Perkuat Ekspansi Pasar Indonesia, Pimpinan H&M Global Production Hadap Presiden Jokowi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 Februari 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 21.739 Kali
Delegasi H&M Global Production Helena Helmerson, Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismer Skoog dan Mendag Thomas Lembong memberikan keterangan pers pada Rabu (24/2) siang.

Delegasi H&M Helena Helmerson, Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismer Skoog dan Mendag Thomas Lembong di Kantor Presiden (24/2). (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Perdagangan Thomas Lembong menerima kunjungan kehormatan delegasi H&M Global Production yang dipimpin oleh Helena Helmerson dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismer Skoog di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (24/2) pagi.

Selain bertemu dengan delegasi H&M Global Production yang merupakan perusahaan fashion internasional asal Swedia, dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga berdialog dengan pelaku industri fashion, seniman, dan desainer Indonesia.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong menyampaikan, bahwa pertemuan ini tentunya sangat menguntungkan bagi Kementerian Perdagangan karena ini  merupakan industri yang sangat besar sumbangannya kepada ekspor Indonesia.

 “Jadi saat ini industri tekstil dan produk tekstil menghasilkan  ekspor sekitar 13 miliar dollar AS per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sejumlah 2,7 juta tenaga kerja,” kata Mendag Thomas Lembong saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Rabu (24/2) siang.

 Menurut Thomas, H&M sudah berada di Indonesia sejak 1996, dan 98% dari pengadaan H&M adalah untuk tujuan ekspor.

Menteri Perdagangan menilai, industri fashion salah satu industri masa depan Indonesia, karena cocok dengan budaya kreatif. “Banyak pelakunya dari kalangan muda dan banyak memanfaatkan keunggulan kita di tradisi kerajinan dan inovatif,” terangnya.

Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi itu, baik Pemerintah Swedia dan H&M, maupun pelaku industri fashion, garmen dan kesenian menyampaikan beberapa masukan untuk menggenjot sektor garmen dan fashion agar bisa lebih maju.

Menurutnya, dengan Swedia yang merupakan salah satu negara investor yang cukup signifikan di Indonesia ini, diharapkan dapat terus menjalankan kerja sama dengan Pemerintah Swedia untuk mendukung sektor swasta di Indonesia.

Thomas menambahkan, pertemuan ini berkaitan dengan revisi daftar negatif investasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah beberapa waktu lalu. Dalam daftar tersebut, sektor yang dibuka lebih lebar untuk investor asing adalah ritel.

Menurut Thomas, H&M termasuk salah satu contoh ideal. Thomas menjelaskan, Indonesia membuka akses lebih lebar kepada pasar Indonesia, tapi juga seiringan industri tersebut harus melakukan ekspansi pengadaan, procurement sourcing, dan juga membangun pabrik untuk mensuplai bukan hanya tokonya di Indonesia tetapi tokonya di seluruh dunia.

“Jadi ini trade off-nya begitu. Bahwa, di satu sisi kita membuka akses pasar tetapi di lain sisi mereka  juga akan menambah  kapasitas produksi dan pengadaan dan sourcing untuk ekspor,” terang Thomas.

Untuk itu, selain melakukan ekspansi, pihak H&M juga akan melakukan kerjasama pengelolaan industri kreatif Indonesia. Thomas berupaya membangun ekosistem industri fashion dan suasana industri yang akan semakin inovatif dan akan semakin naik kelas.

“Jadi disamping ekspansi kita juga mau naik kelas. Kita juga mau masuk ke aspek-aspek dimana nilai tambahnya lebih besar. Jadi bukan hanya pabrik garmen atau tekstil tapi juga mulai masuk ke desain, mulai masuk ke tekstil-tekstil khusus,” terang Thomas.

Pimpinan H&M Global International Helena Helmerson menyampaikan, pertemuan ini selain untuk melakukan diskusi di bidang industri fashion, juga untuk mengembangkan pasar industri fashion dan potensinya di Indonesia. Pihaknya ingin melakukan ekspansi produk ritel dan pihaknya mengakui melihat potensi besar untuk melakukan ekspansi itu di Indonesia.

“We’re being here to learn more the market and its potential. And it’s also force to continue the growth of production in Indonesia,” kata Helena Helmerson.

(FID/ES)

Berita Terbaru