Presiden Jokowi Minta Keunikan Budaya Dikelola Secara Efektif Untuk Jaring Wisatawan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 Juli 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 27.205 Kali
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menggunakan baju adat setempat menghadiri Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba 2017, di Kabupaten Sumba Barat Daya, Rabu (12/7) siang.

Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menggunakan baju adat setempat menghadiri Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba 2017, di Kabupaten Sumba Barat Daya, Rabu (12/7) siang.

Dengan jumlah suku sebanyak 714 etnis yang tersebar di 17.000 pulau, Indonesia memiliki keunggulan dibanding bangsa-bangsa lain, hal ini karena setiap suku dan daerah memiliki keunikan dan memiliki kelebihannya masing-masing yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar keunikan tersebut dapat dikelola dengan baik dan kegiatan promosi dapat dilakukan secara masif dan efektif agar wisatawan berbondong-bondong datang.

Keunikan yang dimiliki oleh Pulau Sumba misalnya, adalah kuda Sandelwood yang setiap tahun dipakai untuk parade, dan tak jarang digunakan untuk mas kawin. “Ini simbol kesatria,” ucap Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba 2017 di Lapangan Galatama, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (12/7) siang.

Keunikan lainnya adalah budaya cium hidung. Saat tiba di bandara, Presiden dibisiki Bupati Sumba Barat Daya tentang cium hidung. “Itu adalah simbol nafas kehidupan,” ujar Presiden.

Acara Festival Sandelwood dan Kain Tenun Ikat Sumba hari ini, menurut Presiden Jokowi, keduanya adalah contoh nyata, bagaimana alam memberikan sebuah budaya lokal yang menjadi keunggulan dalam pariwisata.

Untuk itu, Presiden mengharapkan agar Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba tidak seperti kembang api, menyala terang satu kali tapi langsung redup. Namun harus dibuat secara berkelanjutan, sehingga harus dipikirkan apa yang dapat dilakukan untuk mempertahankan budaya ini agar tingkat kedatangan wisatawan tetap berlangsung meski tidak ada festival.

“Kemudian harus dikelola secara modern, banyak media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk promosi, undang para blogger ke Sumba untuk membantu promosi yang ada. Kalau perlu cari sutradara film, baik nasional maupun internasional yang mau produksi filmnya dengan latar belakang keindahan Sumba, supaya NTT makin terkenal di manca negara,” ucapnya.

Dalam acara itu Presiden Jokowi hadir dengan memakai pakaian adat laki-laki Sumba yang disebut Kalambo dilengkapi Kapaouta beserta parang Sumba. Kalambo merupakan kain tenun yang diikat pada bagian pinggan, sedangkan Kapouta kain penginkat kepala. Sedangkan Ibu negara Ny. Iriana Widodo juga memakai pakaian adat wanita Sumba yang disebut Paghe’e – kain tenun yang dililit pada bagian pinggang – beserta Kaleku (tas yang biasa dipakai perempuan Sumba).

Pada kesempatan ini, Presiden Jokowi juga sempat mengadakan kuis kepada masyarakat yang hadir dan memberikan sepeda sebagai hadiah untuk setiap pertanyaan yang dapat dijawab dengan baik.

Sebelum meninggalkan Lapangan Galatama, Presiden juga menyaksikan atraksi budaya, parade kuda Sandelwood, proses tenun ikat, serta menyapa dan berswafoto dengan masyarakat.

Turut mendampingi Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo antara lain, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya dan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu.

Setelah santap siang bersama, Presiden dan Ibu Iriana bersama rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Makassar, Sulawesi Selatan pada pukul 14.00 WITA melalui Bandara Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1. (BPMI Setpres/ES)

Berita Terbaru