Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023, di Grha Bhasvara Icchana Kantor Pusat Bank Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, 29 November 2023
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023, di Grha Bhasvara Icchana Kantor Pusat Bank Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, 29 November 2023
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat malam,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati ketua dan pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara yang hadir, Yang Mulia para duta besar negara-negara sahabat, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati Gubernur Bank Indonesia beserta para Dewan Gubernur Bank Indonesia yang hadir;
Yang saya hormati ketua dan pimpinan OJK dan LPS, para gubernur, bupati, dan wali kota, para direktur utama perbankan dan lembaga-lembaga keuangan;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas sinergi yang terbangun selama ini; Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan, OJK, LPS, pemerintah daerah, dan swasta, sehingga proses pemulihan ekonomi kita dapat berjalan dengan baik dan stabilitas ekonomi kita juga pada posisi yang tetap stabil.
Seperti tadi disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Bapak Perry Warjiyo, bahwa dunia memang tidak sedang baik-baik saja. Banyak fenomena isu domestik negara-negara yang berdampak ke global. Amerika Serikat, inflasi dan suku bunga yang tinggi. RRT, perlambatan ekonomi dan krisis properti. Peningkatan tensi geopolitik yang semua dadakan semuanya. Perang Ukraina, enggak ada hujan enggak ada angin tahu-tahu perang. Gaza, enggak ada hujan enggak ada angin tahu-tahu perang. Semua negara penginnya itu kalau mau perang memberitahu dulu, jadi kita bisa siap-siap apa yang perlu disiapkan.
Sehingga, saya selalu ingin menghadiri konferensi, summit, pertemuan-pertemuan internasional karena memang ingin mendengar ini sebetulnya mau lari ke mana. Perangnya masih lama atau besok bisa berhenti, dampaknya apa terhadap ekonomi kita, dampaknya apa terhadap pangan di negara kita, dampaknya apa terhadap energi terutama yang berkaitan dengan harga. Sehingga sampai dua minggu saya datang ke Arab Saudi dua kali, dalam dua minggu dua kali. Saya hanya ingin mendengar konflik perang di Gaza ini akan seperti apa, konflik Israel-Palestina ini akan sampai kapan, karena yang hadir saat itu 57 negara. Tetapi, di akhir summit, saya dalam hati menyimpulkan bahwa memang perangnya tidak mungkin disetop dalam waktu dekat.
Oleh sebab itu, dampak dari perang yang ada harus sama-sama kita antisipasi. Karena kalau sudah yang namanya perang, ini mengganggunya ke mana-mana; gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi. Semuanya akan terdampak, semuanya.
Kemudian juga, dampak perubahan iklim. Dulu kita selalu berbicara perubahan iklim, tapi belum kelihatan, apa sih. Tapi sekarang ini sudah betul-betul kita rasakan dan dampaknya ke mana-mana. Pemanasan global betul-betul kita rasakan dan akibatnya produksi pangan kita sedikit menurun, dan 22 negara membatasi ekspor pangan. Dadakan lagi ini. Dulu yang namanya impor beras, semua negara menawarkan. Saya punya stok, saya punya stok, saya punya stok, sekarang 22 negara setop ekspor dan membatasi ekspor pangan.
Tapi apapun, alhamdulillah dan patut kita syukuri, Indonesia masih tetap tumbuh dan stabil. Pertumbuhan ekonomi, kita tahu semuanya tadi sudah disampaikan oleh Pak Gubernur, di kisaran 5 persen. Ini kalau kita berbicara dengan kepala negara lain, dengan presiden, dengan perdana menteri, kita bangga banget loh dengan pertumbuhan ekonomi kita yang masih di kisaran 5 persen. Meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah, saya tadi sampaikan ke Pak Gub, “Pak Gub, saya mendengar dari banyak pelaku-pelaku usaha, ini kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku-pelaku.” Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN atau terlalu banyak yang dipakai membeli SRBI atau SVBI, sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang.
Dan juga dari fiskalnya juga sama, kita cek. Realisasi belanja pemerintah daerah, ini kalau ada gubernur, bupati, dan wali kota, realisasi belanja pemerintah daerah padahal tinggal tiga minggu itu masih di angka 64 persen, 64 persen. Pemerintah pusat juga masih di angka 76 persen. Hal-hal seperti ini hampir setiap hari selalu saya ikuti dan selalu saya telepon, tapi enggak telepon Pak Gubernur, nanti mengintervensi. Menteri Keuangan pasti saya telepon. Ini kondisinya seperti apa sebetulnya. Kembali lagi, pertumbuhan ekonomi kita terjaga di kisaran 5 persen.
Dan saya mengajak seluruh perbankan memang harus prudent, memang harus hati-hati, tetapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai-ramai membeli yang tadi saya sampaikan ke BI maupun ke SBN, meskipun juga boleh-boleh saja, tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu.
Kalau kita bandingkan pertumbuhan ekonomi kita di kisaran 5 persen. Malaysia, tadi dapat data 3,3 persen, Amerika [Serikat] 2,9 persen, Korea Selatan 1,4 persen, EU/Uni Eropa 0,1 persen. Inilah yang patut kita syukuri kita masih di angka, sekali lagi, 5 persen. Inflasi juga masih cenderung stabil 2,6 persen. Hanya hati-hati ini untuk pangan, utamanya beras.
Artinya apa? Kita harus optimis, tetapi tetap harus waspada, tetap harus hati-hati. Waspada pada perubahan yang super cepat. Perubahan terhadap disrupsi teknologi yang juga super cepat. Memang kita harus prudent dalam melangkah, tetapi juga jangan terlalu hati-hati. Kredit terlalu hati-hati, kredit semuanya terlalu hati-hati akibatnya kering perputaran di sektor riil. Tetapi yang paling penting juga antisipasi terhadap semua skenario ke depan. Cepat dalam merespons setiap perubahan. Misalnya untuk inflasi, cek terus di lapangan, selesaikan kalau ada masalah dengan cepat.
Kemudian juga perkuat KSSK. Sering ketemu, sering berbicara untuk menjaga stabilitas sektor keuangan. Kalau pada keadaan normal mungkin enggak apa-apa tiga bulan sekali Pak Gubernur BI, Pak Ketua OJK, Pak Kepala LPS bertemu dengan Ibu Menteri Keuangan dan Pak Menko Perekonomian. Tapi dalam situasi seperti ini tidak bisa. Minimal seminggu sekali atau dua minggu sekali ketemu untuk ya ngopi bareng-bareng kan enggak ada masalah, enggak usah serius tetapi saling bertukar angka, bertukar kalkulasi, bertukar hitungan-hitungan karena memang kondisinya kita harus merespons dengan cepat terhadap situasi-situasi yang berubah.
Selain itu, kita juga butuh booster, butuh momentum untuk menjaga terus pertumbuhan dan kalau bisa, bisa naik dan meningkat. Saya kira kita memiliki strategi besar, baik dalam hilirisasi industri maupun ekonomi hijau. Dan, ini akan menjadi sebuah penggerak ekonomi nasional yang akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah yang ada, dan tentu saja akan menopang ekonomi yang berkelanjutan.
Terakhir, tahun depan kita akan mengadakan pemilu, pesta demokrasi terbesar. Tapi perlu saya ingatkan tidak perlu dikhawatirkan. Kita, negara kita ini sudah berpengalaman mengadakan pemilu enggak sekali dua kali, sudah lima kali. Jadi perbedaan, agak hangat, agak panas ya biasa, perbedaan pilihan itu juga wajar saja. Karena yang kita tahu semuanya bangsa kita ini, bangsa Indonesia ini bangsa yang cinta damai, bangsa yang suka bersatu, bangsa yang senang harmonis. Marilah kita bersatu untuk Indonesia Maju.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.