Puluhan Tahun Urusan Cantrang, Presiden Jokowi: Nelayan Jangan Diajak Kerja Dengan Pola Lama

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Mei 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 17.198 Kali
Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2017, di Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Kamis (4/5). (Foto: Humas/Oji)

Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2017, di Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Kamis (4/5). (Foto: Humas/Oji)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar sekali, yaitu 1,33 triliun dollar AS atau setara dengan Rp19.000 triliun lebih.  Tapi kalau pengelolaannya hanya rutinitas, monoton, tidak melakukan terobosan-terobosan, jangan harap angka ini bisa didapatkan.

“10 Persen saja sudah bagus, apalagi masuk ke yang namanya 19.000-20.000. Ini sebuah pekerjaan besar. Potensinya ada tetapi perhatian kita kesini belum,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2017, di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Kamis (4/5) pagi.

Presiden menekankan, pentingnya penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan riset, di kelautan dan perikanan, yang sudah berpuluh-puluh tahun tidak pernah difokuskan. Ia meminta agar hal itu  menjadi perhatian dan betul-betul dilakukan sehingga sumber daya alam laut Indonesia kelihatan betul apa potensinya, apa yang harus kita kerjakan. 

Terkait hal itu, Presiden Jokowi mengingatkan agar nelayan-nelayan kita jangan terus diajak bekerja dengan pola-pola yang lama. Harus berani kita loncatkan ke dunia yang lain.

“Sudah berapa puluh tahun kita urusan cantrang, setiap tahun urusan cantrang, setiap tahun urusan cantrang. Enggak habis-habisnya kita ngurusin cantrang sehingga melupakan strategi besar menuju ke tempat yang lain yang memiliki nilai tambah yang lebih baik,” tutur Presiden.

Ia mendorong agar mulai bicara mengenai offshore aquaculture karena 70 persen lebih negara kita adalah air, adalah laut. Tidak seperti Norwegia atau Taiwan, yang setiap hari berbicara mengenai offshore aquaculture ini. 

“Ajari nelayan-nelayan kita untuk mengetahui barang apa ini. Nilai tambahnya bisa puluhan kali dari apa yang kita lakukan sekarang ini, yang sudah berpuluh-puluh tahun tidak pernah kita meloncat, berani melompat kita,” tutur Presiden.

Menurut Presiden, offshore aquaculture bukan barang yang mahal. Ia pernah bertanya satu sitenya Rp47 miliar. Presiden menyaranan, kalau kita belum bisa mengerjakan sendiri, join-kan, kerja samakan, biar ada transfer of knowledge. Ia mengingatkan, tanpa itu kita tidak pernah meloncat. 

“Sekali lagi, ini saya sampaikan berkali-kali, kita ini terlalu rutinitas, terlalu monoton, terlalu linier, padahal dunia perubahannya sangat cepat sekali,” ujar Presiden.

Presiden mengulang penegasannya, bahwa setiap pertemuan dirinya selalu ngomong mengenai Elon Musk, yang berbicara mengenai spacex, yang berbicara mengenai tesla, mobil masa depan, berbicara mengenai ruang angkasa masa depan, berbicara mengenai hyperloop, perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain yang begitu sangat cepatnya. Namun, kita masih urusan cantrang belum selesai. (UN/OJI/ES)

Berita Terbaru