Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo dalam  Rangka HUT Ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di Depan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 16 Agustus 2019, di Gedung MPR/DPR/DPD RI Senayan, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 16 Agustus 2019
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 1.002 Kali

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam damai sejahtera untuk kita  semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Haji Muhammad Jusuf Kalla beserta Ibu,
Yang saya hormati Ketua, para Wakil  Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia;
Yang saya hormati, Ketua, para Wakil  Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
Yang saya hormati, Ketua, para Wakil  Ketua, dan para Anggota Lembaga-Lembaga Negara;
Yang saya hormati Ibu Hajah Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia Kelima;
Yang saya hormati Bapak Try Sutrisno dan Bapak Hamzah Haz;
Yang saya hormati Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid;
Yang saya hormati Bapak Kyai Haji Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Terpilih masa bakti 2019-2024;
Yang saya hormati sahabat saya Bapak Sandiaga Uno;
Yang saya hormati yang mulia Para Duta Besar Negara- Negara Sahabat dan para Pimpinan Perwakilan Badan dan Organisasi Internasional;
Yang saya hormati para hadirin serta Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,

Tadi banyak yang menanyakan kepada saya, pakaian yang saya pakai ini dari daerah mana. Nunas nurge tiang matur ini pakaian dari Sasak, Nusa Tenggara Barat, dari bumi Sasak. Berembe kabar, pelungguh de senamean?

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya ingin mengajak kita semuanya untuk meneguhkan kembali semangat para pendiri bangsa, bangsa kita bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta, bukan hanya Pulau Jawa. Tetapi, Indonesia adalah seluruh pelosok tanah air, dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote. Karena itulah pembangunan yang kita lakukan harus terus Indonesiasentris yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok nusantara.

Indonesia Maju bukan hanya karya Presiden bukan hanya karya Wakil Presiden, bukan hanya lembaga eksekutif, bukan hanya lembaga legislatif ataupun yudikatif saja. Tetapi keberhasilan Indonesia juga karya para pemimpin agama, para budayawan, para pendidik. Keberhasilan Indonesia adalah juga karya para pelaku usaha, para buruh, para pedagang, para inovator maupun para petani, para nelayan, dan UMKM, serta karya seluruh anak bangsa Indonesia.

Kecepatan kita dalam meraih cita-cita adalah peran besama. Peran PDI-Perjuangan, peran Golkar, peran  Nasdem, peran PKB, peran PPP, peran Perindo, peran PSI, peran Hanura, peran PBB dan peran PKPI. Dan jangan lupa juga peran Partai Gerindra,  Partai PKS, Partai Demokrat serta Partai PAN, Partai Berkarya dan Partai Garuda.

Saya yakin jika kita sepakat dengan  satu visi Indonesia Maju, kita mampu melakukan lompatan kemajuan, lompatan untuk mendahului kemajuan bangsa lain. Sebagai Kepala Negara yang merangkap Kepala Pemerintahan, sebagai Presiden dalam sistem Presidensial yang dimandatkan oleh konstitusi, saya mengajak kita semuanya untuk optimis dan kerja keras dan sayalah yang memimpin lompatan kemajuan kita bersama.

Saudara-saudara Sebangsa dan Setanah Air,
Saat ini kita berada dalam dunia baru. Dunia yang jauh berbeda dibanding era sebelumnya. Globalisasi terus mengalami pendalaman yang semakin dipermudah oleh revolusi industri jilid ke 4. Persaingan semakin tajam dan perang dagang semakin memanas. Antar negara berebut investasi, antar negara berebut teknologi, antar negara berebut pasar, berebut orang-orang pintar. Antar negara memperebutkan talenta-talenta hebat yang bisa membawa kemajuan bagi negaranya.

Dunia tidak semata sedang berubah tetapi sedang terdisrupsi. Dan di era disrupsi ini kemapanan bisa runtuh, ketidakmungkinan bisa terjadi. Jenis pekerjaan bisa berubah setiap saat. Banyak jenis pekerjaan  lama yang hilang tetapi juga makin banyak jenis pekerjaan baru yang bermunculan. Ada profesi yang hilang, tetapi   juga   ada   profesi baru yang bermunculan. Ada pola bisnis lama yang tiba-tiba usang dan muncul pola bisnis baru yang gemilang dan mengagumkan. Ada keterampilan mapan yang tiba-tiba tidak relevan dan ada keterampilan baru yang meledak dan dibutuhkan, dan sangat dibutuhkan.

Arus komunikasi dan interaksi yang semakin mudah dan terbuka, harus dimanfaatkan sekaligus diwaspadai. Pengetahuan dan pengalaman yang positif jauh lebih mudah sekarang ini kita peroleh. Tetapi kemudahan arus komunikasi dan interaksi juga membawa ancaman-ancaman. Ancaman terhadap ideologi kita Pancasila, ancaman  terhadap  adab  sopan  santun kita, ancaman terhadap tradisi dan seni budaya kita, ancaman terhadap warisan kearifan-kearifan lokal bangsa kita.

Dalam bidang pertahanan-keamanan kita juga harus tanggap dan siap. Menghadapi perang siber, menghadapi intoleransi, menghadapi radikalisme, menghadapi terorisme, serta menghadapi ancaman kejahatan-kejahatan lainnya baik dari dalam maupun luar negeri yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Indonesia tidak takut terhadap keterbukaan. Kita hadapi keterbukaan dengan kewaspadaan. Kewaspadaan terhadap ideologi lain yang mengancam ideologi bangsa. Kewaspadaan terhadap adab dan budaya lain yang tidak sesuai dengan kearifan bangsa kita. Kewaspadaan dalam apapun yang mengancam kedaulatan kita.

Indonesia tidak takut terhadap persaingan. Tidak takut terhadap persaingan. Kita hadapi persaingan dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan yang kita miliki. Karena itu, tidak ada pilihan lain, kita harus berubah. Sekali lagi kita harus berubah. Cara-cara lama yang tidak kompetitif tidak bisa diteruskan. Strategi baru harus diciptakan. Cara-cara baru harus  dilakukan.  Kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya. Tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya. Sekali lagi, kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya. Tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya.

Dalam kompetisi global yang ketat berebut pengaruh, berebut pasar, berebut investasi kita harus lebih cepat dan lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Kita harus lebih cepat dan lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga. Investasi harus membuka lapangan kerja baru, harus menguntungkan  bangsa kita. Langkah demi langkah tidak lagi cukup. Lompatan demi lompatan kita butuhkan. Lambat asal selamat tidak lagi relevan, yang kita butuhkan adalah cepat dan selamat.

Dalam situasi dunia yang penuh persaingan, misi untuk ikut membangun tatanan dunia yang lebih baik tidak boleh kita abaikan. Kontribusi pada perdamaian dunia harus kita lanjutkan. Kontribusi pada kesejahteraan dunia harus kita tingkatkan. Inisiatif, kolaborasi dan kerja sama pembangunan dunia harus kita kembangkan. Kemanusiaan harus tetap menjadi ruh politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

Dunia yang kita huni bersama tidak selamanya mulus dan stabil. Tidak selamanya, tidak semuanya selalu pasti dan tidak selalu terduga sebelumnya. Kita sedang  menghadapi dinamika ekonomi global yang terus bergejolak dan menghadapi perubahan geopolitik. Krisis ekonomi melanda beberapa belahan dunia, krisis iklim mengancam dunia, kerusakan lingkungan menjadi ancaman kita bersama. Ring of fire yang melingkari wilayah Indonesia bisa menghadirkan bencana tanpa kita duga sebelumnya. Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan wilayah rentan bencana. Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, kebakaran hutan, banjir. Oleh karena itu sikap sigap dan waspada menghadapi ketidakpastian sangatlah penting.

Kapasitas kita dalam mengelola risiko menghadapi gejolak ekonomi global, mengelola bencana yang tidak terduga harus kita perkuat. Pembangunan kita harus sensitif terhadap berbagai risiko. Infrastruktur harus disiapkan mendukung mitigasi risiko bencana. Masyarakat juga harus waspada dan sadar risiko.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya banggakan,
Kita butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat kita bisa melompat dan mendahului bangsa lain. Kita butuh terobosan-terobosan,  jalan  pintas yang cerdik, yang mudah, yang cepat.  Kita  butuh  SDM-SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang toleran, yang berakhlak mulia. Kita butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi.

Kita butuh inovasi-inovasi yang disruptif yang membalik ketidakmungkinan menjadi peluang. Yang membuat kelemahan menjadi kekuatan dan keunggulan. Yang membuat keterbatasan menjadi keberlimpahan. Yang mengubah kesulitan menjadi kemampuan. Yang mengubah tidak berharga menjadi bernilai untuk rakyat dan bangsa.

Berbekal inovasi, kualitas SDM, dan penguatan teknologi, penguasaan teknologi kita bisa keluar dari kutukan sumber daya alam kita. Memang negara kita ini kaya Bauksit, batubara, kelapa sawit, ikan, dan masih banyak lagi. Tapi tidak cukup di situ kalau kita tidak melakukan hilirisasi industri. Kalau kita melakukan hilirisasi industri kita pasti bisa melompat lagi.

Kita bangun industri pengolahan bauksit sehingga impor alumina tidak perlu dilakukan. Kita bangun hilirisasi industri batubara menjadi (Dimethyl Ether) DME sehingga kita bisa mengurangi impor jutaan ton LPG setiap tahunnya. Kita bangun hilirisasi nikel menjadi ferro nikel sehingga nilai tambah nikel kita akan meningkat 4 kali lipat.

Kita harus berani memulai dari sekarang. Beberapa lompatan kemajuan sudah kita lakukan. Kita sudah mulai dengan program B20 dan akan masuk ke B30, campuran solar dengan 30 persen biodiesel. Tapi kita bisa lebih dari itu, kita bisa membuat B100.  Kita bisa!

Kita juga sudah memproduksi sendiri avtur sehingga sekarang ini kita tidak impor avtur lagi. Tapi kita bisa lebih dari itu. Kita harus bisa  ekspor avtur, kita juga ingin produksi avtur berbahan kelapa sawit. Kita sudah mulai membuka ruang pengembangan mobil listrik, tapi kita bisa lebih dari itu. Kita ingin membangun industri mobil listrik sendiri.

Kita harus berani melakukan ekspansi tidak hanya bermain di pasar dalam negeri. Produk-produk kita harus mampu membanjiri pasar regional dan global, itu yang harus kita wujudkan. Pengusaha-pengusaha dan BUMN-BUMN kita harus berani menjadi pemain kelas dunia. Itu yang harus kita lakukan. Talenta- talenta kita harus memiliki reputasi yang diperhitungkan di dunia internasional, itu yang harus kita siapkan. Sekali lagi kita harus semakin ekspansif, from  local to global.

Jika kita, kita semuanya segera serius berbenah bersama, saya yakin kita mampu melakukan lompatan-lompatan kemajuan secara signifikan. Momentumnya adalah sekarang. Tatkala kita antara 2020 hingga 2024 berada di puncak periode bonus demografi. Jika kita lebih fokus mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan menggunakan cara-cara baru, maka saya yakin bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan kita.

Lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan harus kita dukung untuk melakukan pembenahan secara besar-besaran, agar mampu menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Persaingan dunia yang semakin ketat dan disrupsi di berbagai bidang, membutuhkan kualitas SDM yang tepat. Kita butuh SDM yang berbudi  pekerti  luhur dan berkarakter kuat. Kita butuh SDM yang menguasai keterampilan dan menguasai ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan.

Persaingan dunia yang semakin ketat membutuhkan karakter SDM yang tepat. Pendidikan harus berakar pada budaya bangsa, memperjuangkan kepentingan nasional, dan tanggap terhadap perubahan dunia. Keluarga dan lembaga pendidikan menempati peran sentral dalam pendidikan anak-anak kita. Budi pekerti, sopan santun, toleransi, dan kedisiplinan termasuk kebiasaan mengantre dengan sabar dan teratur harus kita tanamkan sejak  dini. Biasa mandiri, percaya diri, gotong royong, dan saling peduli harus kuat ditanamkan dalam pendidikan dasar kita. Mencari sumber belajar sendiri, berpikir kritis, dan tidak mudah terhasut, problem solving harus  sudah tertanam kuat pada pendidikan menengah kita. Keterampilan vokasional yang akan dibutuhkan pasar, the emerging skills harus sudah dilatihkan sejak pendidikan menengah ini.

Untuk tingkat pendidikan tinggi kita harus berani mencanangkan target tinggi. Bahwa SDM lulusan pendidikan tinggi kita harus kompetitif di tingkat regional dan di tingkat global.

Pertama, SDM harus kompetitif dalam karakter, yaitu pekerja keras, jujur, kolaboratif, solutif dan enterpreneurship.

Kedua, SDM kita harus kompetitif dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang menguasai the emerging skills yang mampu mengisi the emerging jobs dan inovatif membangun the emerging business.

Namun, untuk mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur harus didahului oleh SDM sehat dan kuat. Oleh sebab itu,  turunkan stunting sehingga anak-anak kita bisa tumbuh menjadi generasi yang premium. Perluas akses kesehatan dengan pemanfaatan teknologi dan pembangunan infrastruktur dasar ke seluruh pelosok tanah air. Tingkatkan kualitas kesehatan dengan pengembangan inovasi dan budaya hidup sehat.

Hadirin yang Berbahagia,
Saya sangat menyadari bahwa strategi tersebut membutuhkan ekosistem politik, membutuhkan ekosistem hukum, membutuhkan ekosistem sosial yang kondusif. Kita butuh untuk terus melakukan deregulasi, penyederhanaan, dan konsistensi regulasi. Kita harus terus melakukan debirokratisasi, penyederhanaan kerja, penyederhanaan proses yang berorientasi pada pelayanan. Kita harus terus mencegah korupsi tanpa mengganggu keberanian berinovasi. Kita harus memanfaatkan teknologi yang membuat yang sulit menjadi mudah dan yang rumit menjadi sederhana.

Reformasi perundang-undangan harus kita lakukan secara besar-besaran. Saya mengajak kita semuanya, pemerintah, DPR, DPD, dan MPR juga Pemda dan DPRD untuk melakukan langkah-langkah baru. Kita tidak boleh terjebak pada regulasi yang kaku, yang formalitas, yang ruwet, yang rumit, yang basa-basi yang justru menyibukkan dan meruwetkan masyarakat dan pelaku-pelaku usaha. Ini yang harus kita hentikan. Ini yang harus kita hentikan.

Kita tidak bisa membiarkan regulasi yang menjebak kita, yang menakut-nakuti kita, yang justru menghambat inovasi. Ini harus dibongkar, dibongkar sampai ke akar-akarnya. Regulasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman harus dihapus. Sekali lagi, harus dihapus. Regulasi yang tumpang tindih, yang tidak konsisten antara satu dan lainnya harus diselaraskan, harus disederhanakan, harus dipangkas.

Namun demikian, kita juga harus tanggap terhadap tantangan baru yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pemanfaatan teknologi yang merusak keadaban bangsa, yang membahayakan persatuan dan kesatuan, yang membahayakan demokrasi harus kita atur secara terukur.

Kita harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber, termasuk kejahatan penyalahgunaan data. Karena data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita, kini data lebih berharga dari minyak. Karena itu kedaulatan  data harus diwujudkan. Hak warga negara atas data pribadi harus dilindungi. Regulasinya harus segera disiapkan, tidak boleh ada kompromi!!

Sekali lagi, inti dari regulasi adalah melindungi kepentingan rakyat, serta melindungi kepentingan bangsa dan negara. Regulasi harus mempermudah rakyat mencapai cita-citanya. Regulasi harus memberikan rasa aman. Dan regulasi harus mempermudah semua orang untuk berbuat baik, mendorong semua pihak untuk berinovasi menuju Indonesia sejahtera.

Oleh karena itu, ukuran kinerja para pembuat peraturan perundang-undangan harus diubah. Bukan diukur dari seberapa banyak Undang-undang, PP, Permen  atau pun Perda yang dibuat. Tetapi sejauh mana kepentingan rakyat, kepentingan negara, kepentingan bangsa itu bisa dilindungi. Saya mengingatkan jajaran eksekutif agar efisien, agar lebih efisien. Untuk apa studi banding jauh-jauh sampai ke luar negeri padahal informasi yang kita butuhkan bisa diperoleh dari smartphone kita. Mau ke Amerika di sini komplet ada semuanya, mau ke Rusia di sini juga ada semua, mau ke Jerman di sini juga ada semuanya. Dan saya kira, ini juga relevan untuk Bapak Ibu Anggota Dewan.

Ukuran kinerja para penegak hukum dan HAM juga harus diubah, termasuk kinerja pemberantasan korupsi. Penegakan hukum yang keras harus didukung. Penegakan HAM yang tegas harus diapresiasi. Tetapi keberhasilan para penegak hukum bukan hanya diukur dari berapa kasus yang diangkat dan bukan hanya berapa orang yang dipenjarakan, bukan itu. Tetapi harus juga diukur dari berapa potensi pelanggaran hukum dan pelanggaran HAM bisa dicegah, berapa potensi kerugian negara yang bisa diselamatkan. Ini perlu kita garis bawahi. Oleh sebab itu, manajemen, tata kelola, serta sistemlah yang harus kita bangun. Sekali lagi manajemen, tata kelola, serta sistemlah yang harus kita bangun.

Demikian pula ukuran kinerja aparat pengawasan dan birokrasi pelaksana. Tata kelola pemerintahan yang baik bukan diukur dari prosedur yang panjang dan prosedur yang ketat. Tetapi tata kelola pemerintahan yang baik tercermin dari prosedur yang cepat dan sederhana, yang membuat ruang-ruang terobosan, dan mendorong lompatan-lompatan kemajuan. Orientasi kerja pemerintahan, orientasi kerja birokrasi pelaksana, orientasi kerja birokrasi pengawas haruslah orientasi pada hasil, bukan prosedur. Sekali lagi, harus berorientasi pada hasil.

Realisasi anggaran bukan diukur dari seberapa banyak anggaran yang telah dibelanjakan, bukan. Tetapi diukur dari seberapa baik pelayanan kepada masyarakat, seberapa banyak kemudahan diberikan kepada masyarakat. Kemudian ukuran akuntabilitas pemerintahan jangan dilihat dari seberapa banyak formulir yang harus diisi dan dilaporkan tetapi  seberapa baik produk yang telah dihasilkan. Orientasi mestinya harus ke sana. Anggaran negara harus sepenuhnya didedikasikan untuk rakyat.

Pemanfaatan teknologi terbaru telah terbuka peluang untuk mempermudah hal-hal yang dulu sulit, untuk mempermurah hal-hal yang dulu-dulu mahal, dan mempercepat hal-hal yang dulu lamban dan lama. Penyederhanaan prosedur dan pemanfaatan teknologi baru dalam bekerja harus pula disertai dengan penyederhanaan organisasi. Organisasi yang tumpang tindih fungsinya harus digabung. Pekerjaan administrasi yang bisa dilakukan oleh komputer dan oleh kecerdasan buatan Artificial Intelligence, harus mulai dilepas. Oleh karena itu, jumlah organisasi dan jumlah aparat yang tidak efisien dan tidak relevan harus mulai dipangkas. Ini akan segera kita mulai.

Dan tentu saja peningkatan kualitas dan kultur aparat, mulai dari aparat negara, birokrat, TNI, Polri, dan pejabat-pejabat BUMN, juga harus segera berubah. Harus segera berubah! Kita tidak kompromi aparat yang mengingkari Pancasila. Kita tidak kompromi aparat yang tidak melayani yang tidak turun ke bawah. Sebaliknya kita kan cari, kita apresiasi aparat yang selalu menebarkan optimisme, yang melakukan smart shortcut dan yang sepenuh hati melayani rakyat.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya banggakan,
Pada kesempatan yang bersejarah ini. Dengan memohon ridho Allah SWT, dengan meminta izin dan dukungan dari Bapak Ibu Anggota Dewan yang terhormat, para sesepuh dan para tokoh bangsa terutama dari seluruh rakyat Indonesia, dengan ini saya mohon izin untuk memindahkan ibu kota negara kita  ke Pulau Kalimantan. Ibu kota yang bukan hanya simbol identitas bangsa, tetapi juga representasi kemajuan bangsa. Ini demi terwujudnya pemerataan dan keadilan ekonomi. Ini demi visi Indonesia Maju. Indonesia yang hidup selama-lamanya.

Dirgahayu Republik Indonesia!
Dirgahayu Negeri Pancasila!
Terima kasih.
Merdeka!
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.

Jakarta, 16 Agustus 2019

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

JOKO WIDODO

Transkrip Pidato Terbaru