Puasa Ramadan Di Rumah Sebagai Benteng Menghadapi COVID-19
Oleh: M. Arief Khumaidi*
Tanggal 24 April 2020 kita menjalankan ibadah puasa Ramadan, ibadah puasa yang secara rutin setiap tahun dilaksanakan. Puasa bagi badan kita diibaratkan sebagai media pencucian diri yang dilaksanakan selama sebulan penuh hidup setelah dalam waktu sebelas bulan sebelumnya badan kita berkelindan dalam suasana kehidupan yang kadang normal, atau kurang terkontrol dalam memperhatikan kondisi tubuh dan keseimbangan mental. Pada bulan puasa ini, tubuh dan jiwa kita dicelup selama sebulan penuh agar bersih dan suci lahir dan batin. Puasa sebagai tradisi atau kegiatan umat manusia, yang memang tidak hanya dilaksanakan umat Islam saja, tetapi juga oleh umat yang lain, “umat sebelum kamu”, sebagaimana dibahasakan dalam Quran: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajiban atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (Quran Al-Baqarah: ayat 183). Puasa bertujuan meningkatkan ketaqwaan, maka apabila setelah berpuasa tidak memperhatikan tujuan dalam mencapai tingkat ketaqwaan tersebut maka puasa pada dasarnya hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, sehingga kita perlu berpuasa yang benar.
Pada tahun 2020 ini, kita puasa dalam suasana yang berbeda dari biasanya yang dilaksanakan sebelumnya. Puasa Ramadhan 1441H ini dilaksanakan bersamaan dengan suasana umat manusia di dunia menghadapi wabah COVID-19. COVID-19 sebagai penyakit yang secara global telah menjangkiti sebanyak 213 negara/kawasan, dengan jumlah penderita kasus yang terkonfirmasi sebanyak 2.549.632 orang, dengan kematian sebanyak 175.825 orang (data bersumber pada WHO last update 23 April 2020, pukul 07:00 GMT+7). Kita harus meningkatkan kewaspadaan menghadapi penyakit COVID-19 ini, karena saat ini Indonesia telah terjangkit menjadi 7.725 orang pada posisi tanggal 23 April 2020, yang telah jauh bergerak dari sebelumnya diumumkan pemerintah pada tanggal 2 Maret 2020 sejak ditemukan dua kasus pertamanya. novel coronavirus (nCov) merupakan jenis virus corona baru yang menimbulkan penyakit yang bernama COVID-19. Sebelum dikenal COVID-19 penyakit ini dikenal sebagai virus corona baru 2019 atau 2019-nCpv.
World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia telah mendeklarasikan COVID-19 ini sebagai pandemi pada tanggal 9 Mret 2020. Yang maksudnya, virus corona ini telah menyebar secara luas di dunia. Istilah pandemi ini dikaitkan dengan penyebarannya yang meluas, bukan karena keganasan penyakitnya. Virus Corona menyebabkan gejala yang ringan atau sedang seperti demam dan batuk dan kebanyakan bisa sembuh dalam beberapa minggu, namun penyakit ini berisko tinggi pada sebagian orang yaitu kelompok lanjut usia dengan masalah kesehatan menahun, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi atau diabetes, maka virus corona ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yanag serius.
Mementum Ramadan tahun 2020 ini mari digunakan untuk memperkuat ketahanan tubuh kita dan keluarga kita agar mampu kuat menghadapi bencana COVID-19. Tinggal di rumah selama puasa Ramadan tahun 2020 ini akan membantu memutus mata ratai penyebaran virus COVID-19. Untuk itu penting untuk menjadikan Rumahku adalah surgaku (Baiti Jannati). Dalam suasana puasa Ramadan tahun 2020 yang bertepatan menghadapi pandemi COVID-19 ini, kita jadikan rumah kita masing-masing sebagai tempat istirahat dan menikmati kebersamaan bersama keluarga. Rumah sebagai ruang dan benteng untuk memperkuat imunitas anggota keluarga dalam menghadapi COVID-19. Rumah sebagai tempat yang menyenangkan dan nyaman bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa betah untuk tinggal di rumah, tidak ingin keluar rumah.
Hal-hal yang perlu dilakukan agar anggota keluarga betah di rumah antara lain: 1) Adaptasi fisik untuk melaksanakan hal-hal positif di rumah, seperti adaptasi anak untuk belajar di rumah. Gunakan rumah sebagai ruang beribadah mendekatkan diri untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Melaksanakan ibadah sholat tarawih, mengaji, mendalami agama bersama keluarga di rumah, makan bersama anggota keluarga, makan yang bergizi dan minum yang cukup, berolah raga bermain dengan sinar matahari pagi. Makan bergizi tidak harus mahal, dengan bahan- bahan yang murah ada di sekitar kita. 2) Menjaga keeratan dan kelekatan dalam keluarga. Agar keluarga semakin erat dan lekat dapat dibangun melalui komunikasi dan interaksi yang baik. Ciptakan suasana dan perlakuan kepada individu-individu sebagai anggota keluarga sama dan tidak pilih kasih. 3) Menjaga tradisi dan kebiasaan positif dalam keluarga di rumah, seperti kerja bersama dengan gotong royong yang menciptakan menggembirakan, saling peduli, saling menasehati yang dapat meningkatkan ketergantungan, keakraban, kekompakan dan kebersamaan dalam keluarga. 4) Mengubah gaya hidup keluarga yang lebih sederhana dengan cara melakukan penghematan semua pengeluaran, masak makanan untuk dan bersama keluarga, merawat dan memanfaatkan pekarangan, hindari pemborosan dan hutang agar dapat bertahan hidup, 5) Mengelola aktivitas anggota keluarga dengan mengatur waktu dan kegiatan sebaik mungkin. Memberi ruang untuk kegiatan individu dan kegiataan bersama keluarga seperti makan bersama. Untuk menghindari kejenuhan maka ciptakan waktu untuk kegiatan yang sifatnya pribadi dan disukai aggota keluarga, yang telah di sepakati bersama.
Keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah cermin rumahku adalah surgaku. Kunci untuk meciptakan rumahku adalah surga di bumi ini adalah dengan mencintai. Mencintai atau memberi kepada anggota keluraga yang lain, bukan menuntut, tetapi membantu untuk berkembang, saling menasehati untuk menyelesaikan persoalan, bukan memaksa kepada orang yang kita cintai. Menjadikan rumah sebagai surga di dunia ini merupakan gambaran yang indah agar sebuah surga hadir dalam rumah, yaitu rumah tangga yang memberikan ketentraman, kebahagiaan bagi anggota keluarga sebagaimana yang kita inginkan.
Dalam hadist yang di riwayatkan Ad Darimi. “Sesungguhnya rumah yang di bacakan al Quran di dalamnya akan menjadi luas bagi pemiliknya, malaikat mendatangnya, Setan menjauhinya dan banyak kebaikannya, dan rumah akan menjadi sempit bagi pemilikya, malaikat menjadi terhalang, Setan hadir dan sedikit kebaikannya jika tidak dibacakan al Quran dalam rumah tersebut”. Untuk itu peran individu anggota keluarga, terutama suami yang welas asih dan penuh kasih sayang, lapang dada, berbudi luhur, penting untuk merekatkan rumah penuh cinta ini, sebagaimana sabda Muhammad SAW: “Semua mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya, dan sebaik-baik kalian adalah suami yang paling baik terhadap istrinya” (HR Tormidzi).
Selamat beribadah puasa Ramadan 1441 H, semoga ibadah bapak ibu mencapai tujuan menjadi insan yang bertaqwa dan memperoleh ridho Allah swt. Aamiin.
*Penulis Bekerja di Kantor Sekretariat Kabinet