Pertemuan dengan Nelayan serta Peninjauan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), 8 Januari 2020, di Pelabuhan Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 Januari 2020
Kategori: Sambutan
Dibaca: 491 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para Menteri, Panglima TNI, Bapak Gubernur.
Bapak-Ibu sekalian seluruh nelayan di Kepulauan Natuna yang saya hormati dan yang saya cintai.

Apa kabar?
Benar baik?

Hari ini saya datang ke sini ingin memastikan, juga ingin memberitahukan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya bahwa Kepulauan Natuna ini adalah teritorial kita yang masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kenapa ini saya sampaikan? Karena jelas di Natuna ini adalah ada penduduknya, di Natuna ini ada penduduknya sebanyak 81.000. Di sini juga ada Bupatinya, di sini juga ada Gubernurnya, ada semuanya. Jadi jangan sampai ada yang justru kita sendiri bertanya dan meragukan, ndak ada, dari dulu sampai sekarang Natuna ini adalah Indonesia, teritorialnya Indonesia. Jelas, penduduknya 81.000 juga masuk dalam salah satu dari 514 kabupaten dan kota Indonesia. Apalagi yang harus dipertanyakan? Ndak ada.

Dan yang namanya kedaulatan itu tidak boleh ditawar, tidak ada tawar-menawar untuk kedaulatan. Tapi kita juga harus tahu apakah kapal negara asing ini masuk teritorial kita atau tidak. Ndak ada yang masuk ke teritorial kita. Tadi saya tanyakan ke Panglima (TNI), apakah ada kapal yang masuk ke teritorial Indonesia? Tidak ada. Yang ada adalah masuk ke Zona Ekonomi Eksklusif. Itu lewat semua kapal, bisa. Tapi hati-hati kalau dia nyuri ikan, lha itu baru boleh diusir atau ditangkap. Tapi tidak masuk dalam teritorial Indonesia, ini yang…, tolong ini dibedakan. Kalau ini campur aduk, nanti kita menjadi bingung. Tidak ada.

Sekali lagi bahwa kedaulatan itu tidak bisa dan tidak ada yang namanya tawar-menawar. Enggak ada!

Yang kedua, ini urusan ikan sekarang. Ini sudah empat tahun kita siapkan dan kita buatkan ini. Ada manfaat enggak sih? Sampai saat ini ada manfaatnya? Belum? Ngomong apa adanya, belum atau sudah? Supaya ada manfaatnya diapakan? Diapakan? Ayo diapakan?

Saya tadi tanya, kalau nangkep ikan, sudah dapat ikan 400 kg, 500 kg jualnya ke mana? Jualnya ke tengkulak, benar? Ya, benar? Benar? Artinya semua ikan yang ditangkap itu ada yang membeli? Dipastikan ada yang beli? Ada? Terus kalau ini dibuat, apa yang diinginkan dari nelayan? Apa? Oke, nanti ngomong-ngomong lagi. Enggak…, kejauhan, enggak jelas (terdengar). Oke.

Intinya, Bapak-Ibu sekalian, kita pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah ingin agar sumber daya alam laut kita yang ada di Natuna dan sekitarnya ini dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk rakyat di sini. Caranya bagaimana? Saudara-saudara tahu semuanya dan inilah yang akan dikerjakan dan didukung oleh pemerintah. Ini kita sudah habis banyak lo dan harus bermanfaat bagi Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya. Jadi nanti kalau ada yang kurang-kurang, itu yang harus diperbaiki. Jangan sampai bangunan yang sudah saya lihat sangat baik seperti ini tidak memberi manfaat pada nelayan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru