Presiden Jokowi: Mengapa di Lingkungan Hutan Jati Justru Banyak Kemiskinan?

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Agustus 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 20.508 Kali
Presiden Jokowi berfoto bersama para Kepala Daerah peraih penghargaan Adipura dalam acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2017, di Manggala Wana Bhakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Rabu (2/8). (Foto: Humas/Oji)

Presiden Jokowi berfoto bersama para Kepala Daerah dalam acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2017, di Manggala Wana Bhakti Kementerian LHK, Jakarta, Rabu (2/8). (Foto: Humas/Oji)

Terkait dengan masalah gambut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa corrective action memang harus betul-betul diubah. Masalah moratorium gambut, masalah kelestarian gambut, diingatkan Presiden, lapangannya harus betul-betul dilihat. Ia sangat senang bahwa sekarang sudah ada BRG (Badan Restorasu Gambut), dan lapangannya sudah kelihatan sedikit hasilnya.

“Tapi saya ingin konkret, hasil yang besar. Dan menjaga hutan-hutan primer kita, jangan sampai hutan itu tidak memberikan apa-apa terhadap rakyat,” kata Presiden Jokowi pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2017, di Manggala Wana Bhakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Rabu (2/8) pagi.

Presiden mengulang lagi pernyataannya, mengapa negara lain seperti Swedia dan Finlandia hutannya bisa memakmurkan rakyatnya, kenapa Indonesia tidak?

“Coba lihat, saya blak-blakan. Hutan Jati kita, Perhutani kita, memberi manfaat pada lingkungan? Saya harus ngomong apa adanya. Di lingkungan hutan-hutan Jati justru yang banyak kemiskinan. Benar? Benar? Jawabnya takut-takut. Blak-blakan saja, benar ndak?” kata Presiden sambil bertanya kepada para peserta yang hadir di acara tersebut.

Presiden menekankan, itu yang harus dikoreksi besar-besaran hutan Jati itu. “Berikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat lingkungan itu,” ujarnya. Indonesia, lanjut Presiden, butuh meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Ia juga menambahkan bahwa kebutuhan lain yakni ketahanan pangan yang bisa dikembangkan melalui agroforestry, melalui silvopasture.

“Saya enggak usah terangkan apa agroforestry, silvopasture itu apa, Saudara-saudara sudah tahu semuanya. Tapi tidak pernah dilakukan secara serius,” ujar Presiden.

Karena itu, Presiden Jokowi meminta agar mulai hari ini betul-betul dikerjakan serius. Ia mengingatkan, bahwa ke depan Indonesia butuh ketahanan energi terbarukan, sehingga diharapkan nantinya ada hutan tanaman energi yang menghasilkan, yang memberikan manfaat ekonomi kepada rakyat.

“Banyak hal-hal yang baru yang bisa kita kerjakan dalam mengelola hutan ini,” kata Presiden Jokowi seraya menambahkan, dirinya akan mengikuti terus. “Kalau masih ada yang main-main, awas. Saya hanya titip, hati-hati. Kalau saya sudah bilang “awas”, hati-hati,” tegas Presiden.

Usai membuka Rakernas Presiden menandatangani Perangko Hari Pertama Seri Lingkungan Hidup Tahun 2017, dan dilanjutkan dengan melakukan penanaman pohon di Arboretum Lukito Aryadi sebagai Landmark Hutan Indonesia.

Presiden Jokowi juga menanam pohon Jati sementara Menteri LHK menanam pohon Pala, dan melakukan penandatanganan prasasti Landmark Hutan Indonesia pada kayu fosil. (DND/OJI/ES)

Berita Terbaru