Puncak Peringatan ke-29 Hari Keluarga Nasional Tahun 2022, di Lapangan Merdeka, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara, 7 Juli 2022

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Juli 2022
Kategori: Sambutan
Dibaca: 1.431 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Nama buddhaya,
Salam kebajikan.

Horas!
Mejuah-juah!
Ya’ahowu!

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati pimpinan dan anggota DPR RI yang hadir;
Yang saya hormati Gubernur Sumatra Utara beserta Wakil Gubernur dan seluruh Gubernur dari seluruh provinsi yang hadir, beserta seluruh jajaran Forkopimda Sumatra Utara;
Yang saya hormati para Bupati dan Wali Kota se-Sumatra Utara dan seluruh Bupati dan Wali Kota dari seluruh Indonesia;
Yang saya hormati Kepala BKKBN dan seluruh jajaran dari pusat sampai ke daerah;
Bapak-Ibu hadirin undangan yang berbahagia.

Sekarang ini semua negara tidak berada pada posisi yang aman-aman saja. Hati-hati mengenai ini. Kita telah 2,5 tahun, 2,5 tahun menghadapi tantangan berat yang namanya pandemi COVID-19 dan sampai saat ini belum rampung, belum selesai. Negara-negara lain masih tinggi COVID-nya, kita alhamdulillah. Meskipun masih berada pada posisi yang rendah, inilah tugas kita semuanya untuk mengendalikan, tetap harus waspada, jangan sampai naik lagi. Karena, kalau COVID-nya bisa kita kendalikan, pemulihan ekonomi ini lebih mudah.

Sekarang tambah sulit karena ditambah satu masalah besar, yaitu perang di Ukraina. Hati-hati mengenai perang Ukraina. Karena ini menyangkut pangan dan energi. Pangan, minyak, dan gas yang akan mempengaruhi semua negara di dunia. Hati-hati.

Minyak saat normal dulu sebelum pandemi harganya hanya 60 dolar AS, 60 dolar AS. Sekarang ini 110-120 dolar AS per barel, sudah dua kali lipat. Hati-hati. Negara kita ini kita masih tahan untuk tidak menaikkan yang namanya Pertalite. Negara lain yang namanya BBM/bensin itu sudah berada di angka Rp31.000. Di Jerman, di Singapura Rp31.000. Thailand sudah Rp20.000, kita masih Rp7.650. Karena apa? Disubsidi oleh APBN. Jangan tepuk tangan dulu.

Ini kita masih kuat. Dan, kita berdoa supaya APBN tetap masih kuat memberi subsidi. Kalau sudah tidak kuat, mau gimana lagi, ya kan. Kalau BBM naik, ada yang setuju? Pasti semua akan ngomong tidak setuju. Tapi ingat bahwa kita itu masih impor, separuh dari kebutuhan kita 1,5 juta barel minyak dari luar, masih impor. Artinya apa? Kalau harga di luar naik, kita juga harus membayar lebih banyak. Supaya kita semua mengerti masalah ini.

Yang pertama tadi masalah minyak dan gas. Gas juga sama. Internasional sudah naik lima kali, naiknya lima kali. Padahal gas kita impor juga gede banget.

Sekarang pindah yang ada urusannya dengan Harganas, yaitu pangan. Pangan juga sama, naik, seluruh dunia naik. Ada yang naiknya sudah 30 persen, ada yang naiknya sudah 50 persen. Untungnya, kita ini alhamdulillah, rakyat kita utamanya petani masih berproduksi beras dan sampai saat ini harganya belum naik. Moga-moga tidak naik, karena stoknya selalu ada dan sudah tiga tahun kita tidak impor beras lagi. Biasanya kita impor 1,5 juta ton, 2 juta ton. Ini sudah tidak impor lagi. Ini Menteri Pertanian hadir di sini, terima kasih Pak Menteri.

Tapi hati-hati yang namanya komoditas pangan. Dunia ini naik semuanya, utamanya gandum. Kita juga impor gandum gede banget, 11 juta ton impor gandum kita. Ini hati-hati yang suka makan roti, yang suka makan mie, bisa harganya naik. Karena apa? Ada perang di Ukraina. Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum itu 30-40 persen berada di negara itu. Rusia, Ukraina, Belarusia, semua ada di situ.

Di Ukraina saja ada stok gandum, waktu saya ke sana saya tanya langsung ke Presiden Zelenskyy, berapa stok yang ada di Ukraina. 22 juta ton, stok enggak bisa dijual. Kemudian ada panen baru ini 55 juta ton, artinya stoknya sudah 77 juta ton. Di Rusia sendiri, saya tanya ke Presiden Putin, ada berapa stok di Rusia. 130 juta ton. Bayangkan, berapa ratus juta orang ketergantungan kepada gandum Ukraina dan Rusia.

Dan, sekarang ini sudah mulai. Karena barang itu tidak bisa keluar dari Ukraina, enggak bisa keluar dari Rusia, di Afrika dan beberapa negara di Asia sudah mulai yang namanya kekurangan pangan akut, sudah mulai yang namanya kelaparan. Bayangkan.  Kita ini harus betul-betul bersyukur bahwa negara kita diberikan pangan yang harganya, beras utamanya, tidak naik. Harus kita syukuri betul.

Kalau Bapak-Ibu ke luar, harga pangannya karena ketergantungan pada gandum, sudah naik 30 (persen), naik 50 persen. Mau Bapak-Ibu semuanya harga naik? Ada yang mau, coba ngacung yang harga pangan senang naik. Tunjuk jari, maju ke depan, saya beri sepeda. Silakan maju ke depan, “Pak, saya pengin harga pangan naik.” Saya beri sepeda, enggak apa-apa, ayo maju. Silakan, Bu, maju sini yang pengin harganya naik. Enggak ada. Enggak ada.

Oleh sebab itu, yang namanya kemandirian pangan itu penting. Saya mengajak kepada seluruh bupati, utamanya wali kota untuk memanfaatkan lahan-lahan yang sekecil apa pun untuk menanam, untuk berproduksi kebutuhan pangan sehari-hari. Penting. Jangan sampai ada lahan kosong. Manfaatkan untuk asupan gizi anak kita. Karena kita nanam di manapun itu tumbuh dan bisa kita panen. Penting sekali.

Karena anak-anak kita di hari ini, ini adalah penentu wajah masa depan Indonesia. Kalau anak-anak kita pintar, pintar-pintar, cerdas, kita bersaing dengan negara lain itu mudah. Tapi kalau anak-anak kita stunting, gizinya enggak baik, nutrisinya enggak tercukupi, ah sudah, nanti ke depan bersaing dengan negara-negara lain ini akan sangat kesulitan kita. Ini yang selalu saya ingatkan.

Oleh sebab itu, yang namanya stunting harus betul-betul kita kerja keras menurunkan persentasenya. Saya masuk di 2014 angka stunting  37 persen, 37 persen. Di 2021 angka terakhir di 24,4 persen, penurunannya sangat drastis sekali. Tapi target kita di 2024 harus mencapai 14 persen. Setuju? Setuju? Kurang  semangat ini berarti ragu-ragu. 2024 angka stunting kita di angka 14 persen, setuju?

Pendamping Keluarga, ada? Tunjuk jari. Pendamping, ya silakan maju, pendamping sini satu. Satu saja yang merah. Semangat tadi saya lihat. Ada yang berkaitan dengan percepatan, Tim Percepatan Penurunan Stunting? Yang anggotanya, bukan ketuanya, silakan, mana, ada? Yang masuk dalam tim percepatan penurunan angka stunting? Ini pendamping di lapangan, silakan. Ada? Ya, maju, silakan satu. Silakan, Bu. Silakan, silakan.

Pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 ini, saya mengajak kepada seluruh kekuatan bangsa untuk bergerak bersama-sama, bekerja bersama-sama, bersinergi bersama-sama untuk menurunkan stunting dan seluruh akar masalahnya dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia generasi penerus kita yang berkualitas. Betul-betul harus kita siapkan.

Kenakan, Bu. Dikenalkan nama.

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Bismillahirrahmanirrahim. Nama saya Lidya Roza, TPK (Tim Pendamping Keluarga) dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu siapa tadi? Ibu? Namanya?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Lidya Roza, Pak. Lidya Roza.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Lidya?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Iya, Lidya Roza.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Lidya, dari?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Pasaman, Sumatra Barat.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pasaman. Ibu Lidya dari Pasaman, apa sih yang dilakukan di lapangan dalam mendampingi?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
TPK terdiri dari kami tiga; bidan desa, kader PKK, dan kader KB.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya. Terus ngapain? Ngomongin apa ke rakyat itu? Coba kalau makan harus pakai telur, kalau makan pakai harus ikan? Atau gitu, atau gimana?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Kepada ibu hamil, catin (calon pengantin), dan pasca persalinan, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kepada ibu hamil…

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Kepada catin, calon pengantin…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Calon pengantin…

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Dan kepada ibu pasca bersalin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu pasca bersalin. Apa yang disampaikan kepada mereka?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Kepada catin itu untuk sebelum menikah harus siap dulu gizinya, umurnya, untuk nikah 19 tahun baru boleh menikah menurut undang-undang pernikahan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngeceknya gimana?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
MoU dengan KUA.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Calon pengantin, oh boleh nikah karena…

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Di bimbingan konseling ber-MoU dengan Kemenag, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tapi ngeceknya gimana? Oh, ini ibu-ibu ini sudah bergizi boleh nikah, misalnya gitu. Gimana ngeceknya? Dicek?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Ada aplikasi Elsimil.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ada aplikasinya?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Aplikasi Elsimil namanya, aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Itu di Pasaman?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Di seluruh Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di seluruh Indonesia. Oke bagus. Nggih. Kalau yang untuk… tadi yang untuk (catin). Kalau yang ibu-ibu hamil, apa yang disampaikan pada mereka?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Itu tugas bidan desanya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tugas bidan desa? Apa, bidannya ngomongin apa kepada mereka biasanya?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Mengukur Lila namanya, Pak, lingkar lengan atas, gizi untuk menentukan gizinya. Kemudian umur kandungan, usia kehamilannya apakah sesuai dengan besarnya, Pak, kandungannya. Apakah sesuai. Nanti bisa kalau dia kurang beratnya berarti risiko stunting nanti anaknya. Jadi dicegah dengan pemberian gizi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dicegah dengan pemberian gizi. Yang memberikan gizi itu siapa?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Kader PKK, bidan juga, Pak. Kemudian…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Duitnya dari mana? Dari Pemda?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
PMT (pemberian makanan tambahan), Pak, ada.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dari?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
PMT untuk ibu hamil, PMT untuk balita, dari pemerintah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh ada PMT untuk ibu hamil? Ada?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Ada, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, berarti enggak ada masalah untuk anggaran?

Lidya Roza (TPK dari Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat)
Kurang, Pak. Kurang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, nggih. Ya, terima kasih, Bu Lidya. Jadi ibu-ibu ini boleh mempunyai anak satu, boleh? Anak dua, boleh? Anak tiga, boleh? Tiga enggak boleh? Boleh atau enggak boleh, tiga? Boleh? Benar boleh, tapi jaraknya diatur lebih dari tiga tahun, harus lebih dari tiga tahun. Jangan tiap tahun punya anak, lebih dari tiga tahun, diatur. Sehingga ibu sudah pulih, gizinya baik, boleh mempunyai anak lagi. Dan yang paling penting, menyiapkan pendidikannya agar menjadi SDM generasi penerus yang berkualitas.

Silakan, terima kasih Ibu Lidya. Silakan. Sebentar, Bu, sebentar, di sini dulu. Dikenalkan, Bu.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Baik, Pak. Bunga melati si bunga raya, dipetik oleh si anak dara. Deni Andayuni itulah nama saya, satgas stunting Provinsi Sumatra Utara.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Diulang, Bu. Diulang.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Bunga melati si bunga raya, dipetik oleh si anak dara. Deni Andayuni itulah nama saya, satgas stunting Provinsi Sumatra Utara.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Diulang, Bu, diulang namanya tadi siapa?

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Deni Andayuni, Pak. Deni Andayuni.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, Ibu Deni. Ya, silakan. Jadi  apa?

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Saya dari satgas stunting.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Satgas stunting. Apa yang dilakukan sih oleh satgas itu apa, di lapangan itu apa, ngapain?

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Dari satgas kami mendorong pemerintah untuk bisa melakukan percepatan penurunan stunting terutama di Provinsi Sumatra Utara untuk pada 2024 mencapai 14 persen.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bisa?

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Insyaallah, bisa. Tadi berkat dukungan Bapak Gubernur, Bapak Wali kota kami yang sangat peduli dan memang saya apresiasi karena Pemerintah Kota Medan juga sudah menganggarkan dana yang lebih untuk penanganan stunting terutama di Kota Medan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekarang berapa sih persentasenya, stunting-nya berapa di Sumut.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Di Sumatra Utara itu ada 25,8 (persen), Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
25,8 (persen), ya.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Dan di Kota Medan ada 19,9 persen. Jadi harus…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berarti turun untuk ke 14 persen gampang atau enggak gampang?

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Dengan segala usaha, insyaallah kalau kita berniat baik mudah-mudahan Allah Swt., memberkati, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, nggih. Jadi Ibu punya keyakinan ya bahwa 14 persen bisa dicapai ya.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Siap, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, nanti saya beri sepeda.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Sembilan ya, Pak, karena anggota saya…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau bisa 14 persen.

Deni Andayuni (Satuan Tugas Stunting Provinsi Sumatra Utara)
Siap, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, terima kasih, Bu. Terima kasih Bu Deni, terima kasih. Ini tolong dicatat. Bu, dicatat namanya ke… silakan namanya dicatat. Nama dan alamat dicatat dulu. Ini saya kirimi sepeda. Ada yang masih mau maju?

Bapak-Ibu sekalian, hadirin yang saya hormati,
Secara khusus saya mengajak seluruh keluarga di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedesaan untuk sekali lagi memanfaatkan lahannya untuk bercocok tanam dan beternak. Jangan sampai ada lahan kosong. Gunakan untuk memproduksi kebutuhan pangan sehari-hari dan meningkatkan asupan gizi anak-anak kita. Ini penting, saya ulang-ulang terus.

Selain itu, jaga kesehatan lingkungan baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar keluarga. Ini juga penting. Dan, saya yakin jika seluruh keluarga dan masyarakat kita bergerak, upaya penanganan stunting yang dilakukan pemerintah saat ini, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota, kabupaten, akan cepat membuahkan hasil. Saya senang tadi Bu Deni menyampaikan, optimis di 2024 angka 14 persen bisa kita capai.

Dan, terakhir saya percaya bahwa keluarga adalah pilar kesejahteraan bangsa. Keluarga merupakan ekosistem pertama dan utama dalam mengasuh, dalam mendidik, dalam membentuk manusia yang sehat, manusia yang bergizi, manusia yang berkualitas.

Selamat memperingati Hari Keluarga Nasional ke-29.
Terima kasih.
Majulah keluarga Indonesia!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru