Presiden Jokowi: Pendekatan ‘Soft Power’ dan ‘Hard Power’ Solusi Ampuh Hadapi Terorisme

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Juli 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 21.458 Kali
Presiden Jokowi saat ikuti Retreat sesi 1 di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7).

Presiden Jokowi saat ikuti Retreat sesi 1 di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini, pendekatan yang seimbang antara soft power dan hard power masih merupakan solusi ampuh dalam pemberantasan aksi terorisme.

Ia mencontohkan, betapa program deradikalisasi yang dilakukan di Indonesia terbukti dapat menurunkan tingkat keinginan para mantan teroris untuk mengulang aksinya kembali.
“Sejarah telah mengajarkan kita bahwa senjata dan kekuatan militer tidak bisa memberantas terorisme. Pikiran sesat hanya bisa dikoreksi dengan cara berpikir yang benar,” kata Presiden Jokowi saat berbicara pada Leader’s Retreat KTT G20 sesi I mengenai terorisme di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7) siang waktu setempat.

Untuk itu, lanjut Presiden, pendekatan soft power berupa deradikalisasi dapat terus dilanjutkan.

Harus Bersatu

Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi juga mengangkat kasus Marawi, sebuah kota di Filipina yang kini dikuasai oleh jaringan kelompok ISIS, da membuat warga setempat harus terpaksa menjadi pengungsi.

Presiden menegaskan, kasus Marawi merupakan panggilan untuk kita semua bahwa jaringan ISIS kini telah menyebar dan afiliasi dengan teroris lokal terus terjadi.

Sebagai upaya pencaian solusi terhadap Marawi, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa dengan inisiatif Indonesia, perundingan trilateral antara Indonesia-Malaysia-Filipina telah dilaksanakan.

“Ke depan, ASEAN juga akan bekerja sama dengan Australia dalam pemberantasan terorisme di kawasan,” ungkap Presiden.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan beberapa pandangannya dalam upaya memberantas ancaman terorisme.

Yang pertama adalah imbauan kepada G20 untuk meningkatkan pengawasan terhadap aliran dana kepada jaringan kelompok radikal dan teroris. Untuk itu, Indonesia mengapresiasi dukungan para negara G20 terhadap proses keanggotaan Indonesia dalam FATF (the Financial Action Task Force).

“Yang kedua adalah dengan kemampuan teknologi informasi, G20 harus menjadi kekuatan pendorong dalam penyebaran kontra-naratif dengan penekanan pada gerakan moderasi dan penyebaran nilai-nilai damai dan toleran,” ujar Presiden.

Presiden Jokowi juga mendorong negara G20 untuk menjadi kekuatan pendorong dalam upaya mencarikan solusi akar masalah yang timbul akibat dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan dengan memperkuat pemberdayaan ekonomi yang inklusif.

Adapun hal keempat yang disampaikan Presiden sebagai upaya memerangi terorisme adalah negara G20 agar dapat mengembangkan kerja sama dalam bidang pertukaran intelijen, penanganan FTF (foreign terrorist fighters), dan pengembangan capacity building.

Kepala Negara juga meminta negara-negara anggota G20 untuk tidak tinggal diam dan bersatu dalam memerangi terorisme.

“Apakah kita menyerah kepada teror? Apakah kita akan tetap diam? Kita tidak boleh menyerah, kita tidak boleh tinggal diam, kita harus bersatu untuk memerangi ancaman terorisme,” tegas Presiden dalam sambutannya.

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam sesi I KTT G20 itu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala BKPM Thomas Lembong. (EN/AS/ES)

Berita Terbaru