Presiden Jokowi Minta Forum Rektor Lahirkan Konsep Pendidikan Yang Jadikan Indonesia Lebih Kompetitif

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Februari 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 22.475 Kali
Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2017, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (2/2). (Foto: Humas/Jay)

Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2017, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (2/2). (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan dari Konferensi Nasional Forum Rektor Indonesia tahun 2017 akan lahir konsep-konsep pendidikan yang mengubah mentalitas bangsa kita menjadi bangsa yang lebih kompetitif, bangsa yang lebih inovatif dalam memenangkan persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Harapan ini disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2017, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (2/2) pagi.

Sebelumnya Presiden menjelaskan, dalam kompetisi global yang semakin keras dan sengit, kunci untuk bertahan hidup dan memenangkan kompetisi untuk mencapai kemajuan, terletak pada kekuatan sumber daya manusia.

“Karena itu, kita harus berani melakukan lompatan-lompatan dalam dunia pendidikan, sehingga lahir sumber daya manusia yang memiliki etos kerja, kreativitas dan inovasi yang tinggi, serta berani berkompetisi dan bersaing,” tutur Presiden.

Presiden menyampaikan, pada tahun ini, pemerintah akan mengeluarkan sebuah kebijakan baru dalam bidang ekonomi, yaitu kebijakan pemerataan ekonomi.  Untuk mewujudkan pemerataan ekonomi tersebut, Presiden berharap perguruan tinggi bisa memberikan sumbangan dalam menggembleng sumber daya manusia (SDM), agar menjadi SDM yang berintegritas, yang punya kemauan baja, yang berani bersaing, berani berkompetisi dengan semangat gotong royong.

Sebagai informasi, Presiden Jokowi mengungkapkan, bahwa tenaga kerja Indonesia sebesar 42% adalah lulusan SD, 66% lulusan SD-SMP, dan 82% lulusan SD-SMP-SMA/SMK. “Inilah kondisinya. Oleh sebab itu, harus ada sebuah percepatan agar bisa meng-upgrade, memperbaiki level mereka dalam hal skill,” kata Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyoroti kondisi di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) yang didatanginya, yang pertama peralatan untuk melatih mungkin sudah ketinggalan 20-30 tahun. Yang kedua, kondisi guru, yang kebanyakan guru normatif.

Di SMK itu, lanjut Presiden, mestinya bukan kayak SMA, yang hampir 70%-80% adalah guru-guru normatif yang ada. Guru matematika, guru kimia, guru biologi, guru agama, guru bahasa Indonesia, guru bahasa Inggris. Mestinya, sebut Presiden, di situ 70%-80% adalah guru-guru pelatih yang bisa melatih hal-hal yang berkaitan dengan garmen, yang berkaitan dengan assembling otomotif, atau yang bisa menjalankan mesin-mesin CNC (computer numerical control).

“Inilah fakta di lapangan yang saya jumpai. Dan ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama, apabila kita ingin meng-upgrade SDM-SDM di negara kita,” ujar Presiden Jokowi.

Terkait dengan jurusan-jurusan di SMK, menurut Presiden, dari dirinya kecil sampai sekarang adanya jurusan mesin, jurusan bangunan, jurusan listrik. “Itu-itu saja saya lihat. Mestinya jurusannya, misalnya jurusan mengenai jaringan IT, jurusan aplikasi, jurusan animasi, misalnya, yang in begitu,” tuturnya.

Sedangkan di universitas, menurut Presiden, juga sudah harus mulai berani mengubah hal-hal yang berkaitan dengan jurusan. Ia mempertanyakan tidak adanya jurusan logistik, yang sangat dibutuhkan sekarang ini. Juga jurusan retail, jurusan khusus mengenai toko online.

Presiden mengingatkan, tugas perguruan tinggi adalah melihat ke depan akan ada apa, dan membisikkan kepada pemerintah: Pak, hati-hati mengenai logistic platform, mengenai retail platform, mengenai toko online, ini akan bisa menggerus pasar tradisional, akan menggerus toko-toko kita, menggerus warung-warung kita, persiapan kita apa.

“Inilah yang saya sampaikan tadi: menyiapkan sumber daya manusia ke depan, visi 50-100 tahun ke depan, SDM apa yang harus kita siapkan,” tutur Presiden.

Menurut Presiden Jokowi, kadang-kadang dirinya berpikir,  kalau kita bersaing di IT, di teknologi, di industri, sulit kita mengejar negara yang lain. Oleh sebab itu, kita harus lihat kekuatan yang kuat di negara kita itu apa, DNA kita apa, sehingga apa yang kita kembangkan itu harus sesuai dengan  DNA kita.

Kadang-kadang, kata Presiden, dirinya berpikir apakah kita tidak sebaiknya mengembangkan core business di bidang seni budaya, yang nanti dikaitkan dengan ekonomi pariwisata. Ia menyebutkan, di negara-negara yang lain ketika ada acara nggak ada yang mempersembahkan tarian seperti ini, kalau ada paling-paling satu. Sementara kalau di Indonesia, kita mau cari tarian apapun dari Sabang sampai Merauke mungkin kalau dikumpulin lebih dari 10.000 atau 15.000 macamnya.

“Ini kekuatan, menurut saya. DNA kita mungkin di situ. Dan kalau ini kita hubungkan dengan ekonomi pariwisata kita, keindahan alam kita, mungkin itu menjadi kekuatan negara kita ke depan. Ini menjadi pemikiran guru besar-guru besar yang ada di perguruan tinggi kita,” pungkas Presiden.

Tampak hadir dalam pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2017 itu antara lain Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, Menristekdikti M. Nasir, dan Mensesneg Pratikno. (DND/JAY/ES)

Berita Terbaru