Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Lahir Ke-73 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) serta Doa untuk Keselamatan Bangsa, 27 Januari 2019, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati Yang Mulia para Ulama, para Habaib, para Kiai, para Ibu Nyai, wabilkhusus Ketua PBNU Bapak Prof. KH. Said Aqil Siradj, beserta Rais Aam PBNU Bapak K.H. Miftahul Akhyar,
Yang saya hormati Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid yang saya hormati,
Yang saya hormati, yang kita banggakan, Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Ibu Khofifah Indar Parawansa, beserta seluruh jajaran Pengurus Pusat, Wilayah, Cabang, Anak Cabang, Ranting, Anak Ranting, yang pagi hari ini hadir di Gelora Bung Karno di Jakarta ini,
Yang saya hormati Ketua Panitia Ibu Yenny Wahid,
Yang saya hormati seluruh Menteri yang hadir, Gubernur DKI Jakarta,
Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.
Saya tahu, tadi sudah disampaikan bahwa yang hadir di sini adalah dari seluruh tanah air. Ada yang dari Sumatra, dari Lampung, dari Palembang, dari Sumatra Barat, ada di mana?
Ada juga yang dari Jawa Barat, mana Jawa Barat? Sampurasun!
Ada juga yang dari Jawa Tengah, dari Jawa Timur, mana? Sugeng enjang!
Ada ndak yang dari Lampung? Tabik pun!
Ada ndak yang dari Medan? Horas!
Ada ndak yang dari DKI Jakarta? Selamat pagi!
Inilah negara kita, Indonesia. Saya tahu yang hadir di sini juga ada yang dari Papua dan Papua Barat. Tadi disampaikan oleh Bu Khofifah ada 40 yang dari Papua dan Papua Barat. Inilah negara Indonesia yang sangat besar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Penduduk kita sekarang sudah 260 juta. 149 juta bertempat tinggal di Pulau Jawa, tetapi masih ada 17.000 pulau lagi yang kita miliki dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Ini yang perlu saya ingatkan, bahwa negara kita, Indonesia, adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kita sering lupa ini. Dan penduduk Indonesia ini berbeda-beda, bermacam-macam, majemuk, warna-warni, beranekaragam. Berbeda suku, berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda bahasa daerah. Tadi sudah saya singgung kalau Jawa Tengah dan Jawa timur, sugeng enjang, kalau di Jawa Barat, sampurasun, kalau di Lampung dan Palembang, tabik pun, di Jakarta, selamat pagi, di Medan, horas. Tapi Sumatra Utara bagian tengah, majua-juah, agak ke timur, juah-juah, nanti ke Nias, agak selatan sudah beda lagi, ya’ahowu. Bahasa kita berbeda-beda karena kita memang memiliki 714 suku dengan 1.100 lebih bahasa daerah. Inilah negara kita, Indonesia.
Kita dianugerahi oleh Allah berbeda-beda, bermacam-macam, beda-beda semuanya. Sudah menjadi sunatullah, sudah menjadi hukum Allah, bahwa bangsa kita ini beda-beda. Oleh sebab itu, tadi sudah disampaikan oleh Ketua Umum Muslimat NU, bahwa marilah kita menjaga nilai-nilai aswaja, nilai-nilai toleransi, saling menghargai, saling menghormati di antara suku-suku yang ada, di antara perbedaan-perbedaan agama yang kita miliki. Juga tadi disampaikan mengenai moderasi Islam, Islam yang moderat, tidak yang radikal, tidak yang ekstrem, tetapi, sekali lagi, mampu menghargai, mampu menghormati saudara-saudara kita yang lain, yang berbeda agama, berbeda suku, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda bahasa daerah.
Pada kesempatan yang baik ini saya titip, ini kalau sudah menjelang tahun politik, baik nanti adanya pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden, kalau sudah masuk ke hal-hal yang bersifat politik kita ini sering lupa, antarkampung tidak saling omong, tidak saling sapa gara-gara pilihan bupati, antartetangga tidak saling sapa, tidak saling omong gara-gara pilihan gubernur, di dalam majelis taklim yang sama tidak saling omong gara-gara pilihan presiden. Lho lho lho lho lho lho. Apakah ini benar? Benar ndak? Jangan seperti itu, jangan saling mencela. Boleh ndak mencela? Boleh ndak mencela? Boleh ndak saling menghina? Boleh ndak saling mengejek? Boleh ndak menyebar hoaks? Kita ini adalah saudara sebangsa dan setanah air. Sekali lagi, sudah sunatullah, sudah menjadi hukum Allah bahwa kita memang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya mengajak kepada Bapak-Ibu semuanya, khususnya Ibu-ibu Muslimat NU untuk bersama-sama kita menjaga persatuan kita, untuk bersama-sama kita merawat dan menjaga persaudaraan kita, untuk kita bersama-sama menjaga dan merawat kerukunan kita. Marilah kita jaga ukhuwah kita, ukhuwah islamiah kita, ukhuwah wathaniyah kita, jangan sampai karena perbedaan-perbedaan yang tadi saya sebutkan, kita menjadi tidak seperti saudara. Padahal kita adalah saudara sebangsa dan setanah air.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya mengucapkan selamat Harlah Muslimat NU yang Ke-73. Semoga Muslimat NU tambah jaya, selalu diberikan barokah oleh Allah SWT, dan Indonesia menjadi negara makmur dan sejahtera.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.