Presiden Jokowi: Setop Saling Menyalahkan, Kita Memiliki Kesempatan Mengejar Ketertinggalan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Mei 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 29.913 Kali
Presiden Jokowi sebelum berfoto bersama tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama, di Istana, Bogor, Jabar, Selasa (23/5). (Foto: Humas/Agung)

Presiden Jokowi bersama tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama Indonesia, di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Selasa (23/5). (Foto: Humas/Agung)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan, bahwa Indonesia ini adalah negara besar. Ia mencontohkan, tahun 1977 saat Tol Jagorawi dari Jakarta menuju Bogor dibangun, negara yang lain belum banyak yang punya. Banyak yang belajar pada Indonesia, seperti Malaysia.

“Sampai sekarang, sudah 40 tahun, sudah 40 tahun tol kita baru terbangun 780 km. Negara yang lain yang nengok ke kita tadi, ini yang paling ekstrim, Tiongkok/China itu sudah membangun 280.000 km,” kata Presiden Jokowi saat bertemu dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama Indonesia, di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Selasa (23/5) siang.Menurut Presiden, hal itu terjadi karena bangsa Indonesia sering menghabiskan tenaga dan pikiran untuk hal-hal yang tidak perlu dan tidak berguna.

“Tahun ’70-an kita ingat kita banyak mengirim guru ke Malaysia, banyak sekali. Dari sana belajar ke IKIP-IKIP kita dulu di sini. Sekarang kita ditinggal,” sambung Presiden.

Karena itu, Presiden Jokowi mengajak para tokoh lintas agama untuk menyadari dan memahami bersama, bahwa ada sesuatu yang harus diluruskan.

Presiden menambahkan contoh, betapa dirinya kaget melihat perkembangan industri perkapalan di  Korea Selatan.

“Tahun ’72 kita bikin (kapal), mereka bikin tahun ’73. Sekarang mereka sudah bikin kapal selam. Kita pesan kapal selam ke sana. Kita sekarang, saya enggak ingin cerita PT PAL kita sudah, yang jelas sudah kalah jauh,” ujar Presiden.

Kepala Negara menilai, ada sebuah etos kerja kedisiplinan nasional yang memang harus dibangun mulai sekarang. Dalam rangka kompetisi, dalam rangka persaingan dengan negara-negara yang lain.

“Sekali lagi jangan habiskan pikiran kita untuk hal-hal yang menyebabkan iri, dengki, saling hujat, saling menjelekkan, saling menyalahkan. Setop. Tutup itu,” tegas Presiden.

Presiden Jokowi mengajak semua pihak  selalu berpikir positif dan berpikir ke masa depan bangsa, karena Indonesia memiliki kesempatan untuk mengejar negara lain.

“Kita masih memiliki kesempatan untuk mengejar mereka kalau energi positif kita, kita arahkan ke hal-hal yang produktif, hal-hal yang konstruktif, dan tidak terjebak pada hal-hal yang tadi saya sampaikan,” tutur Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menitipkan pesan kepada tokoh lintas agama dari berbagai provinsi dan daerah itu, agar  kalau ada percikan sekecil apapun segera diselesaikan.

“Jangan tunggu esok hari, jangan tunggu 2-3 hari lagi. Selesaikan pada saat api itu masih sangat kecil, segera padamkan. Ingatkan kepada yang akan bergesekan bahwa kita ini saudara, kita ini saudara,” tegas Presiden.

Bahwa bangsa Indonesia berbeda-beda, ditegaskan Presiden, iya. Tapi ia mengingatkan, bahwa semua bangsa Indonesia adalah saudara-saudara sebangsa dan setanah air.

“Kalau ada hal-hal yang terjadi di daerah informasikan kepada kami tetapi kalau itu bisa diselesaikan di daerah selesaikanlah sendiri,” kata Presiden.

Meskipun saat ini setiap detik setiap menit hal-hal yang sebetulnya bisa diselesaikan di daerah itu pasti telepon masuk ke dirinya, Presiden Jokowi meyakini para tokoh agama bisa menyelesaikan hal-hal yang terjadi di daerah. Tampak hadir dalam kesempatan itu Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mensesneg Pratikno, dan Seskab Pramono Anung. (DNA/UN/DND/ES)

Berita Terbaru