Pertumbuhan Ekonomi 2018 Ditargetkan 6,1%, Menkeu: Investasi Harus Tumbuh 8%

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Maret 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 20.197 Kali
Menkeu, Sri Mulyani, menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/3) petang. (Foto: Humas/Jay)

Menkeu, Sri Mulyani, menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/3) petang. (Foto: Humas/Jay)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengemukakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dalam range 5,4%-6,1% pada 2018, ada sejumlah langkah yang harus dipenuhi, diantaranya bagaimana perkembangan tahu 2017 sampai dengan semester I ini, dan juga bagaimana pertumbuhan investasinya.

“Presiden sangat menekankan, skenario apapun semuanya membutuhkan investasi lebih besar. Jadi, growth dari investasi yang harus di atas 8% yang sekarang ini hanya 6%,” kata Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/3) petang.

Untuk bisa mencapai 8%, menurut Menkeu, tidak mungkin hanya memompa dari defisit APBN saja. Yang paling penting adalah dari swasta. Dari swasta itu, lanjut Menkeu, termasuk kontribusi dari kredit perbankan, capital market, dan dari sisi BUMN.

Bisa Lebih

Mengenai pertumbuhan ekonomi 2017 sendiri, Menkeu Sri Mulyani mengatakan, kemungkinan bisa lebih tinggi dari asumsi 5,1% mungkin bisa naik jadi 5,2% atau bahkan ada yang optimistis jadi 5,3%.

Kemudian dari sisi harga minyak, menurut Menkeu, sudah lebih tinggi dari 45 dolar AS per barel. Lalu inflasi, Presiden sudah menekankan supaya tetap dijaga apabila harga-harga pangan tetap stabil. “Tapi ini ada tekanan yang cukup real dari sisi inflasi. Kemudian kurs juga karena inflasi kita relatif lebih tinggi, mungkin juga akan mengalami tekanan,” ujarnya.

Beban asumsi makro ini, lanjut Menkeu, tentu akan dilihat bagaiamana pengaruhnya ke APBN. Ia menyebutkan, dari sisi APBN beberapa pos seperti kalau harga minyak naik, kurs yang meningkat, maka kita akan dapat penerimaan dari sumber daya alam yang lebih tinggi. Namun, pada saat yang sama apabila subsidi tidak dilakukan perubahan kita juga akan mengalami kenaikan subsidi. Hitungannya terutama untuk LPG, kemudian BBM, dan juga kenaikan dari solar.

“Kenaikan-kenaikan itu saling menghilangkan, sehingga bagaimana kita bisa mengelola APBN tetap tidak terlalu berbeda jauh namun momentum program pemerintah dan pergerakan ekonomi tidak terganggu.

Ini yang tadi kita persentasikan,” pungkas Menkeu. (FID/JAY/ES)

 

Berita Terbaru