Presiden Jokowi saat Meresmikan Pembukaan Konferensi IDBYTE Tahun 2017 di Ballroom Hotel Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta, Kamis, 28 September 2017

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 September 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 7.407 Kali
Logo-Pidato2Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Bapak Ibu dan Saudara-Saudara sekalian yang saya hormati.
Saya sudah sering menguraikan bahwa kita sekarang hidup dalam era keterbukaan dan dalam era persaingan. Dengan teknologi, dengan telekomunikasi, dengan perkembangan konektivitas udara seperti budget airline, tiket murah, orang bisa dengan mudah dan murah kemana-mana. Dunia sekarang semakin terbuka dan semua negara berlomba-lomba mengejar inovasi-inovasi baru.

Alipay, Paypal, digital payment pake smartphone. Semua orang sudah tahu, dan saya mendapatkan laporan di Tiongkok dan bahkan di banyak tempat di India, sekarang beli gorengan saja di pasar sudah nggak pakai tunai lagi, tetapi memakai aplikasi HP, smartphone seperti WeChat dan Alipay. Bahkan yang terbaru, fistclastplus juga sudah keluar.
Nah, sekarang kalau kita bicara internet, aspek keterbukaannya 10 kali lipat, 100 kali lipat, internet itu pada dasarnya tidak kenal batas, borderless, internet tidak kenal batas, artinya apa, sebuah perusahaan sekali dia di internet, dia langsung muncul ke seluruh dunia. Dan itu berarti, sebuah perusahaan yang sukses di internet, bisa berkembang cepat sekali, bisa menjadi raksasa dengan waktu yang sangat cepat. Konsekuensinya adalah sebagai contoh saat ini dari 13, dari 13 perusahaan dengan nilai usaha paling besar di dunia, 8 adalah perusahaan teknologi.
Dan kalau kita mau sejahtera, kita harus menyambut baik perkembangan-perkembangan ini, tidak ada pilihan. Perkembangan yang berkembang seperti ini, tidak bisa dibendung, tidak bisa ditolak. Kalau kita menutup diri terhadap inovasi-inovasi seperti ini, kita akan kehilangan daya saing, competitiveness kita akan hilang.
Justru kita harus memanfaatkan inovasi-inovasi seperti Alibaba, Amazon, Google, Facebook, Twitter dan lain-lainnya. Negara-negara yang berhasil memanfaatkan, berhasil memperalat inovasi-inovasi seperti ini, daya saingnya akan lebih tinggi. Dan dengan demikian, pertumbuhan ekonominya juga akan lebih tinggi.
Global melawan lokal di internet. Apakah ini berarti kita harus menyerah, harus pasrah kepada raksasa-raksasa global di internet. Sama sekali tidak. Sekali lagi saya ingin ulang, sama sekali tidak. Memang ada raksasa-raksasa internet yang harus kita manfaatkan, tapi di ekonomi digital, di dunia internet masih ada peluang-peluang yang sangat besar bagi pemain-pemain lokal. Di internet ada pepatah internet means the dead of distance but not the dead of location. Internet memang tidak, internet memang membuat jarak menjadi tidak berarti namun itu bukan berarti bahwa lokasi menjadi tidak penting, lokasi atau ciri khas lokal itu masih sangat berarti, dan sangat berperan.
Orang Amerika nggak pernah akan ngerti artinya ndeso seperti kita mengerti ndeso. Orang Tiongkok tidak pernah akan mengerti baper, seperti kita mengerti baper. Dan berapapun modal seorang Google, berapapun modal seorang Amazon, mereka nggak pernah sedekat dan tidak pernah akan seakrab dengan orang kita, seperti kita sendiri. Nggak akan.
Saya mendapatkan laporan di India perusahaan ecommerce nomor satu bukan Amazon, bukan juga Alibaba. Tetapi perusahaan lokal yang namanya flipkart. Di Indiapun Amazon pun banyak melakukan akuisisi pemain lokal. Tahun lalu, Amazon membeli perusahaan India yang namanya em-vantage yang bergerak di e-money dan digital payment. Barusan ini, Amazon beli saham minoritas di sebuah perusahaan di India, Shoppers Stop. Jadi buat kita, hemat saya, peluangnya antara lain ada dua, ada dua.
Satu, bikin sebuah jasa atau produk yang benar-benar lokal, sekali lagi, bikin sebuah jasa atau produk yang benar-benar lokal, yang menganut ciri khas lokal Indonesia. Misalnya saya denger ada ecommerce startup, yang jualan rujak online dan laku sekali. Sampai ordernya dari seluruh dunia masuk semuanya. Atau kita bantu untuk mengindonesiakan produk internasional seperti Amazon, seperti Microsoft, seperti Alibaba, seperti Lazada, seperti Tokopedia. Dimana Alibaba akhirnya berinvestasi dengan membeli saham di Lazada, membeli saham di Tokopedia.
Menurut saya, menurut saya, menurut Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara bisa berbeda, jangan coba-coba kita membikin Alibaba tandingan, atau bikin Google tandingan, buat apa bikin Alibaba lagi, atau mau bikin Google lagi. Menurut saya, kita akan buang waktu, buang-buang tenaga. Manfaatkan saja, pakai saja yang sudah ada. Manfaatkan platform Global seperti Alibaba, termasuk Google, Facebook, Microsoft kemudian tenaga kita, fokus kita adalah untuk bikin inovasi-inovasi yang benar-benar unik dan lokal.
Untuk sementara waktu, kekuatan kita ada di lokal, tapi karena Indonesia negara besar. Sekali lagi, negara kita negara besar, karena kita merupakan pasar yang besar, lokal itu juga pasarnya besar, nanti dengan berlalunya waktu, dengan terus berkembangnya perusahaan-perusahaan e-commerce kita, pasti kita akan juga regional dan ujungnya pasti akan go-Global. Memang tahapan-tahapannya seperti itu.
Oleh sebab itu, strategi pemerintah harus memberikan keleluasaan untuk eksperimentasi. Inovasi memerlukan eksperimen. Hal-hal yang baru harus dicoba, berarti yang pertama startup tidak boleh atau jangan dicekik dengan regulasi-regulasi yang berlebihan. Ini sudah saya sampaikan kepada menteri-menteri. Sekali lagi startup tidak boleh dan jangan dicekik dengan aturan-aturan dan regulasi-regulasi yang berlebihan.
Ini juga satu alasan kenapa deregulasi itu penting untuk mengurangi tumpang tindihnya aturan, persyaratan yang menghambat cara-cara baru, yang menghambat pola-pola baru. Yang kedua, yang namanya eksperimen-eksperimen itu pasti ada yang gagal dan ada yang nggak berhasil. Berarti kita harus mentolerir banyak kegagalan, nggak apa-apa. Jangan malu, jangan menyerah karena startup yang gagal juga jangan dikejar-kejar. Kan namanya juga PT, perseroan terbatas artinya kewajiban atau resikonya sebatas modal yang sudah dituangkan dalam PT itu. Jangan dibawa ke pribadi, para pendiri startup. Di dunia digital jatuh nggak apa-apa, yang penting bangkit lagi, jatuh bangkit lagi, itulah kenyataan di dunia digital.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.
Dan dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim. Idbyte 2017 saya nyatakan resmi dibuka.
Terima kasih
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Transkrip Pidato Terbaru