Peresmian & Penyerahan Penghargaan Pasar Rakyat Indonesia serta Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, 12 Maret 2019, di Hall 3a ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 Maret 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.710 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Pak Menko Perekonomian, Pak Menteri Perdagangan, Pak Seskab, Bu Menteri Luar Negeri,
Yang saya hormati Bapak Gubernur Provinsi Banten beserta seluruh Gubernur yang hadir,
Yang saya hormati Bapak-Ibu Bupati/Wali Kota yang hadir pagi hari ini, khususnya Ibu Wali Kota Tangerang Selatan,
Dan Bapak-Ibu sekalian Kepala Dinas Pasar, seluruh pengelola pasar dan jajarannya yang pagi hari ini hadir,
Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia.

Yang pertama kita bicara dulu urusan ekonomi. Kita tahu dalam empat tahun ini ekonomi global, ekonomi dunia sedang berada pada posisi yang tidak baik. Ekonomi turun, pasar-pasar untuk komoditas juga turun, sehingga ini juga mempengaruhi perekonomian di dalam negeri negara kita Indonesia. Tapi kita wajib bersyukur, alhamdulillah bahwa di 2018 ekonomi kita masih tumbuh di angka 5,17 persen. Ini patut kita syukuri. Banyak negara yang tidak bisa mempertahankan growth-nya, pertumbuhan ekonominya, sehingga banyak yang terjun ke bawah, satu sampai dua persen sampai satu setengah persen karena memang, sekali lagi, ekonomi global memang pada posisi yang belum pada menuju ke normal.

Kalau kita lihat juga pertumbuhan ekonomi kita dibandingkan negara-negara G20, karena kita masuk pada negara G20, kita ini masih alhamdulillah berada pada posisi nomor tiga, di bawah India dan RRC. Ini patut kita syukuri. Dan yang juga patut kita syukuri, yang kedua, inflasi. Kalau kita bandingkan di 2014 terakhir pada angka 8,3 persen. Kemudian turun pada angka 3,3; 3,02; 3,61, kemudian di akhir kemarin 2018 berada pada inflasi 3,13 persen. Ini juga patut kita syukuri. Artinya Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, pengendalian harga itu bisa dilakukan dan pada angka yang sangat rendah 3,13 persen. Jadi kalau ada yang menyampaikan harga-harga naik, kalau satu-dua barang itu biasa, tapi secara rata-rata, ini teori ekonomi, yang namanya inflasi itu ya pengendalian harga. Kalau inflasi 3,13 persen artinya dibanding 2014, kita ini turunnya sangat anjlok sekali dari 8,3 persen menjadi 3,13 persen. Supaya kita tahu semuanya.

Yang kedua, saya ingin memberikan penghargaan dan apresiasi kepada Kementerian Perdagangan yang sampai 2018 kemarin telah membangun kurang lebih 4.200 pasar di seluruh tanah air, baik pembangunan maupun revitalisasi. Plus yang pasar desa, pasar kecil-kecil tapi ada di desa ada 8.900 yang telah kita bangun selama empat tahun ini. Jadi 4.200 pasar sampai 2018 ini, plus 8.900 untuk pasar-pasar desa. Artinya, perhatian kita kepada pasar itu dalam empat tahun ini betul-betul kita konsentrasi ke sana untuk memperbaiki fisiknya, memperbaiki manajemennya. Dan kita harapkan nantinya di akhir 2019 ini sudah akan terbangun kurang lebih 5.200 pasar rakyat yang kita selesaikan.

Saya ingin menyampaikan yang ketiga, bahwa kita hati-hati, ini hati-hati, keluhan-keluhan itu sudah masuk ke telinga saya setiap saya masuk ke pasar, hampir tiap minggu saya keluar masuk di pasar itu hampir tiap minggu, baik di pagi hari, habis subuh, jam tujuh, jam delapan, maupun tengah malam, karena banyak pasar-pasar kita yang hidupnya itu tengah malam. Apa yang saya dengar di bawah, “Pak kita ini sekarang kalah dengan yang online-online.” Mereka menyampaikan itu. Ini hati-hati.

Saya minta juga Kementerian Perdagangan mulai, pasar-pasar kita juga mulai, membangun ekosistem online tetapi juga memperbaiki ekosistem offline-nya. Ekosistem offline diperbaiki tetapi disiapkan ekosistem online sehingga pasar rakyat memiliki marketplace, memiliki platform untuk menyiapkan diri menuju kepada era digital yang sekarang sudah masuk di negara kita. Hati-hati, kalau ini tidak direspons, hati-hati. Di Tiongkok, mal-mal sudah banyak yang tutup karena kalah dengan yang online. Di sini juga saya lihat mulai, tapi mulai dengan yang gede, mal, sudah mulai saya lihat. Hati-hati, kita hati-hati, harus hati-hati dalam menyiapkan ini. Sekali lagi, siapkan yang namanya ekosistem offline-nya, siapkan yang namanya ekosistem online-nya.

Ekosistem offline itu apa? Perbaikan masih banyak sekali yang bisa kita kerjakan, ini tugasnya Bapak-Ibu Bupati dan Wali Kota. Packaging/kemasan, perbaiki produk-produk yang ada di pasar. Itu berasal dari perajin, berasal dari nelayan, berasal dari petani, perbaiki packaging-nya. Murah, anggarkan yang namanya mesin kemasan itu di dalam APBD, murah harganya hanya Rp200 juta sudah bisa membuat kemasan yang sangat baik. Packaging itu sangat penting untuk nanti bisa masuk ke marketplace online.

Yang kedua, siapkan branding-nya dari setiap barang yang ada, baik warna, baik tulisan, semuanya, sehingga saat masuk ke pasar barang itu betul-betul enak dilihat dan enak untuk dijual. Silakan bisa masuk nantinya, kalau ini sudah bagus semuanya (packaging, labelling, branding)-nya sudah disiapkan, sudah siap betul, dijual di offline, di pasar silakan. Pasar juga menjual dibantu untuk menyiapkan marketplace, menyiapkan platform agar juga pasar rakyat ini bisa berjualan online. Dan itu kalau disambungkan secara nasional, yang hadir di sini semuanya konsentrasi ke sana, disambungkan semuanya dalam marketplace di tingkat nasional, ini akan menjadi sebuah kekuatan besar. Menjadi kekuatan besar. Tidak hanya fisiknya, pasar rakyat, tapi juga omzetnya akan bisa meningkat. Dan kalau sudah nasionalnya ketemu bisa disambungkan lagi ke marketplace global (global marketplace) sehingga jaringan-jaringan seperti ini yang ke depan perlu kita mengerti dan perlu segera disiapkan oleh yang hadir di sini semuanya

Saya pengin mengundang untuk maju ke depan. Silakan tunjuk jari yang pasarnya masih jelek, bukan yang pasarnya masih bagus, pasar yang masih jelek. Berani maju ndak? Ada yang pasarnya masih jelek? Tunjuk jari saja, merasa pasarnya masih jelek. Karena saya merasa tidak semua pasar, memang semua pasar belum bagus. Sebentar, banyak ini banyak. Saya akan tunjuk. Mana? Tunjuk jari saja. Ya boleh Pak, maju Pak. Ya, ya, ya, ya sana, sana. Ya, maju. Yang merasa pasarnya masih jelek maju, ya.

Yang merasa pasarnya paling bagus? Enggak ada yang berani maju. Sini, sini. Yang merasa pasarnya paling bagus tunjuk jari! Mau saya tes merasa bagus kayak apa pasarnya. Coba yang pasarnya paling bagus tunjuk jari! Kok enggak ada yang berani tunjuk jari? Tadi yang merasa pasarnya jelek banyak yang tunjuk jari. Ini pasarnya yang merasa pasarnya paling bagus tunjuk jari! Siapa? Ada? Mana? Mana? Pengelola pasarnya! Pengelola pasar. Kalau Pak Wali Kota saya tahu pasarnya bagus. Pengelola pasarnya! Pengelola pasar yang merasa pasarnya paling bagus? Ya, boleh, maju. Maju. Berani maju kalau pasarnya (enggak) bagus benar, awas.

Oke silakan dikenalkan. Sini Pak, dekat saya, dekat-dekat saja. Ya.

Syahrial (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Manokwari Selatan)
Izin Bapak Presiden yang saya hormati, saya Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dari Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat.  Nama saya Syahrial. Asli dari Sulawesi, cuma sudah dari sejak tahun ’84 di Papua Barat.

Presiden Republik Indonesia
Tadi saya minta kan maju ke depan yang pasarnya masih jelek. Benar masih jelek?

Syahrial (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Manokwari Selatan)
Benar.

Presiden Republik Indonesia
Yang pasar jelek itu seperti apa sih? Ini pasarnya yang di mana ini?

Syahrial (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Manokwari Selatan)
Pasar Kenangan Ransiki, di Ibu Kota Kabupaten Manokwari Selatan. Pasar Oransbari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan.

Presiden Republik Indonesia
Ya, kenapa Pak Syahrial menyampaikan bahwa pasar itu masih jelek?

Syahrial (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Manokwari Selatan)
Yang pertama, di Pasar Kenangan Ransiki itu dibangun sejak tahun 2001.  Waktu itu kami terkena gempa, bencana gempa dan pasarnya ambruk. Jadi waktu itu dibangun oleh APBD Kabupaten Manokwari, kabupaten induk, dan sarana prasarananya sangat tidak mendukung kios-kios pasar itu dibangun secara swadaya oleh pedagang pasar.

Presiden Republik Indonesia
Oke, sekarang keadaan sekarang seperti apa? Masih jelek?

Syahrial (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Manokwari Selatan)
Siap, masih jelek. Masih kumuh, Pak. Lantainya masih lantai biasa, belum keramik, drainasenya juga belum bagus, becek. Tempat parkir tidak ada.

Presiden Republik Indonesia
Nah, hati-hati Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, yang namanya pasar, yang namanya pasar rakyat itu penting sekali ke depan yang namanya bersih, itu penting. Pasar itu harus bersih. Yang kedua, ada tempat parkir. Yang ketiga, tidak becek. Yang keempat, tidak bau. Jangan harap syarat-syarat ini kalau tidak dipenuhi, jangan harap konsumen, ibu-ibu mau datang ke pasar kita. Tapi bagus Pak Kepala Dinas mengakui pasarnya jelek, bagus. Tapi Pak Menteri, ini langsung dibangun.

Kesalahannya adalah Bapak-Ibu tidak naik ke depan. Kalau naik ke depan saya perintah pasti dibangun. Tadi ada yang gitu, kurang berani sih, hanya gini-gini, kurang gini gitu lho.

Ya, oke, silakan Pak.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Baik Pak Presiden yang kami hormati. Saya perkenalkan, Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat, yang pernah Bapak kunjungi bulan yang lalu. Pasar Batu Sangkar, kita punya Pasar Serikat C Batu Sangkar, Pak. Hari ini dapat penghargaan dari Bapak Presiden sebagai pasar ramah lingkungan.

Presiden Republik Indonesia
Kenapa ramah lingkungan?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Pertama yang kami lakukan Pak, kami tahu bahwa pasar ini bukan bisa dikelola oleh satu dinas, tapi kami coba berkolaborasi dengan dinas-dinas yang ada, dan juga termasuk dengan pihak jajaran forkopimda. Kami punya kerja sama dengan jaksa, yaitu Jaksa Masuk Pasar. Ini luar biasa Pak, satu-satunya di Indonesia kami punya kerja sama dengan jaksa, masuk pasar.

Presiden Republik Indonesia
Ya, apa hubungannya?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Hubungannya memberikan pelayanan hukum gratis kepada para pedagang dan pengunjung pasar setiap hari pasar, Pak. Jadi ada penyuluhan hukum, boleh saja nanti pihak-pihak pengelola pasar atau pihak pedagang, mengeluhkan apa yang dialaminya, dia mengadu kepada jaksa yang ada bertugas setiap hari Kamis, hari pasar di Batu Sangkar, Pak. Kemudian kami kerja sama dengan Dinas Lingkungan dalam rangka penataan lingkungan pasar. Kami juga diberikan bantuan berupa kerja sama kita dengan pengelolaan sampah termasuk juga pohon peneduh dan juga untuk keindahan kota dengan taman-taman kota, Pak. Kemudian kami juga kerja sama dengan Dinas Kesehatan, Pak. Kami mulai setiap bulan setiap hari Kamis memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada pedagang dan pengunjung kota, Pak. Itu kami lakukan.

Presiden Republik Indonesia
Ini yang terakhir tadi menarik. Yang terakhir ini menarik. Bisa orang datang ke pasar enggak belanja tapi hanya ingin disuntik.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Pengin untuk diperiksa kesehatannya.

Presiden Republik Indonesia
Ya, setelah periksa, setelah suntik, baru belanja. Ya, benar.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Tapi ada kesulitan kami satu Pak Presiden, hari ini kami memang merasakan pasar kami ini terlalu sempit, karena kami ingin pembangunan untuk tahap berikutnya, karena kami kemarin ini dapat dana TP tapi belum cukup untuk menampung pasar-pasar yang bergabung 45 desa.

Presiden Republik Indonesia
Lahannya ada? Lahannya ada sekarang sudah siap? Lahannya siap?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Siap Pak. Kami butuh dana hanya sekitar Rp50 miliar, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Hanya Rp50 miliar. Rp50 miliar kok hanya.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Rp50 miliar ini membangun, bisa nanti pelataran parkir pindah ke pasar, Pak. Sekarang parkir di jalan.

Presiden Republik Indonesia
Sebentar-sebentar, dilurus dulu ini. Rp50 miliar itu hanya itu gimana?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Kalau untuk Pak Presiden tentu kecil Pak. Kami sudah ajukan ke Menteri PU, Pak, sudah tertulis.

Presiden Republik Indonesia
Oke nangkep. Oke, ya Pak Menteri ini catat juga, bangun.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Siap, terima kasih Pak Presiden.

Presiden Republik Indonesia
Ini hanya ekspansi kan, perluasan kan?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Iya, perluasan Pak.

Presiden Republik Indonesia
Di tempat yang sama?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Lahannya ada?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Lahannya ada, milik kita.

Presiden Republik Indonesia
Oke. Rp50 miliar? Enggak lebih lho ya.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Iya Pak, cukup.

Presiden Republik Indonesia
Jangan nanti sudah kita perintah nanti lebih. Cukup?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Cukup.

Presiden Republik Indonesia
DED sudah ada?

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Ada Pak.

Presiden Republik Indonesia
Oke.

Marwan (Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat)
Siap. Terima kasih Pak Presiden.

Presiden Republik Indonesia
Oh, sebentar-sebentar, biasanya yang saya suruh naik ke panggung itu saya beri sepeda. Tapi karena mau pilpres tidak boleh ngasih sepeda. Jadi saya beri foto ini. Ini yang namanya kerja cepat. Baru naik belum ada lima menit fotonya sudah jadi. Ini mohon maaf, ini kalau ditukar sepeda bisa lebih dapat dua puluh sepeda dapat ini, karena albumnya ada tulisannya ‘Istana Presiden Republik Indonesia’, yang mahal ini, yang mahal ini. Oke, ya Pak Syahrial, sama-sama silakan.

Jadi ke depan itu adalah era kecepatan, ke depan adalah era kecepatan, baik kecepatan pelayanan, kecepatan kerja, semuanya. Dalam era digital seperti sekarang ini, era Revolusi Industri 4.0 yang namanya kecepatan itu sangat penting sekali. Sudah keluar produk-produk baru yang kita kadang-kadang enggak tahu, sudah nongol yang baru lagi. Ada artificial intelligence, ada big data, ada internet of thing, ada virtual reality. Di bidang keuangan ada bitcoin, cryptocurrency, semuanya keluar. Ini akan keluar terus. Kita harus merespons ini, harus merespons setiap perubahan-perubahan global yang ada. Kalau tidak kita ditinggal. Dan kecepatan itu, kecepatan dalam bekerja saat ini sangat penting sekali, kecepatan melayani sangat penting sekali, baik itu dalam lingkup pasar, lingkup kota, lingkup kabupaten, dan lingkup negara dalam kita berkompetisi.

Ke depan, ke depan negara besar bisa mengalahkan negara kecil, sudah enggak musimnya seperti itu. Atau negara kaya mengalahkan negara miskin, eranya bukan era seperti itu lagi. Tapi ke depan, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lamban. Kuncinya ada di situ, dalam segala hal.

Oleh sebab itu, saya mengingatkan kepada kita semuanya untuk mengubah pola pikir kita, mengubah mindset kita mengenai kecepatan, karena Revolusi Industri 4.0 tidak bisa kita cegah lagi, tidak bisa kita hambat lagi. Ini akan datang dan kita siap atau tidak siap, dia akan datang ke kita.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan saya ingin menyampaikan penghargaan kepada pasar-pasar terbaik tadi yang sudah maju ke depan. Dan dengan ini juga saya resmikan 600 pasar rakyat yang dibangun atau direvitalisasi. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pagi hari ini saya membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru