang ini sulit diprediksi, dan penuh dengan ketidakpastian yang namanya COVID-19, apalagi yang namanya varian Delta.
Semua yang berkaitan dengan COVID-19 itu berimbas kepada ekonomi, berimbas pada ekonomi. Dan kita berharap dengan penanganan kasus yang turun, turun, turun, turun, kita harapkan juga ekonomi akan kembali tahap demi tahap naik kembali. Kita tahu kemarin kuartal II kita berada di angka 7,07 persen dan inflasi berada di angka 1,5 persen, yang kita harapkan ini juga bisa berlanjut di kuartal III. Meskipun kita pastikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III pasti akan lebih rendah dari kuartal II.
Bapak-Ibu para ekonom yang saya hormati,
Kita tetap harus menjaga gas dan rem ini agar betul-betul berada pada keseimbangan yang baik. Artinya, COVID-19-nya tahap demi tahap bisa kita turunkan, bisa kita kurangi, sehingga ekonomi tahap demi tahap bisa kembali pulih ke arah normal atau lebih baik lagi.
Tetapi ke depan saya kira strategi besar ekonomi kita, strategi besar bisnis negara ini ada tiga hal yang ingin saya sampaikan, yaitu yang pertama hilirisasi industri, yang kedua digitalisasi UMKM, kemudian yang ketiga kita harus mulai masuk ke ekonomi hijau.
Hilirisasi sudah kita mulai, setop ekspor bahan mentah nikel, kemudian semuanya harus dihilirisasi dan hasilnya mulai kelihatan. Saya kira ekspor kita, ekspor besi-baja kita dalam setengah tahun ini saja sudah berada di angka kurang lebih USD10,5 miliar. Oleh sebab itu, tidak hanya nikel saja, ke depan kita akan juga mulai untuk bauksitnya, kemudian juga mulai mungkin emasnya, mulai tembaganya, hilirisasi mulai sawitnya, sebanyak mungkin turunan-turunan dari bahan-bahan mentah itu bisa menjadi barang minimal setengah jadi, syukur-syukur bisa menjadi barang jadi.
Kemudian yang kedua, yang berkaitan dengan digitalisasi UMKM. Sampai hari ini, dengan usaha keras kita semuanya bersama-sama telah masuk ke e-commerce, platform-platform digital 15,5 juta UMKM kita. Inilah saya kira transformasi yang terus akan kita dorong, karena kita memiliki kurang lebih 60-an juta UMKM yang semuanya akan kita dorong agar masuk ke platform-platform digital, baik yang berada di daerah, nasional maupun agar bisa juga ke platform-platform global.
Yang ketiga, yang berkaitan dengan ekonomi hijau. Saya kira tahu semuanya bahwa masa depan produk-produk hijau itu sangat-sangat menjanjikan dan kita memiliki kesempatan yang besar dalam hal ini. Oleh sebab itu, kita akan memulai mungkin Oktober nanti kita akan bangun yang namanya Green Industrial Park, yang produk keluarannya adalah produk hijau, pemakaian energinya adalah energi hijau (Energi Baru Terbarukan), dan kita harapkan kita memiliki sebuah kekuatan besar ke depan, yaitu produk hijau yang dihasilkan dari ekonomi hijau, yang akan mulai kita bangun tahun ini.
Dalam hal reformasi struktural, kita tahu kita sudah memiliki Undang-Undang Cipta Kerja yang muaranya adalah kita ingin membangun sebuah kecepatan. Kita ingin memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan dan sudah kita buka yang namanya Online Single Submission (OSS), ya mungkin Bapak-Ibu bisa mencoba apakah betul-betul bisa cepat atau tidak izin-izin sekarang ini.
Saya kira usaha mikro, usaha kecil, sekarang kalau ingin mencari NIB (Nomor Induk Berusaha) itu tidak usah sampai berlama-lama, berhari-hari, atau berminggu-minggu, dan bisa dilakukan dari rumah, dari kantor, membutuhkan waktu mungkin hanya lima sampai tujuh menit sehingga usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro kita semuanya bisa menjadi sebuah usaha yang memiliki NIB dan itu akan memudahkan mereka untuk mengakses ke perbankan.
Juga ingin saya sampaikan mengenai program Mekaar yang kita miliki, yang kita mulai di tahun 2016. Ini adalah untuk usaha-usaha mikro yang pinjamannya hanya mungkin hanya Rp500 ribu, Rp1 juta sampai Rp3 juta. Yang awalnya di 2017 itu hanya 1,5 juta (nasabah), saat ini sudah mencapai nasabah (sebanyak) 10,8 juta. Ini sebuah lompatan yang sangat cepat sekali, yang kita harapkan ini akan memberikan dampak kenaikan tingkat pada usaha-usaha mikro di Tanah Air. Ini hampir 100 persen yang diberikan adalah ibu-ibu. Dan ini sudah melebihi dari Grameen Bank, karena Grameen Bank itu kalau tidak keliru hanya kurang lebih 6 juta, ini kita sudah sampai ke 10,8 juta nasabah.
Para ekonom yang saya hormati,
Dalam situasi seperti saat ini, pemerintah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, utamanya para ekonom. Pemikiran, gagasan yang dapat diterapkan, yang berbasis riset, berbasis evidence, dan contoh-contoh praktis, resep-resep untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita untuk bangkit kembali.
Saya yakin dengan dukungan para ekonom yang siap memberikan ide dan gagasan-gagasan besarnya, ikut turun tangan menjadi bagian dari solusi, kita pasti mampu melewati masa-masa yang sulit ini, sambil mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk berlari kencang setelah kita bisa keluar dari krisis ini.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pagi hari ini secara resmi saya buka Sarasehan 100 Ekonom Indonesia.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.