Peringatan Hari Konstitusi Tahun 2023 di Gedung Nusantara IV MPR/DPR/DPD-RI, Senayan, Provinsi DKI Jakarta, 18 Agustus 2023
Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peringatan Hari Konstitusi Tahun 2023, 18 Agustus 2023
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Ketua MPR Republik Indonesia, Bapak Doktor Haji Bambang Soesatyo beserta para Wakil Ketua MPR RI;
Yang saya hormati pimpinan lembaga-lembaga negara, pimpinan DPR RI, DPD RI, Ketua Mahkamah Konstitusi, Ketua Komisi Yudisial;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI, Wakapolri;
Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama, atas nama pemerintah, bangsa, dan negara, saya mengucapkan Selamat Hari Konstitusi dan Selamat Ulang Tahun ke-78 kepada MPR Republik Indonesia. Peringatan ini merupakan momentum yang strategis untuk mendiskusikan strategi bangsa dalam mencapai cita-cita di tengah kondisi dunia, yang sering tidak terduga dan penuh dengan ketidakpastian.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Sering kita mengatakan, kita ingin membangun masyarakat yang adil dan makmur, kita ingin menjadi negara yang maju, kita ingin menjadi negara yang sejahtera. Semua visi ini benar. Namun, menurut saya untuk mengeksekusinya harus jelas tolok ukurnya. Adil dan makmur, apa tolok ukurnya. Negara maju, negara yang sejahtera, apa tolok ukurnya. Apakah pendapatan per kapita atau indeks pembangunan manusia atau tingkat pengangguran atau angka kemiskinan atau apa, atau justru semuanya? Karena visi jika tidak dirumuskan tolok ukurnya, itu namanya jargon politik. Iya, jargon politik. Tidak jelas bentuknya, tidak bisa dijabarkan strateginya, tidak bisa dirumuskan langkah-langkahnya dan biasanya bisa dipastikan sulit akan terwujud.
Artinya yang ingin saya katakan, visi besar itu jangan sampai hanya jargon politik. Jangan hanya bahasa-bahasa normatif saja, bahasa yang indah-indah saja, yang enak didengarkan. Jangan juga yang hanya di awang-awang. Visi besar itu harus membumi, visi yang taktis, harus jelas tolak ukur capaiannya, harus jelas strategi besar dan strategi teknisnya, harus jelas langkah-langkahnya, harus jelas target waktunya, dan seterusnya, dan seterusnya. Ini penting agar rakyat kita bisa memahami ke mana arah bangsa ini akan pergi, ke mana tujuannya, sehingga rakyat bisa berpartisipasi dan rakyat merasa memiliki.
Bapak Ketua MPR RI, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Kita memang harus punya strategi besar dan strategi teknis. Bisa saja seperti yang sering disampaikan oleh Bapak Ketua MPR mengenai PPHN untuk mencapai visi kita. Tapi yang ingin saya tegaskan, kita tidak boleh kaku, sebab dunia saat ini bergerak begitu sangat cepatnya. Tantangan dan peluang juga berubah sangat pesatnya setiap hari, setiap jam bisa berubah-ubah, sehingga fleksibilitas menjadi sangat penting.
Jangan terlalu banyak aturan yang membelenggu. Jangan terlalu banyak jebakan-jebakan yang kita buat sendiri, sehingga kita tidak bisa bergerak. Beri kebebasan kepada eksekutif agar lincah dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang tentu saja harus disertai pengawasan yang efektif. Artinya, menurut saya, aturan itu harus memberikan ruang fleksibilitas sehingga kita bisa bergerak cepat dalam memanfaatkan peluang untuk memenangkan persaingan, untuk memenangkan kompetisi dengan negara-negara lain.
Karena di era kompetisi seperti sekarang ini, untuk bisa menang kita harus bisa lebih baik dibandingkan dengan kompetitor, dengan negara lain. Kita tidak bisa hanya melihat diri kita sendiri, enggak bisa. Atau merasa, karena kalau melihat diri sendiri, merasa sudah cukup, merasa sudah baik. Ini berbahaya. Kita harus bisa lirik kanan dan lirik kiri. Oh, negara lain begitu, kita harus menyesuaikan lebih baik. Oh, kompetitor kita seperti itu, berarti kita harus bagaimana, itu yang harus dirumuskan. Kita harus pelajari apa yang dilakukan negara lain dan kita harus adaptif. Jika kompetitor melakukan perubahan kebijakan, kita juga harus, dan kebijakan kita harus lebih baik dari mereka. Sehingga, sekali lagi, fleksibilitas itu sangat penting.
Banyak yang menyampaikan, kenapa kita memberikan insentif kepada pembeli mobil listrik yang angkanya juga kalau kita lihat sangat besar. Seingat saya, kendaraan bermotor Rp7 juta, mobil listrik disubsidi kurang lebih Rp70 juta, ini untuk apa? Ya karena negara lain semua melakukan itu. Contoh Thailand, memberikan subsidi kepada mobil listrik 68. Kalau kita di bawah itu, investasi semua akan pergi ke sana, tidak akan pergi ke Indonesia. Inilah dunia yang memang berkompetisi sangat ketat sekali.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Saya rasa, itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan sekali lagi, saya mengucapkan Selamat Hari Konstitusi dan Selamat Ulang Tahun ke-78 MPR RI. Semoga Indonesia ke depan melalui kontribusi seluruh komponen bangsa, mampu meraih apa yang kita cita-citakan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.