Presiden Jokowi Sebut Banyak Yang Hapal Lagu One Direction dan Iron Maiden di Indonesia
Saat berbicara di hadapan Parlemen Inggris, di Palace of Westminster, London, Selasa (19/4) siang waktu setempat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung hubungan antara Indonesia Inggris yang telah terjalin sejak akhir abad ke 16, ketika Francis Drake datang ke Maluku. Beberapa tahun kemudian, di tahun 1602 ketika John Lancaster tiba di Aceh membawa surat dari Ratu Elizabeth I untuk memulai hubungan dagang.
Kini, setelah lebih dari 400 tahun, menurut Presiden Jokowi, hubungan panjang ini harus diperkuat untuk kemakmuran rakyat kedua bangsa. Untuk persahabatan dan kerja sama kedua negara.
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi menyampaikan beberapa hal yang sering luput dari perhatian pemerintah kedua negara. Presiden mengatakan, masyarakat Indonesia lebih mengenal Inggris, ketimbang sebaliknya.
Di Indonesia, pertandingan antara Manchester United dan Arsenal kadang-kadang menjadi sumber pertengkaran dalam keluarga. Kami (juga) hafal bait-bait lagu One Direction, Coldplay, Genesis, the Beatles, Led Zeppelin, Queen, dan Iron Maiden, kata Presiden Jokowi yang disambut senyum anggota Parlemen Inggris.
Presiden melanjutkan, di Indonesia, masyarakat sangat tahu nama produk-produk Inggris, seperti Marks & Spencer dan Debenhams. Bahkan beberapa warga sangat mengerti dimana Harrods (pusat perbelanjaan terkenal di Inggris) itu.
Untuk itu, Presiden Jokowi ingin masyarakat Inggris juga lebih mengenal Indonesia. Saya ingin lebih banyak warga Inggris yang ke Indonesia, tidak hanya ke Bali, tapi juga ke tempat-tempat indah lainnya, kata Presiden Jokowi seraya menyinggung mengenai adanya penerbangan regular langsung dari Jakarta ke London.
Presiden Jokowi juga ingin produk-produk Indonesia semakin mudah dan semakin banyak masuk ke pasar Inggris. Selain itu, Presiden juga ingin kerja sama Indonesia dan Inggris semakin kokoh, dalam, dan luas.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Menlu Retno L.P. Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong. (UN/ES)