Presiden Jokowi Minta Peningkatan Nilai Tambah Minerba Dilakukan Di Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 Agustus 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 23.285 Kali
Presiden Jokowi meresmikan Mega Proyek Pertamina Terintegrasi,di kilang Donggi Senoro, Kabupaten Banggai, Sulteng, Minggu (2/8)

Presiden Jokowi meresmikan Mega Proyek Pertamina Terintegrasi,di kilang Donggi Senoro, Kabupaten Banggai, Sulteng, Minggu (2/8)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, pemerintah bertekad akan terus dan konsisten untuk menjalankan program peningkatan nilai tambah untuk produk-produk mineral dan batubara sesuai amanat Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba).

“Kita ini Negara yang sangat besar dengan kekayaan alam dengan bahan mentah yang banyak macamnya, inilah yang harus dihilirisasi. Kita harus memulai lagi, pemikiran untuk industrialisasi, reindustrialisasi besar-besaran,” kata Presiden Jokowi dalam sambutanya saat Peresmian Mega Proyek Pertamina Terintegrasi di Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Minggu (2/8) siang.

Presiden Jokowi meminta agar dalam melaksanakan program hilirisasi ini, seluruh proses peningkatan nilai tambahnya dilakukan di Indonesia.

Presiden menunjuk contoh misalnya kelapa sawit CPO, jangan sampai itu tidak diolah di Indonesia. ”Harus diolah di Indonesia dengan segala seluruh turunannya, sehingga akan membawa nilai tambah yang lebih besar, akan menciptakan lapangan pekerjaan,” tegasnya.

Pada sisi lain, Presiden Jokowi juga menunjuk contoh hasil kunjungannya ke Morowali, saat pengelola tambang nickel di sana meminta waktu 6 (enam) tahun setengah jadi untuk mengolahnya barang jadi.

“Kemarin janjinya investor enam tahun, saya jawab, saya ndak mau enam tahun, saya mintanya tiga atau maksimal empat tahun harus sudah jadi. Kenapa itu saya lakukan karena itu memberikan nilai tambah yang besar sekali,” papar Jokowi.

Presiden meyakini, keuntungan dari program hilirisasi ini dipastikan akan dapat dinikmati seluruh bangsa Indonesia, dan akan dapat meningkatkan sebuah komoditi sebesar 70 kali lipat. “Kemarin saya diberi itung-itungan sampai 70 kali untuk nilai tambahnya, nah siapa yang dapat , Negara yang dapat, daerah yang dapat, siapa yang dapat, Bupatinya,” kata Jokowi seraya mengingatkan, untuk menopang hilirisasi harus tersedia cukup energi.

Jangan Di atas Kertas

Pada bagian lain pidatonya, Presiden Jokowi juga menyinggung masalah Mega Proyek Pertamina Terintegrasi yang merupakan proyek hulu hingga hilir minyak dan gas bumi dengan nilai total investasi 5,8 miliar dollar AS yang diresmikannya, di di lokasi kilang Donggi Senoro LNG, Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Presiden meminta kepada semua pihak khususnya Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral  (ESDM) dan Pertamina dalam melaksanakan proyek monetisasi Proyek Donggi Senoro di Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah untuk benar-benar mengintegrasikan seluruh pekerjaanya. Integrasi jangan hanya diatas kertas.

“Saya meminta kepada Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, serta Pertamina dalam pengembangan proyek monetisasi gas Donggi Senoro ini betul-betul dikawal terintegrasi di lapangan bukan hanya terintegrasi diatas kertas,” tegas Jokowi.

Presiden Jokowi meminta agar proyek-proyek terintegrasi dibangun di semua daerah, dan integrasi itu, bukan hanya diatas kertas tapi dilapangan hulu dan hilir, dari produsen gas dan para pengguna baik industri petrokimia, pembangkit listrik maupun pembeli LNG.

Adapun mengenai sumbatan dan hambatan yang berkaitan dengan proses integrasi itu, Presiden meminta Kementerian ESDM untuk mencari dan mengidentifikasinya.

“Jika hambatannya kecil hingga sedang, hambatanya, bisa diselesaikan sendiri, namun jika hambatannya besar dan perlu backup politik dari Presiden, silahkan sampaikan kepada saya,” tutur Jokowi.

Pertama Di Indonesia

Sebelumnya Dirut PT (Persero) Pertamina Dwi Soetjipto dalam laporannya mengemukakan, Mega Proyek Pertamina Terintegrasi yang diresmikan Presiden Jokowi di kilang Donggi Senoro, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah,  terdiri atas Central Processing Plant yang dikelola oleh Join Operating Body Pertamina Medco Tomori Sulawesi dengan investasi sebesar 1,2 miliar dollar AS.

“Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi total 315  juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan akan memproses gas yang bersumber dari pengembangan Blok Senoro-Toili, di mana 250 MMSCFD akan dipasok ke Kilang LNG Donggi-Senoro, dan 55 MMSCFD untuk pabrik amoniak PT Panca Amara Utama,” jelas Dwi.

Bersama Blok Senoro-Toili, Blok Matindok yang dikelola oleh PT Pertamina EP juga akan memasok gas untuk Kilang LNG Donggi Senoro sebanyak 85 MMSCFD. Blok Matindok akan memiliki dua Central Processing Plant, yaitu CPP Donggi dan CPP Matindok dengan kapasitas total 105 MMSCFD dan menyerap investasi sebesar 0,8 miliar. Selain untuk kilang LNG, gas dari Matindok juga akan dipasok ke pembangkit listrik.

Menurut Dwi, kilang LNG Donggi Senoro berkapasitas 2,1 million ton per annum (MTPA) dengan investasi senilai 2,8 miliar dollar AS. Investasi kilang tersebut telah mejadi kunci bagi upaya pengembangan dan monetisasi cadangan gas yang 30 tahun belum dikembangkan di Sulawesi Tengah.

“Kilang LNG Donggi Senoro yang dikelola oleh PT Donggi Senoro LNG tersebut merupakan kilang LNG yang dibangun dengan model hilir pertama di Indonesia, tidak membebani negara untuk investasinya dan memberikan multiplier efek yang tinggi bagi perekonomian nasional dan setempat,” jelas Dwi.

Menurut Dirut PT Pertamina itu, kilang LNG Donggi Senoro merupakan proyek kilang LNG pertama di Indonesia yang melibatkan perusahaan-perusahaan Asia, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi Internasional Tbk, Mitsubishi Corporation, Korea Gas Corporation (KOGAS) tanpa melibatkan major oil and gas companies.

Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan domestik JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi telah berkomitmen menyalurkan gas sebanyak 55 MMSCFD untuk pabrik amoniak berkapasitas 700.000 ton per tahun, yang akan dikelola oleh PT Panca Amara Utama. Pabrik amoniak tersebut memulai groundbreaking dan diperkirakan akan menyerap investasi sebesar 800 juta dollar AS.

“Mega Proyek Pertamina Terintegrasi ini menunjukkan komitmen kuat Pertamina bersama mitra-mitra terbaiknya untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Tidak sekadar sebagai sumber penerimaan negara, tetapi juga menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat melalui multiplier efek yang ditimbulkan dari proyek-proyek ini,” kata Pungkas Dwi Soetjipto.

Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menko Perekonomian Sofyan Djalil, dan Menteri ESDM Sudirman Said. (*/Humas Kementerian ESDM/ES)

Berita Terbaru