Peringatan Hari Lahir ke-46 Partai Persatuan Pembangunan, 28 Februari 2019, di Ecovention Ocean Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 28 Februari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.939 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati yang mulia para Ulama, para Kiai Sepuh yang hadir, wabilkhusus Romo Kiai Haji Maimun Zubair, Ketua Majelis Syariah PPP, Bapak Zarkasih Nur, Pimpinan Majelis Tinggi PPP,
Yang saya hormati Ketua Umum DPP PPP Bapak Romi Romahurmuziy beserta seluruh jajaran Pengurus DPP dan DPW serta DPC yang siang hari ini hadir di tempat ini,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja yang hadir, seluruh Ketua dan Pimpinan Ormas dan Organisasi Pemuda yang hadir,
Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia, serta para Kader PPP di seluruh tanah air dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote.

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat harlah yang ke-46 bagi Partai Persatuan Pembangunan. Partai yang jati dirinya adalah partai dakwah dari awal sampai sekarang, dan saya yakin kedepannya PPP akan terus menjadi partai yang selalu berjuang untuk kemaslahatan umat. Dan saya yakin bahwa PPP adalah partai yang berjuang dan dekat dengan umat serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat sehari-hari.

Yang kedua Pak Romi, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya ingin sedikit membandingkan negara kita dengan negara lain, yaitu Afghanistan. Tadi sudah banyak Bapak Ketua Umum berbicara masalah keluarga, saya ingin berbicara masalah negara dengan negara seperti apa. Pertama, saya ingin menyampaikan bahwa di Afghanistan itu memiliki tujuh suku dan di Indonesia memiliki 714 suku. Itu sebagai perbandingan awal terlebih dahulu: Indonesia 714, Afghanistan tujuh. Dan kurang lebih empat puluh tahun yang lalu, karena konflik dua suku di Afghanistan, yang satu membawa teman dari luar, dari negara lain, yang satu membawa teman dari luar dari negara lain, akhirnya dua suku yang berkonflik itu menjadi berperang. Dan sudah empat puluh tahun sampai sekarang belum bisa terselesaikan.

Apa hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini? Tahun lalu saya bertemu dengan Presiden Afghanistan Doktor Ashraf Ghani dan bertemu dengan Ibu Negara Afghanistan, Ibu Rula Ghani. Yang ingin saya ceritakan pertemuan saya dengan Ibu Rula Ghani, sudah dua kali. Kalau dengan Presiden Ashraf Ghani tiga kali. Ibu Rula Ghani menyampaikan kepada saya, “Presiden Jokowi, empat puluh tahun yang lalu Afghanistan ini adalah negara yang aman tenteram.” Dan yang saya tahu, memang Afghanistan adalah negara kaya, kaya deposit minyak dan gas dan kaya akan deposit emas. Beliau bercerita, “saya dulu, negara lain belum banyak yang punya mobil, di Afghanistan saya sudah mengendarai mobil, baik di Kabul maupun ke luar kota Kabul, antarkota aman, tenteram, tidak ada masalah. Tapi kemudian empat puluh tahun yang lalu terjadi konflik dan kemudian perang, dimulai dari konflik antarsuku.” Siapa yang dirugikan?. Ini yang berbicara Ibu Rula Ghani, “Siapa yang paling dirugikan dari peristiwa konflik dan perang itu? Yang dirugikan dua, yang pertama adalah wanita, yang kedua adalah anak-anak.” Wanita sudah enggak bisa keluar rumah, anak-anak juga susah untuk meraih pendidikan di sekolah-sekolah karena memang keadaan tidak memungkinkan. Memang sangat-sangat berat sekali konflik yang ada di sana.

Dua hari sebelum saya ke Kabul, saya ke Kabul, dua hari sebelum saya ke Kabul ada bom, 103 orang meninggal dan ratusan lain luka-luka. Dua jam sebelum pesawat saya turun di Kabul, dua jam sebelumnya juga ada bom lagi, lima tewas dan belasan orang luka-luka.

Apa yang disampaikan oleh Ibu Rula Ghani? “Dulu, kita bisa naik mobil, sekarang Presiden Jokowi, kita bisa naik sepeda pun di lingkungan di jalan itu sudah alhamdulillah.”  Betapa peradaban itu menjadi mundur lagi ke belakang. Inilah bahayanya konflik yang itu dimulai dari dua suku, dari tujuh suku yang ada.

Kita ingin bayangkan, bayangkan Pak Romi, Bapak-Ibu sekalian, Kita 714 suku yang berbeda-beda agama, adat, tradisi, budaya, bahasa daerah, beda-beda semuanya. Betapa sangat berbahayanya yang namanya konflik. Dan Presiden Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya, “Presiden Jokowi hati-hati, konflik, yang namanya suku, antar suku itu segera selesaikan, segera rampungkan, dan segera padamkan. Apalagi konflik yang menyangkut agama, jangan tunggu waktu sedetikpun, segera rampungkan dan selesaikan.” Beliau sangat respek kepada negara kita Indonesia karena setelah saya cerita 714 suku, 260 juta penduduk kita yang hidup di 17.000 pulau, beliau sangat-sangat takjub betul bagaimana masyarakat yang beragam ini bisa bersatu, bisa rukun, bisa merasa sebagai saudara sebangsa dan setanah air.

Inilah saya kira tugas besar kita dalam menjaga, dalam merawat persatuan, merawat kerukunan, merawat persaudaraan kita, merawat ukhuwah kita, merawat ukhuwah islamiah kita, merawat ukhuwah wathaniyah kita. Tugas besar kita ada di sana.

Oleh sebab itu, seperti tadi yang disampaikan Pak Romi, sangat berbahaya sekali karena urusan politik pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden, aset terbesar, modal terbesar kita persatuan menjadi terganggu. Gara-gara hoaks, gara-gara fitnah, gara-gara gibah, gara-gara kabar-kabar bohong yang sekarang ini tidak hanya muncul di media sosial tetapi sudah muncul dari pintu-ke pintu, dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah. Hati-hati masalah ini.

Saya mengajak kita semuanya untuk berani merespons ini, segera. Karena modal besar kita, aset terbesar kita, seperti tadi saya sampaikan, persatuan, kerukunan, persaudaraan yang akan terganggu gara-gara masalah ini. Bukan barang yang sepele, ini bukan barang sepele, hati-hati. Sehingga tegas saya sampaikan kepada Kapolri, tindakan hukum tegas harus diberikan kepada siapapun yang mengganggu persatuan bangsa kita dengan cara-cara menyebar hoaks dari pintu ke pintu, di media sosial. Tegas, harus tegas.

Ini saya sampaikan karena ini semakin mendekati 17 April saya lihat, seperti tadi disampaikan oleh Pak Ketua Umum dan tadi yang sudah sedikit saya sampaikan, ini kelihatannya akan kalau kita enggak tegas, enggak merespons ini akan semakin merebak di mana-mana.

Saya rasa itu sedikit pesan yang saya sampaikan pada hari yang sangat berbahagia ini, Harlah ke-46 PPP. Kembali saya ingin menyampaikan ucapan dirgahayu ke-46 Partai Persatuan Pembangunan. Mari kita bersama-sama bekerja untuk kebaikan umat, kebaikan seluruh rakyat, dan kebaikan bangsa dan negara kita Indonesia.

Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru