Presiden Jokowi Dorong Pengusaha Kembangkan Jamu Sebagai ‘Brand’ Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 Mei 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 22.741 Kali
Presiden Jokowi memukul gong tanda pembukaan Munas Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional ke-7, di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5)

Presiden Jokowi memukul gong tanda pembukaan Munas Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional ke-7, di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha jamu yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional untuk secara serius betul-betul berani mengembangkan jamu  sebagai sebuah produk yang memberikan brand, yang memberikan citra, yang memberikan sebuah image dan persepsi bahwa jamu itu Indonesia.

“Indonesia itu jamu, harus berani membangun brand itu,” kata Presiden Jokowi yang mengaku termasuk penggemar jamu itu saat memberikan sambutan pada Pembukaan Musyawarah Nasional Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Ke-7, di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5).

Menurut Presiden, ia sudah menanyakan kepada negara-negara lain terkait banyaknya produk Indonesia yang belum bisa masuk ke pasar mereka. Namun diakui Jokowi, di dunia manapun jika berkaitan dengan minuman, makanan maupun kesehatan memang proteksinya barrier-nya memang sangat ketat dan sangat berat.

“Inilah yang saya kira harus dipikirkan agar produk-produk ini bisa dikenalkan,” kata Presiden Jokowi seraya menyebutkan, untuk  produk-produk jamu yang berkaitan dengan aroma terapi itu agak lebih mudah, tetapi yang untuk diminum ini yang banyak yang mengalami kendala di lapangan.

Mengenai masalah bahan baku produk, Presiden Jokowi meyakini hal itu bagi pemerintah bukan sesuatu yang sulit untuk dikembangkan. Tergantung masalah niat dan kemauan.

“Mana yang kekurangan sampaikan, kaya temulawaknya harga naik tapi harus diperbanyak produksinya. Tadi jahe, kemudian cabe jawa, kunyit juga, saya kira itu bukan sebuah produk yang sulit untuk dikembangkan, gampang sekali,” kata Jokowi.

Menurut Presiden Jokowi, banyak orang yang membayangkan bahwa sawah kita ini akan semakin susut dan produksinya akan semakin berkurang dan jatuh ke angka-angka yang menyulitkan. Tetapi setelah ia lihat, ternyata memang negara kita ini masih banyak sekali lahan yang belum dimanfaatkan.

Presiden lantas menunjuk contoh di Merauke, Papua, dimana dari  1 (satu) kabupaten saja ada lahan 4,6 juta hektar, yang kalau ditanam padi akan menghasilkan produk 1 hektar 8 ton, hampir 35 juta ton sekali panen. Padahal sekarang produksi nasional kita kurang lebih 60-70 ton, ini hanya 1 (satu) kabupaten saja. Ia menyebutkan, ada 4 (empat) kabupaten yang kurang dan lebih kondisinya sama.

Untuk itu, lanjut Presiden, ke depan pemerintah harus menciptakan sebuah iklim usaha yang baik, yang kondusif bagi industri jamu dan obat tradisional. Demikian juga regulasi-regulasi yang terkait dengan pembinaan, pengawasan industri jamu dan obat tradisional itu harus memberikan dukungan kepada industri jamu apa yang kurang, apa yang musti diperbaiki. “Tolong saya diberikan untuk masukan,” pesan Jokowi.

Pembukaan Munas Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Ke-7 itu dihadiri oleh Ketua Umumnya Charles Saerang, Menteri Perindustrian Saleh Husin, dan Menteri Pariwisata Arief Yahya. (Humas Setkab/ES)

 

Berita Terbaru