Pernyataan Pers Bersama Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Malaysia, 5 Februari 2021, di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 5 Februari 2021
Kategori: Keterangan Pers
Dibaca: 1.021 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati, Perdana Menteri Malaysia Yang Mulia Bapak Muhyiddin Yassin dan rombongan.

Pertama-tama, saya ingin menyampaikan ucapan selamat datang di Jakarta, selamat datang di Indonesia dan merupakan kehormatan bagi Indonesia menerima kunjungan Perdana Menteri Muhyiddin dan rombongan.

Indonesia dan Malaysia adalah negara tetangga dekat dan serumpun, dan Malaysia juga merupakan salah satu mitra penting Indonesia di bidang perdagangan, di bidang investasi, di bidang pariwisata, dan sosial budaya. Kita akan terus memperkuat hubungan baik antardua negara melalui komunikasi yang kuat pada semua tingkat. Tadi saya sudah juga menyampaikan kepada Bapak Perdana Menteri Muhyiddin bahwa setiap saat ada masalah-masalah kecil atau masalah-masalah sedang, kita bisa langsung telepon jam berapapun, jadi saya kira ini hubungan yang sangat baik.

Dan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Muhyiddin berjalan dengan baik, terbuka, dan komprehensif. Saya menyampaikan apresiasi penghargaan atas kerja sama perlindungan WNI (Warga Negara Indonesia) di Malaysia, terutama selama pandemi. Dan saya kembali menitipkan WNI di Malaysia pada Pemerintah Malaysia. Dan terkait perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), saya menekankan pentingnya penyelesaian pembuatan MoU (Memorandum of Understanding), MoU baru mengenai penempatan dan perlindungan pekerja domestik Indonesia di Malaysia. Selain itu, dua negara juga perlu membangun one channel system agar masalah penempatan tenaga kerja dapat dilakukan secara lebih baik untuk mencegah terjadinya para pekerja menjadi korban perdagangan manusia.

Yang kedua, juga mengenai isu sawit. Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit. Dan perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama dan Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini.

Yang ketiga, saya juga menyambut baik kesepakatan secara prinsip dibentuknya Travel Corridor Arrangement (TCA) kedua negara dan mengenai waktu pemberlakuan TCA akan dikomunikasikan kemudian. Saya juga menyampaikan pentingnya ASEAN segera menyelesaikan ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework dan di masa sulit seperti ini menjadi kepentingan ASEAN untuk terus menunjukkan soliditas.

Yang keempat, kita juga tadi membahas isu kawasan dan dunia, termasuk perkembangan yang terjadi di Myanmar. Kita prihatin dengan perkembangan politik di Myanmar dan kita berharap perbedaan politik itu dapat diselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku. Dan untuk mewujudkan visi komunitas ASEAN, penting bagi kita semua untuk terus menghormati prinsip-prinsip Piagam ASEAN, terutama prinsip rule of lawgood governance, demokrasi, hak asasi manusia, dan pemerintahan yang konstitusional.

Sebagai satu keluarga, kita minta dua menteri luar negeri untuk berbicara dengan Chair of ASEAN guna menjajaki dilakukannya pertemuan khusus menteri luar negeri (negara-negara) ASEAN mengenai perkembangan Myanmar. Tadi secara detail juga kami sudah berbicara dengan Bapak Perdana Menteri mengenai ini, dan dalam pertemuan tadi juga kita membahas mengenai isu Rohingya dan berharap isu tersebut tetap menjadi perhatian kita. Selain itu, kita juga bertukar pikiran mengenai stabilitas dan keamanan kawasan. Saya menekankan bahwa stabilitas akan tercipta, termasuk di Laut Cina Selatan, jika semua negara menghormati hukum internasional, terutama UNCLOS (United Nations Convention on The Law of the Sea) 1982.

Demikian yang dapat saya sampaikan, dan dengan hormat saya mengundang Bapak Perdana Menteri Muhyiddin untuk menyampaikan pandangannya.

Saya persilakan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Perdana Menteri Malaysia (Tan Sri Muhyiddin Yassin)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih Yang Mulia Bapak Presiden Jokowi, Presiden Republik Indonesia, delegasi setara dari sekian.

Utamanya saya ucapkan berbanyak-banyak terima kasih, jutaan terima kasih sebenarnya pada Yang Mulia Bapak Presiden kerana sudi menerima saya dan delegasi Malaysia sempena lawatan sulung saya sebagai Perdana Menteri Malaysia yang ke-8. Terima kasih, Pak.

Walaupun dalam suasana menghadapi pandemi COVID-19 hingga pada pematuhan ketat pada protokol kesehatan, sambutan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia amat luar biasa. Sebelum saya sampai ke sini pun, saya terperanjat oleh barisan warna-warni. Terima kasih.

Sebagai jiran akrab dan juga negara tonggak ASEAN, Malaysia dan Indonesia mempunyai hubungan yang amat rapat. Saya ingin zahirkan rasa puas hati terhadap tahap hubungan dua hala yang bertambah kukuh di setiap peringkat.

Saya percaya, melalui semangat serumpun, sebarang isu-isu yang timbul dapat kita rundingkan bersama demi kesejahteraan rakyat kedua-dua negara dan buat rantau Asia Tenggara.

Saya ingin menambah beberapa yang Bapak Presiden nyatakan sebentar tadi terhadap perkara-perkara yang berikut:

Pertamanya isu Myanmar. Seperti Indonesia, Malaysia juga memandang serius akan keadaan politik semasa di Myanmar yang merupakan satu langkah ke belakang dalam proses demokrasi di negara tersebut. Adalah dikuatiri pergolakan politik di Myanmar boleh menjejaskan keamanan dan kestabilan di rantau ini. Sehubungan itu, saya sangat bersetuju dengan cadangan supaya kedua-dua menteri luar diberikan mandat untuk mencari kesepakatan, supaya satu mesyuarat khas ASEAN diadakan bagi membincangkan perkara ini dengan lebih mendalam lagi.

Keduanya ialah, berkenaan dengan cadangan permulaan perundingan reciprocal green lane, dan Travel Corridor Arrangement Framework (RGL-TCA). Saya ingin mengambil kesempatan untuk menambah bahwa skim RGL-TCA ini bertujuan untuk merangsang semula perdagangan peleburan di antara Malaysia dan Indonesia dalam tempoh pandemi COVID-19 ini. Perbincangan awal telah pun dimulakan di peringkat kerja, dan saya juga berharap kedua-dua pihak akan dapat menggiatkan lagi rundingan bagi memperincikan standard operating procedure/SOP untuk pelaksanaan reciprocal green lane scheme tersebut ini. Saya juga percaya kedua-dua negara akan mencapai kata sepakat mengenai SOP ini dalam waktu yang terdekat. Apa yang penting ialah pihak berkuasa kesehatan kedua-dua negara perlu meneliti dan juga menilai situasi semasa COVID-19 di kedua-dua negara sebelum ianya dapat kita laksanakan.

Berkenaan dengan kerja sama menentang diskriminasi industri minyak sawit. Saya dengan Bapak Presiden telah menzahirkan kebimbangan Malaysia dan juga Indonesia terhadap kempen anti minyak sawit yang berlaku terutama di Eropa, Australia, dan Oceania. Kempen anti minyak sawit ini ialah tidak berasas dan tidak menggambarkan kelestarian industri sawit dunia, serta bercanggah dengan komitmen EU (European Union) kepada WTO mengenai amalan perdagangan bebas. Justru itu, saya telah memaklumkan kepada Bapak Presiden bahwa Malaysia juga telah memfailkan tindakan undang-undang di atas EU kepada 15 Januari 2021 di Pertubuhan Perdagangan Dunia/WTO sama seperti yang telah pun dilakukan oleh Indonesia pada Desember 2019 yang lalu.

Malaysia akan terus bekerja sama dengan pihak Indonesia dalam isu diskriminasi minyak sawit, terutama memperkasakan council of palm oil producing countries, dan inilah bagi memastikan kita dapat melindungi industri sawit, utamanya bagi menyelamatkan berjuta-juta perkebun kecil yang bergantung hidup sepenuhnya pada industri sawit di Malaysia dan juga di Indonesia.

Berhubungan dengan deportasi dan program rekalibrasi pendatang asing tanpa tanpa izin pekerja migran Indonesia. Berhubung pekerja migran warga negara Indonesia, saya telah menzahirkan penghargaan kepada Bapak Presiden yang telah memudah cara proses deportasi pekerja migran yang bekerja secara tidak sah di Malaysia. Saya telah memohon kepada Bapak Presiden, supaya perwakilan Indonesia di Malaysia dapat menawarkan program rekalibrasi, ataupun pemutihan, ataupun amnesti untuk mereka pulang, atau program rekalibrasi tenaga kerja yang sedang pun berlangsung sehingga bulan Jun tahun ini. Saya juga telah meminta kerja sama dari Bapak Presiden untuk meningkatkan usaha dalam memastikan warga negara Indonesia yang ingin datang bekerja di Malaysia memasuki Malaysia melalui saluran yang sah.

Berkenaan dengan pengambilan tenaga kerja Indonesia dan pengkhidmat domestik Indonesia ataupun PDI, Kerajaan Malaysia akan bekerja sama dengan Republik Indonesia bagi memastikan pengambilan dan perlindungan bagi PDI ini adalah berlandaskan undang-undang negara sedia ada. Malaysia percaya bahwa dengan perbincangan berterusan kedua-dua negara akan mencapai persefahaman dan persepakatan mengenai MoU on The Employment and Protection of Indonesian Domestic Workers in Malaysia, selaras dengan ekspresi undang-undang buruh negara masing-masing.

Berkenaan dengan kerja sama alam sekitar dan jerebu lintas sepadan untuk menjaga kelestarian alam sekitar, saya dan Bapak Presiden telah berbincang mengenai kerja sama alam sekitar, termasuk isu climate change dan jerebu lintas sepadan di antara kedua-dua negara. Melalui kerja sama ini agency yang bertanggung jawab di kedua-dua negara akan dapat berkongsi best available practices dalam pengurusan badan dan tanah gambut, dan selain itu  kedua-dua kementerian yang bertanggung jawab juga akan menunjukkan vocal point bagi memudahkan  komunikasi dalam isu alam sekitar dan jerebu lintas sepadan.

Perbincangan saya dan Bapak Presiden juga telah menyentuh mengenai MoU common guidelines yang merupakan suatu inisiatif yang baik bagi memelihara kebajikan dan kesejahteraan nelayan Malaysia dan Indonesia yang menjalankan aktiviti perikanan di kawasan yang mempunyai isu maritim. Malaysia berharap agar kesemua agency penguatkuasaan kedua-dua negara terus memberikan komitmen yang penuh terhadap pelaksanaan MoU tersebut.

Berhubung dengan situasi di Laut Cina Selatan, Malaysia juga berpandangan bahwa isu tuntutan maritim di perairan tersebut dan penyelesaiannya hendaklah dibuat secara aman berdasarkan prinsip-prinsip undang-undang antarabangsa yang diiktiraf secara universal termasuklah UNCLOS 1982. Semua pihak perlu mengelak dari mengambil tindakan yang boleh menimbulkan ketegangan dan bersifat provokasi, self-restraint, serta juga mengelak tindakan berkaitan ketenteraan ataupun militarization. Malaysia juga committed untuk menyelesaikan isu-isu berkaitan laut Cina Selatan secara konstruktif menggunakan forum dan saluran diplomatik yang sesuai.

Hasil daripada perbincangan kami, yang saya kira cukup bermanfaat pada hari ini, saya berpendapat sudah sampai masanya bagi hubungan kerja sama Malaysia dan Indonesia dipertingkatkan lagi ke peringkat yang strategic. Dengan peringkatkan hubungan dua hala yang strategic, saya yakin kita dapat mengoptimumkan kerja sama yang sudah pun terjalin, terutamanya dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan pelaburan.

Pengukuhan kerangka kerja ini mencerminkan tekad dua pemimpin serumpun untuk berganding bahu demi menjana kemakmuran bersama. Sehubungan itu, kami telah memberi mandat kepada kedua-dua menteri luar untuk mengenal pasti bidang-bidang strategic yang boleh diberikan keutamaan.

Sebagai penutup, saya ingin sekali lagi merakamkan ucapan setinggi-tinggi terima kasih kepada Bapak Presiden, di atas kesudian untuk menerima kunjungan ini. Dan saya yakin inilah pertemuan yang amat bersejarah, saya rasa bersyukur kerana Bapak Presiden pun menyatakan kalau ada perkara-perkara penting tiap-tiap hari, bisa telepon Bapak Presiden.

Jadi, saya ucapkan terima kasih di atas kesudian itu dan kita mendoakan hubungan antara Malaysia dan Indonesia terus kekal abadi untuk kebaikan kita bersama.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Keterangan Pers Terbaru