Presiden Jokowi: Kepercayaan Sudah Ada, Investor Antre, Rupiah Stabil, Tinggal Kita Mau Gol/Tidak
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, sepanjang tahun 2015 kita telah membangun pondasi yang baik, pondasi yang kuat. Dalam politik anggaran subsidi BBM telah dialihkan untuk program-program yang bermanfaat bagi rakyat. Kita juga telah mempercepatan pembangunan infrastruktur, dan mengubah haluan membangun sebuah Indonesiasentris, bukan Jawa sentris.
Dan dengan pondasi itu, Presiden ingin agar 2016 kita bisa melangkah, bisa lari lebih cepat lagi, bekerja lebih keras lagi karena tantangan 2016 juga tidak kalah beratnya dengan tahun 2015. Namun Presiden menegaskan, kondisi yang sekarang ini adalah kondisi yang sangat baik.
Kepercayaan sudah ada, investasi yang akan masuk antre, kondisi dollar-rupiah juga stabil. Kesempatan ini hanya tinggal kita bisa menyelesaikan menjadi sebuah gol atau tidak, kata Presiden Jokowi saat memberikan pengantar pada Sidang Kabinet Paripurna, di kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/12) sore.
Presiden mengapresiasi beberapa Kementerian/Lembaga (K/L) yang telah melaksanakan lelang Pra DIPA, seperti Kementerian PU-Perumahan Rakyat yang telah melelang 42 persen, Kementerian ESDM 34 persen, dan Kementerian Perhubungan 31 persen.
Presiden Jokowi meminta para menteri terutama yang mendapatkan alokasi dana besar dari APBN agar mempercepat realisasi anggaran di awal tahun 2016 untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sekarang ini betul-betul berada pada kondisi yang perlu didorong lagi, agar 2016, sesuai dengan rencana, kita bisa naikkan menjadi 5,3 persen.
Saya juga sudah sampaikan ini pada para gubernur, bupati, dan wali kota agar 37 persen APBN yang dialokasikan ke Pemerintah Daerah ini juga harus segera direalisasikan. Saya juga minta Menteri Keuangan untuk memberikan data bagi yang masih ada di bank-bank daerah berapa triliun. Dan juga agar banyak program ini ditujukan untuk yang padat karya, tambah Presiden Jokowi.
Kurangi Ketimpangan
Pada kesempatan itu Presiden Jokowi mengingatkan para menteri dan kepala lembaga untuk fokus pada 5 indikator penting. Yang pertama, pertumbuhan ekonomi, kedua pengendalian inflasi, yang ketiga penanggulangan kemiskinan, yang keempat penyerapan tenaga kerja dan mengatasi pengangguran, kelima masalah kesenjangan atau ketimpangan ekonomi. Ini harus terus dimonitor, terus dipantau, pencapaian lima indikator itu dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, tegas Presiden.
Adapun terkait dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada awal 2016, Presiden Jokowi meminta agar hal itu dilihat sebagai kesempatan dan juga sekaligus tantangan. Saya sudah sering saya sampaikan, bahwa kita tidak boleh terus-menerus menjadi jago kandang, ujarnya.
Presiden meminta kepada Menteri BUMN Rini Soemarno agar bisa mendorong agar Masyarakat Ekonomi ASEAN ini betul-betul bisa digunakan untuk melangkah atau memperkuat daya saing kita, daya saing industri kita baik di BUMN maupun di swasta, memperkuat daya saing UMKM, dan mendorong ekspor kita.
Presiden Jokowi juga menegaskan para menterinya agar memperhatikan masalah harga beras yang telah menjadi penyumbang angka inflasi tertinggi, sekitar 30 persen dibandingkan dengan kategori non berasnya.
Masalah ini hati-hati, kenapa tiap pagi saya telepon KaBulog, saya telepon Menteri Perdagangan, Menteri BUMN, dan Menteri Pertanian karena ini betul-betul memang harus diperhatikan. Jangan sampai ada yang namanya harga beras itu merangkak naik, pinta Presiden seraya meminta para pejabat terkait untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi harga pangan karena ini akan menyangkut masalah penanggulangan kemiskinan.
Tampak hadir dalam Sidang Kabinet Paripurna itu antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Luhut B. Pandjaitan, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Maritim Rizal Ramli, Mensesneg Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menkeu Bambang Brodjonegoro, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menteri Pertahanan Ryarmirzad Ryacudu, Menlu Retno Marsudi, Menkominfo Rudiantara, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan lain-lain. (FID/UN/SM/OJI/RAH/ES)