Peringati 75 Tahun RI, Mahasiswi di Swiss Kerja Sama dengan UNESCO Luncurkan Aplikasi ‘iWareBatik’
Memperingati Hari Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia, mahasiswi Indonesia di Universitàs della Svizzera Italiana (USI), Swiss bekerja sama dengan UNESCO meluncurkan aplikasi iWareBatik yang bertujuan untuk menjadi arsip digital Batik sebagai warisan budaya tak benda.
Aplikasi iWareBatik akan bermanfaat untuk mengidentifikasikan tekstil Batik, nilai-nilai filosofis di balik motifnya, tempat asal dan informasi-informasi lain yang relevan dengan Batik tersebut. iWareBatik diluncurkan dalam bentuk laman iwarebatik.org dan aplikasi ponsel pintar tepat pada tanggal 17 Agustus 2020.
Lebih dari 100 motif Batik telah terdokumentasikan, dan masih akan terus diperkaya lagi dengan motif-motif Batik lainnya. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan para pengguna mengetahui motif batik dengan mengambil foto kain batik yang sedang dipakai. Hingga saat ini, aplikasi tersebut dapat mengidentifikasi beberapa motif batik, yaitu merak, kawung, ampiek, parang, dan akan dikembangkan lebih lanjut di masa yang akan datang.
Puspita Ayu Permatasari, selaku Koordinator Riset Teknologi Komunikasi iWareBatik untuk Batik Indonesia, menyampaikan filosofi dibalik iWareBatik yaitu “I am aware of Batik“. “Melalui aplikasi ini, kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear) tapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai,” jelasnya. Sebagai informasi, Puspita kini tengah menekuni Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata sebagai fokus studi S3-nya di USI.
Fitur peta interaktif juga tersedia pada aplikasi ini, sehingga orang-orang dapat mengetahui motif Batik yang khas dari masing-masing provinsi di Indonesia. “Harapannya, orang-orang yang berkunjung ke Indonesia, misalnya ke Kalimantan Selatan, atau Maluku, atau provinsi mana saja, bisa mengetahui motif Batik yang khas dari daerah tersebut, sebelum memutuskan membeli batik apa yang dijadikan souvenir,” lanjut Puspita.
Dalam proses pengembangan aplikasi ini pun, Puspita dan tim USI juga melakukan konsultasi intens dengan pihak KBRI Bern. “Ide untuk digitalisasi batik ini dapat sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia untuk membeli dan menggunakan batik,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Muliaman D. Hadad. Oleh karena itu, materi tentang pariwisata Indonesia pun dimasukkan di dalam aplikasi tersebut. (Kemlu/EN)