Pilih Buatan Putra Bangsa, Presiden Jokowi Tolak Pembelian Heli Canggih Merlin Agusta
Setelah mempertimbangkan dan juga mendengarkan berbagai masukan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk tidak menyetujui usulan pembelian helikopter canggih dan modern Merlin Agusta AW 101 sebagai pengganti helikopter Super Puma yang dirakit oleh PT. Dirgantara Indonesia (DI).
Yang pertama, Presiden beranggapan bahwa heli yang ada masih bisa digunakan secara maksimal. Yang kedua, dalam kondisi keuangan yang seperti ini, pembelian heli tersebut dianggap harganya terlalu tinggi. Maka dengan demikian, sekali lagi, Presiden tetap akan menggunakan heli yang ada, kata Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung kepada wartawan usai mengikuti rapat terbatas yang membahas alat utama sistem persenjataan (Alutsista), di kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/12) sore.
Walaupun demikian, menurut Seskab, perlu dipikirkan untuk pengadaan helikopter sebagai back up mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan dengan aktivitas Presiden yang sangat tinggi, tentunya dibutuhkan untuk memiliki back up heli. Terlebih saat ini sama sekali tidak ada back up heli Super Puma yang biasa digunakan oleh Presiden Jokowi.
Presiden memberi arahan, bahwa lebih baik digunakan, sesuai dengan peraturan yang ada, menggunakan yang bisa dikaroseri atau pun di-assembling atau pun dibuat oleh putra bangsa sendiri, terang Pramono.
Usulan KSAU
Semula usulan pembelian helikopter super canggih AgustaWestland AW101 diajukan oleh TNI Angkatan Udara (AU). Menurut Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI AU Agus Supriatna, pengadaan helikopter VVIP jenis AgustaWestland AW101 itu sudah sesuai rencana strategis pengadaan piranti Alutsista di TNI AU.
Usulan tersebut telah tercantum dalam rencana strategis TNI Angkatan Udara periode 2015-2019. Adapun alasan pembelian heli ini antara lain karena Helikopter Super Puma yang biasa digunakan oleh Presiden dalam kunjungan kerja sudah berumur 25 tahun.
KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, rencana pembelian helikopter AW 101 yang canggih dan modern itu murni merupakan hasil kajian dari Skuadron Udara VVIP, yang kemudian, dikaji di Mabes TNI.
Pertimbangan utama pembelian helikopter VVIP yang diperuntukkan bagi Presiden, Wakil Presiden, pejabat tinggi negara dan tamu negara itu, kata KSAU, lebih mengutamakan safety (keamanan) dan kenyamanannya.
Kalau tidak safety, dan nanti terjadi apa-apa, maka saya yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, saya minta agar helikopternya safety, tutur KSAU.
Agus Supriatna berharap satu unit Helikopter AW 101 akan tiba pada tahun 2016. Insha Allah, sebelum 9 April 2016, helikopter tersebut sudah tiba di Tanah Air, papar Agus. (UN/FID/RAH/OJI/ES)