Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Tingkat Kenegaraan Tahun 1442 H/2020 M (secara virtual), 29 Oktober 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil alamin, washalatu wassalamu ‘ala asrafil ambiya’i wal mursalin, sayyidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammadin, wa ‘ala alihi wasahbihi ajma’in. Amma ba’du.
Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia;
Yang saya hormati Yang Mulia para Alim Ulama, para Habaib, para Kiai, para Ustaz;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, para Pimpinan dan Anggota Lembaga Negara;
Yang saya hormati Yang Mulia para Duta Besar Negara-Negara Sahabat;
Hadirin dan Undangan yang berbahagia.
Selawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam (saw.). Dengan rahmat dan karunianya, kita dapat memperingati Maulid Nabi, di tengah COVID-19 dengan penuh hikmat dan rasa syukur. Tahun ini, kita memperingati Maulid Nabi di tengah badai pandemi yang melanda seluruh dunia. Pandemi ini telah berdampak yang dalam pada seluruh dimensi kehidupan dan sekaligus menguji kesabaran kita sebagai umat beriman.
Hadirin yang saya muliakan,
Penting sekali bagi kita untuk mengambil pelajaran dari kelahiran manusia yang paling mulia, Kanjeng Nabi Muhammad saw. Menyelami samudra kearifan, meraih butir-butir keteladanan dari sosok Nabi. Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai uswatun hasanah, role model atau suri teladan dengan akhlakul karim, berakhlak mulia yang wajib kita ikuti. Salah satu akhlak terbaik beliau adalah peduli pada lingkungan sekitar. Beliau bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan saudaranya, maka Allah akan melepaskan kesusahannya nanti pada hari kiamat”. Semangat kepedulian terhadap sesama sebagaimana dicontohkan dan diperintahkan Nabi harus menjadi semangat kita sebagai bangsa di masa pandemi seperti sekarang ini.
Karena pandemi tidak bisa dihadapi secara individual, oleh orang per orang atau pun oleh pemerintah saja, tapi memerlukan ikhtiar bersama dengan semangat ukhuwah: ukhuwah islamiah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Kita bersyukur karena selama hampir delapan bulan kita dilanda pandemi, kita menyaksikan bagaimana masyarakat dengan tulus saling membantu, ikhlas membagikan sebagian rezekinya untuk meringankan beban saudara-saudaranya yang kesusahan. Kita juga patut bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh masyarakat, organisasi keumatan dan kemasyarakatan MUI, NU, Muhammadiyah, dan lain-lainnya yang ikut bahu-membahu memberikan tenaga relawan, bantuan sosial, dan juga menyediakan fasilitas kesehatan untuk penanganan COVID-19. Bergerak bersama melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Bersinergi dengan pemerintah tanpa memandang perbedaan.
Hadirin yang saya hormati,
Sebagai orang yang beriman kepada Allah Swt., tentu saja kita harus mengambil hikmah dari setiap kejadian. Sebab kita meyakini, setiap kejadian dan ciptaan Allah pasti ada hikmahnya, tidak ada yang sia-sia. Kita terus berdoa memohon pertolongan dibarengi dengan ikhtiar batin dengan memperbanyak zikir, istigfar, dan tobat kepada Allah, memperbanyak infak dan sedekah. Salah satu pesan penting dalam sejarah kelahiran Nabi adalah fakta bahwa beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Adakah ujian yang lebih berat bagi seorang anak melebihi ujian menjadi anak yatim? Namun kemudian, Nabi tidak dibiarkan terlantar sendiri melainkan dilindungi dan diselimuti kasih sayang Allah. Kisah ini mengirim pelajaran penting kepada kita semua. Bagaimana pun beratnya ujian yang sedang kita hadapi saat ini, Allah akan melindungi dan menyelamatkan kita.
Mengakhiri sambutan ini, saya mengajak umat Islam di seluruh Tanah Air bermunajat, memohon pertolongan Allah Swt., memohon jalan keluar dari kesulitan, memberi kekuatan kepada bangsa kita agar segera pulih dan bangkit dari pandemi. Saya rasa itu hal penting yang saya sampaikan dalam kesempatan ini.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.