Pilpres Proses Demokrasi Rutin, Presiden Jokowi: Jangan Tidak Saling Sapa Karena Beda Pilihan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 26 Oktober 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 20.520 Kali
Presiden Jokowi menjawab pertanyaan wartawan di Samarinda, Kaltim, Kamis (25/10). (Foto: BPMI Setpres)

Presiden Jokowi menjawab pertanyaan wartawan di Samarinda, Kaltim, Kamis (25/10). (Foto: BPMI Setpres)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sebagai sebuah negara besar yang dianugerahi Tuhan dengan berbagai keragaman, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi dan kekuatan tersebut akan muncul jika seluruh komponen bangsa bersatu.

Untuk itu, mengimbau masyarakat untuk terus menjaga dan memelihara persatuan, kerukunan, dan persaudaraan bangsa.

“Ini biasanya mulai ruwet itu kalau ada pilihan bupati (Pilbup), walikota, gubernur (Pilgub), atau pilihan presiden (Pilpres). Kok kita ini kayak bukan saudara saja. Padahal kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Hati-hati,” kata Presiden Jokowi saat penyerahan 5.083 sertifikat hak atas tanah untuk masyarakat, di Lapangan Stadion Madya Sempaja, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (25/10) siang.

Kepala Negara menyayangkan jika proses demokrasi yang rutin terjadi setiap lima tahun tersebut justru membuat bangsa terpecah belah. Presiden tidak menginginkan masyarakat menjadi tidak saling sapa hanya karena perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi.

Menurut Kepala Negara, pesta demokrasi seharusnya menjadi ajang adu program, adu gagasan, adu ide, adu prestasi, dan adu rekam jejak. Bukan ajang untuk saling mencela, saling menjelekkan, atau bahkan saling memfitnah.

“Ini bukan tata krama Indonesia, bukan etika Indonesia, bukan nilai-nilai keindonesiaan kita yang penuh etika, tata krama, dan agamis,” ujar Kepala Negara.

Presiden pun bercerita dirinya pernah menjadi korban fitnah di mana ia dituduh sebagai kader PKI.

“Kita lihat coba di media sosial fitnah-fitnah yang enggak pernah berhenti. Presiden Jokowi itu PKI, coba. Astaghfirullah. PKI dibubarkan tahun 65/66, saya dilahirkan tahun 61, umur saya baru 4 tahun, masa ada PKI balita? Ampun yang namanya politik itu kadang-kadang kejamnya seperti itu,” ungkap Presiden Jokowi.

Mendengar cerita Presiden ini, masyarakat yang hadir berujar Presiden harus sabar dalam menghadapi berbagai kabar yang tidak benar itu.

“Sabar pak, sabar,” kata masyarakat.

Oleh sebab itu, di penghujung pidatonya, Presiden kembali mengajak seluruh masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika, tata krama, dan sopan santun. Karena nilai-nilai itulah, yang terkandung dalam adat dan budaya Indonesia dan dalam agama yang kita anut.

“Marilah kita jaga bersama-sama kerukunan, persaudaraan, persatuan kita. Jangan sampai karena pilpres, pilgub, pilkada kita kelihatan enggak saudara lagi,” tandas Presiden Jokowi. (BPMI Setpres/ES)

 

Berita Terbaru