Pidato Presiden Joko Widodo Pada Silaturahim Dengan Sineas Indonesia, di Istana Negara, Jakarta, 30 Maret 2015

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 31 Maret 2015
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 16.748 Kali

admin-ajax.php_Assalamualaikum Wr wb,
Menteri yang hadiri, seluruh insan perfilman ,

Saya sangat bangga sekali malam hari ini bisa bertatap muka dengan Bapak, Ibu dan Saudara-saudara semuanya. Saya jadi ingat masa kecil, saya juga senang nonton film paling tidak dua minggu sekali nonton karena juga nggak punya duit. Dulu saya ingat, di daerah itu ada tiga tempat nonton film: ada yang elit, ada yang rakyat, ada yang misbar. Saya nontonnya yang di rakyat. Jadi kalau di elit itu di bioskop gedenya sudah main bulan Januari, saya nunggunya bulan Juni, 6 bulan setelah itu. Kalau luput, ya nanti nunggu di misbar-nya.

Saat itu saya ingat, saya nonton film anak-anak waktu anak-anak “Si Buta dari Goa Hantu” saat itu. Kemudian agak gede sedikit diajak orang tua nonton “Ratapan Anak Tiri”. Kemudian gede lagi, agak sudah remaja gitu, nonton lagi gang sudah film-film remaja “Gita Cinta dari SMA”, apalagi “Puspa Indah di Taman Hati”, dan dulu yang sering main saya ingat sekali Mas Slamet Rahardjo, Mbak Christine Hakim, kemudian Mbak Yessi Gusman, Rano Karno, waktu remaja nonton-nonton film itu tapi tidak dengan pacar saat itu, nontonnya ramai-ramai dengan teman-teman. Tapi sebelum itu, itu ada film “Akibat Pergaulan Bebas”, saya ingat banget, saya ingin nonton itu tapi umur saya belum 17 tahun jadi saya nggak nonton.

Terus sekarang, sekarang saya juga masih nonton tapi tidak sering, paling tiga bulan sekali. Kalau malam  jam sembilan, setengah sepuluh nonton dengan anak istri ke bioskop.

Terakhir saya lihat, saya senang yang genre komedi, kalau yang dulu Dono Kasino, Benjamin, sekarang yang saya lihat sering nonton filmnya Raditya: Cinta Brontosaurus, yang pakai salmon apa ya.. Manusia Setengah Salmon, terus Comic Eight. Comic Eight saya lihat juga dan bagus sekali, saya senang sekali.

Tetapi yang kita lihat sekarang memang, yang tiga ini nggak ada sekarang, yang ada hanya yang satu. Yang bioskopnya ada di mall-mall besar, pasar yang dua ini tidak bisa lihat sekarang ini. Inilah saya kira tugas pemerintah, tugas Kementerian, tugas Badan Ekonomi Kreatif untuk memunculkan yang dua ini lagi agar rakyat bisa nonton film Indonesia.

Saya baca, sekarang ini ada kira-kira seribuan gedung bioskop, normalnya  harusnya saya diberi tahu paling tidak 5-6 ribu berarti masih kurang empat ribuan. Ini tugasnya pemerintah untuk memberikan stimulasi agar yang dua ini bisa hidup lagi. Kalau yang dua ini hidup lagi, saya meyakini industri perfilman dengan insentif dari pemerintah, nanti tugasnya Kementerian dan Badan Ekonomi Kreatif diberikan insentif, saya nggak ngerti sekarang ini kalau ditanya apa insentifnya, bisa insentif pajak dan bisa insentif-insentif yang lain. Karena memang tugas pemerintah adalah memberikan dorongan, karena kita memiliki pasar yang sangat besar sekali, pasar yang sangat besar sekali. Jangan sampai nanti yang karena industri perfilman Indonesia yang tidak menguasai pasar justru dikuasi oleh film-film dari luar, entah Hollywood, entah Bollywood, entah dari Korea atau dari Jepang yang justru menguasai pasar.

Pada kesempatan yang baik ini saya mengajak seluruh rakyat Indoensia, sebelum nonton film dari luar, nonton terlebih dahulu film-film indonesia.

Terakhir, Ayo Nonton Film Indonesia.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

(Humas Setkab)

Transkrip Pidato Terbaru