PMI Manufaktur Indonesia Masih Ekspansif di Bulan Juni

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Juli 2021
Kategori: Berita
Dibaca: 899 Kali

Presiden Jokowi saat meresmikan Pelepasan Ekspor ke Pasar Global Tahun 2020, di bulan Desember 2020. (Foto: Dokumentasi BPMI Setpres)

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia Bulan Juni 2021 masih berada di zona ekspansif pada angka 53,5. Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh IHS Markit tersebut, PMI di atas 50 menunjukkan geliat industri manufaktur dinilai ekspansif.

“Kita perlu bersyukur bahwa sektor industri manufaktur masih ekspansif. Artinya, masih ada gairah usaha di tengah dampak peningkatan kasus COVID-19,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, dikutip dari laman Kemenperin, Jumat (02/07/2021).

Merujuk data IHS Markit, PMI Manufaktur Indonesia bulan Juni ini masih lebih tinggi dibanding PMI Manufaktur ASEAN yang berada di level 49,0. Juga mengungguli PMI Manufaktur Filipina (50,8), Thailand (49,5), Singapura (46,5), Vietnam (44,1), Malaysia (39,9), Cina (51,3), Jepang (52,4), dan India (50,8).

Kinerja di sektor industri manufaktur bersama sejumlah indikator lainnya, membuat Menperin tetap optimistis ekonomi nasional akan tumbuh positif pada kuartal II tahun ini.

“Dalam delapan bulan terakhir, PMI Manufaktur Indonesia terus berada di atas angka 50. Artinya, industri manufaktur di dalam negeri berada dalam level ekspansif, bahkan agresif. Pertumbuhan industri diharapkan akan mencapai titik positif pada kuartal II tahun ini,” paparnya.

Kinerja gemilang sektor industri manufaktur ini misalnya terlihat pada nilai ekspor industri pengolahan yang tercatat mencapai 66,70 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) pada Januari-Mei 2021, naik 30,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Dengan capaian tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling tinggi, yakni 79,42 persen dari total ekspor nasional yang berada di angka 83,99 miliar Dolar AS.

“Besarnya proporsi ekspor produk industri pengolahan sekaligus menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia dari komoditas primer kepada produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Artinya, Indonesia telah melakukan transformasi ekonomi, tidak lagi menjadi negara pengekspor bahan mentah, tetapi produk jadi atau barang setengah jadi,” ujar Agus.

Di samping itu, sepanjang triwulan I tahun 2021, nilai investasi yang direalisasikan industri pengolahan menembus Rp88,3 triliun atau naik 38 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dari Rp88,3 triliun tersebut, sektor manufaktur memberikan kontribusi signifikan hingga 40,2 persen terhadap total nilai investasi di Indonesia yang mencapai Rp219,7 triliun

“Hal ini menandakan bahwa di tengah pandemi COVID-19, Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investasi dengan besarnya pasar yang dimiliki, sumber daya yang melimpah, pertumbuhan ekonomi serta adanya dukungan regulasi dari pemerintah. Investasi juga merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta sekaligus akan menyerap tenaga kerja di sektor industri,” jelas Menperin. (HUMAS KEMENPERIN/UN)

Kunjungi laman resmi Kemenperin melalui tautan ini.

Berita Terbaru