Presiden Jokowi Minta Pertamina Kurangi Penggunaan Dollar AS

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 September 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 24.900 Kali
Seskab Pramono Anung didampingi Dirut Pertamina Dwi Sutjipto dan Menteri ESDM Sudirman Said memberikan keterangan, di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/9)

Seskab Pramono Anung didampingi Dirut Pertamina Dwi Sutjipto dan Menteri ESDM Sudirman Said memberikan keterangan, di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/9)

Rapat terbatas kabinet yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/9) sore, membahas mengenai stok bahan bakar minyak (BBM).

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, Presiden Jokowi dalam arahannya meminta agar selambat-lambatnya mulai dari sekarang segera dipersiapkan sampai akhir tahun depan, pemerintah dalam hal ini, Menteri ESDM dan Dirut Pertamina mulai untuk mempersiapkan diri membangun kilang dan storage untuk kepentingan jangka panjang.

“Mudah-mudahan tahun 2018 sudah bisa terselesaikan,” kata Pramono kepada wartawan seusai rapat terbatas, di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/9) sore.

Selain itu, lanjut Pramono, karena kebutuhan dollar Amerika Serikat (AS) Pertamina saat ini ternyata tertinggi dibandingkan siapapun, hampir 60-80 juta dollar AS perhari (sesuai data Bank Indonesia), maka Presiden Jokowi meminta harus ada upaya untuk mengurangi itu.

“Ditugaskan kepada Dirut Pertamina juga Menteri ESDM untuk mengambil langkah-langkah agar beban yang terlalu besar bagi tekanan kebutuhan dolar kepada kita semua dalam sistem ekonomi yang seperti ini, itu bisa dikurangi,” terang Pramono.

Pertamina, lanjut Pramono, juga diminta untuk mengurangi harga avtur, dimana harga kita masih tinggi dibandingkan dengan avtur internasional. “Presiden menugaskan kepada Pertamina, agar ini bisa ditekan sehingga harga-harga bisa bersaing secara internasional,” tuturnya.

Jika harga avtur bisa ditekan, menurut Seskab Pramono Anung, manfaatnya pesawat-pesawat yang selama ini long haul distance selalu transit di Singapura untuk mengisi bahan bakar maka mereka nanti akan bisa langsung ke Indonesia, baik itu dari Emirates, kemudian Qatar, Etihad, dan pesawat-pesawat lainnya yang perjalanan panjang terutama dari Eropa.

“Kalau itu bisa dilakukan, tentunya akan memberikan manfaat bukan hanya dalam dunia penerbangan tapi juga bagi pariwisata,” terang Mas Pram, panggilan akrab Pramono Anung. (DND/UN/SLN/EN/ES)

 

Berita Terbaru