Pidato Kenegaraan, Presiden Jokowi: Indonesia Bangsa Besar, Tinggalkan Mental Budak

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 16 Agustus 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 23.839 Kali
Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana dan Wakil Presiden bersama Ibu Mufidah berfoto bersama pimpinan lembaga negara, di Gedung MPR/DPD/DPR, Jakarta, Rabu (16/8) siang. (Foto: Rahmat/Humas)

Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana dan Wakil Presiden bersama Ibu Mufidah berfoto bersama pimpinan lembaga negara, di Gedung MPR/DPD/DPR, Jakarta, Rabu (16/8) siang. (Foto: Rahmat/Humas)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bukan hanya karena jumlah penduduknya yang lebih dari 250 juta jiwa, bukan hanya karena memiliki 17 ribuan pulau. Bukan hanya karena sumberdaya alam yang melimpah. Tapi, kebesaran Indonesia karena bangsa ini sudah teruji oleh sejarah, bisa tetap kokoh bersatu sampai menginjak usianya ke-72 tahun.

Presiden Jokowi juga mengemukakan, bahwa Indonesia adalah bangsa petarung yang berani berjuang dengan kekuatan sendiri meraih kemerdekaan, merebut kemerdekaan berkat perjuangan para pahlawan kita, ulama, para santri, pemimpin agama-agama, dan pejuang dari seluruh pelosok Nusantara.

Semua itu, tegas Presiden, harus membuat kita semakin bangga pada Indonesia, negeri yang kita cintai bersama. Semua itu, harus membuat kita percaya diri untuk menghadapi masa depan.

“Kita harus meninggalkan warisan kolonialisme, yang menjadikan bangsa kita bermental budak, karakter rendah diri, pecundang dan selalu pesimis dalam melihat hari esok,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia  Tahun 2017, pada Sidang Bersama DPR-RI dan DPD-RI, di Gedung Nusantara, MPR/DPR/DPD, Jakarta, Rabu (16/8) siang.

Kepala Negara menegaskan, kita harus membuang jauh-jauh mentalitas negatif yang membuat sesama anak bangsa saling mencela, saling mengejek, dan saling memfitnah, karena kita adalah bersaudara, saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air.

Menurut Kepala Negara, kita harus membangun pondasi kultural yang kuat, bersatu dan berdiri gagah untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks, yang semakin ekstrim, dan berubah dengan sangat cepat.

“Hanya bangsa yang cepatlah yang akan memenangi persaingan global,” ujar Presiden Jokowi seraya mengingatkan, bahwa kita pernah menjadi tempat bagi negara lain untuk belajar, belajar tentang Islam, belajar tentang seni budaya, belajar tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dan lain-lain.

Kebanggaan inilah, tegas Presiden, yang harus kita rebut kembali, kebanggaan terhadap kreasi dan karya sendiri, kebanggaan terhadap produk sendiri.

Harus Percaya Diri

Sebagai bangsa yang besar dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, mempunyai ratusan suku dan ribuan pulau, Presiden Jokowi menegaskan, bangsa Indonesia harus percaya diri untuk meraih kemajuan, mengejar ketertinggalan dan mewujudkan kejayaan.

“ Kita harus percaya pada kekuatan bangsa kita sendiri. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa kita mampu untuk meraih kemajuan,” tegas Presiden seraya memberi contoh, dulu kita takut terhadap masuknya bank-bank asing ke negeri kita. Ternyata bank-bank nasional kita mampu bersaing dan kini telah menjadi bank-bank yang besar, dan modern.

Presiden Jokowi menegaskan, bahwa  kita memiliki kekuatan yang sungguh luar biasa yakni anak-anak muda.  Anak-anak muda kita, ungkap Presiden, banyak yang menjadi juara olimpiade matematika, fisika, dan biologi.

“Anak-anak muda kita telah menunjukan prestasi mereka, mulai dari menjadi juara hafidz Al-Qur’an, berprestasi dalam karya robotik, sangat inovatif sebagai start-up, dan juga kreatif dalam berkesenian sampai di panggung-panggung dunia. Demikian pula dengan industri kreatif dan  film-film nasional kita, yang banyak digerakkan oleh anak-anak muda, semakin digemari dan ditonton oleh banyak orang,” terang Presiden Jokowi.

Namun Kepala Negara meminta agar semua keunggulan itu tidak harus membuat kita terlena, membuat kita berpuas diri. Ia mengingatkan banyak pekerjaan yang harus dituntaskan. Masih banyak janji kemerdekaan yang harus ditunaikan.

Sidang bersama DPD RI – DPR RI yang dipimpin oleh Ketua DPD-R Oesman Sapta itu dihadiri  oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan itu dan juga dihadiri oleh para Ketua, Wakil Ketua, dan anggota lembaga negara, para menteri Kabinet Kerja dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian, Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie, Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 Republik Indonesia Try Sutrisno, Wakil Presiden ke-11 Republik Indonesia Boediono, Shinta Nuriyah Wahid, dan Karlina Umar Wirahadikusuma. (DND/FID/RMI/RAH/JAY/ES)

 

Berita Terbaru