Pidato Presiden RI Pada Deklarasi Hari Santri Nasiona, Di Masjid Istiqlal, Jakarta, 22 Oktober 2015
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirahmanirahim.
Yang saya hormati para Ulama, para tokoh-tokoh organisasi ormas Islam, massa Islam, yang mulia para Duta Besar negara-negara sahabat, yang saya hormati Menteri Kabinet Kerja, yang saya hormati Ketua Majelis Ulama Indonesia, dan seluruh jajaran PBNU, para santri yang sore hari ini hadir, hadirin sekalian yang saya muliakan.
Marilah kita bersama-sama memajatkan syukur, bersyukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena karunianya kita dapat menghadiri deklarasi Hari Santri Nasional. Sholawat dan salam marilah kita curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga beliau beserta keluarga dan para pengikutnya, insyallah kita semua senantiasa dirahmati Allah hingga akhir zaman.
Hadirin sekalian yang saya hormati khususnya para santri.
Perjuangan Republik Indonesia tidak akan pernah terwujud apabila tidak ada semangat jihad, semangat jihad ke Indonesiaan, semangat jihad kebangsaan, atau semangat jihad untuk kemerdekaan dan untuk kemajuan Indonesia yang hidup di dada elemen bangsa. Perjuangan kemerdekaan Indonesia juga tidak akan pernah terwujud apabila tidak ada cita-cita bersama untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kita semua ikut menjaga ketertiban dunia berdasarkan perdamaian dan keadilan sosial.
Sejarah mencatat para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut. Para santri dengan caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, mengajarkan tentang arti kemerdekaan.
Mengingat peran historis itu, mengingat peran sejarah itu, mengingat peran santri menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, mengingat peran tokoh-tokoh santri seperti KH Hasyim Asari,KH Ahmad Dahlan, KH Ahmad Hasan, Syech Ahmad Suropati, Kiai Mas Abdurahman, tadi dari Nahdatul Ulama, dari Muhammadiyah, dari Persis, dari Alirsyad, dari Mathaul Anwar, tadi juga dibisiki oleh Kiai Said Aqil Sirad, masih ada nama-nama perwira PETA yang berasal dari kalangan santri, saya bacakan ini banyak sekali ada 17 : Kiai M Basumi, Kiai Sutalaksana, Kiai Parjangan dari Priangan, Kiai Hamid dari Priangan, Kiai Aruji Kartawinata dari Priangan, Kiai Mas Poer dari Bojonegoro, Kiai Khaliq Hasim dari Gresik, Kiai Tubagus Ahmad Khatib dari Banten,Kiai Oyong Ternaja dari Banten, Kiai Sam un dari Banten, Kiai Mas Mulyadi Joyomartono dari Solo, Kiai Idris dari Yogya, Kiai Abdulan Bin Nuh dari Bogor, Kiai Iskandar Sulaiman dari Malang, Kiai Nurjadman dari Tegal, Kiai Amin Jafar dari Madura, Kiai Abdul Hamid Mudari dari Sumenep, tadi adalah nama-nama perwira PETA berpangkat Mayor yang memimpin batalyon yang memberikan kontribusi yang besar dalam menjaga keutuhan dan kesatuan Republik Indonesia.
Untuk itu dengan seluruh pertimbangan pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri Nasional agar kita semua selalu ingat untuk meneladani semangat jihad ke Indonesiaan para pendahulu kita, semangat kebangsaan, semangat cinta tanah air, semangat rela ber korban untuk bangsa dan negara. Dengan mewarisi semangat ini saya berharap kepada para santri masa kita dan masa depan baik yang di Pesantren maupun yang diluar Pesantren dan seluruh anak bangsa dapat memperkuat jiwa religius keIslaman dan sekaligus juga jiwa nasionalisme kebangsaan.
Dengan mewarisi semangat ini para santri selalu ingat untuk selalu berjihad kepada bangsa, untuk tanah air , untuk tumpah darah Indonesia kita tercinta, dan untuk selalu ingat memperjuangkan kesejahteraan, memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan untuk selalu ingat meningkatkan pengetahuan dan teknologi demi kemajuan bangsa dan negara, dengan semangat itu kita akan semakin optimis menghadapi tantangan, menghadapi hambatan-hambatan yang ada di depan kita.
Dengan kesadaran itu saya menyakini Hari Santri Nasional tidak akan menimbulkan sekat-sekat sosial ataupun memicu polarisasi antar santri dengan non santri. Tapi sebaliknya akan memperkuat semangat kebangsaan, akan mempertebal rasa cinta tanah air, akan memperkokoh integrasi bangsa, serta memperkuat tali persaudaraan kita, semangat ini adalah semangat menyatukan, semangat menjadi satu untuk Indonesia, saya percaya dalam keragaman kita sebagai bangsa baik keragaman suku, keragaman agama maupun keragaman budaya, melekat nilai nilai untuk saling menghargai, saling menjaga toleransi, saling menguatkan tali persaudaran antar anak bangsa.
Akhirnya dengan mengucap Bismilahirahmanirahim saya nyatakan secara resmi tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Demikian terima kasih,
Wassalamualaikum wr wb
(Humas Setkab)