Presiden Jokowi: Subsidi Untuk MRT Dari Penerapan ERP Atau TOD
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui, bahwa proyek pembangunan transportasi massal seperti Mass Rapid Transit (MRT) bukanlah proyek yang menguntungkan. Namun pemerintah memilih untuk melanjutkan proyek tersebut setelah menghitung benefitnya untuk negara, untuk masyarakat, untuk kota, seperti apa.
Kalau dihitung profit secara ekonomi, proyek transportasi massal memang tidak mungkin untung. Oleh sebab itu, yang memutuskan harus pemerintah, berapa subsidi yang diberikan pada nanti misalnya masalah tarifnya. Kalau ada subsidi berarti ada rupiah yang dikeluarkan pemerintah, kata Presiden Jokowi menjawab wartawan usai meresmikan pengoperasian mesin bor bawah tanah pertama yang bernama Antareja dalam proyek MRT Jakarta, di Patung Pemuda Membangun, Senayan, Jakarta, Rabu (21/9) pagi.
Menurut Presiden, sewaktu dirinya masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sudah dihitung, subsidinya dari penerapan ERP (Electronic Road Pricing) atau tarif elektronik bagi kendaraan yang melintasi jalur-jalur utama DKI Jakarta, termasuk kereta api ringan atau light rail transit (LRT).
Atau kalau tidak, TOD (Transit Oriented Development) yang bisa dikembangkan di kawasan-kawasan stasiun, juga bisa menjadi sebuah income, kata Presiden Jokowi.
Nantinya, lanjut Presiden Jokowi, MRT ini harus terintegrasi dengan busway, KRL, LRT, kereta ke bandara, bahkan terintegrasi dengan kereta cepat.
Antareja
Saat ditanya wartawan mengenai pemilihan Antareja sebagai nama mesin bor bawah tanah atau tunnel boring machine (TBM) proyek MRT itu, Presiden Jokowi mengatakan, seharusnya wartawan masuk ke dalam, biar bisa lihat terowongannya seperti apa, sudah kelihatan. Tinggal nanti Antareja mempercepat, sehari bisa 8 meter, ujarnya.
Presiden Jokowi lantas meminta wartawan bertanya kepada yang mengerti tentang pewayangan, siapa Antareja. Yang jago ambles bumi itu Antareja,” tegasnya.
Yang paling penting, tambah Jokowi, pertama, progress masih sesuai dengan schedule. Kedua, kalau dilihat kerapihannya, di bawah tanah ini rapih sekali pekerjaannya. Presiden Jokowi mengemukakan hal ini, karena sebelumnya juga pernah masuk di tempat yang lain, seperti di Malaysia, Singapura.
(DND/RAH/ES)