Silaturahmi dengan Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Se-Indonesia (AFKUBI), di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur, 25 September 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 September 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 454 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Silaturahmi dengan Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Se-Indonesia (AFKUBI), 25 September 2024

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Bapak Menko PMK, Pak Menteri Dalam Negeri, Wamen Kementerian Agama, Bapak Pimpinan Otorita Ibu Kota Nusantara,
Yang saya hormati Ketua Asosiasi FKUB Indonesia, Bapak Ida Pangelingsir Agung Sukahet,
Yang saya hormati seluruh jajaran pengurus Asosiasi FKUB Indonesia dan Ketua Staf Pengurus FKUB Provinsi se-Indonesia,
Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan ucapan selamat datang di Ibu Kota Nusantara. Kota ini ke depan akan menjadi kota hijau dengan emisi paling rendah. Supaya Bapak-Ibu tahu, di sini air quality index-nya, indeks kualitas udaranya, itu di angka enam, padahal maksimal itu 50. Maksimal 50, tapi di sini hanya enam, dan di Jakarta kira-kira hariannya 190. Bukan hanya di Jakarta, di Jabodetabek atau di Jawa rata-rata sudah di atas 100. Inilah gambaran kota masa depan, kota hijau dengan emisi rendah, kota yang ramah karena banyak ruang terbuka hijaunya.

Dan saya sering bercerita, kalau pas dapat tamu perdana menteri atau presiden dari negara lain, baik masuk ke Istana Bogor, baik masuk ke Istana Jakarta, atau saya terima di Yogyakarta, di istana Yogyakarta, selalu tamu kita itu kagum, “waduh, istananya bagus, gedungnya bagus.” Saya kadang-kadang mikir, ini mau saya jawab apa? Indah, tapi ini bukan buatan kita, buatan kolonial Belanda. Mau saya sampaikan apa adanya, kok juga enggak… Kita merasa inferior, gitu. Jadi itulah perasaan saya kalau pas ketemu dengan… dipuji, tapi saya enggak bisa apa-apa, gitu. Enggak bisa menjawab apa ya, dipuji itu, karena saya tahu mereka juga tahu itu bukan kita yang bikin, gitu. Saya kan enggak tahu dia menyindir atau dia memang benar-benar ingin menyampaikan kekagumannya, ya nebaknya kan sulit.

Itulah kenapa gagasan pindah ibu kota ini sudah muncul sejak tahun 50-60-an, di era Bung Karno, yang saat itu akan memindahkan ke Palangkaraya. Tapi 2014, setelah saya dilantik, saat itu saya perintahkan pada Bappenas untuk mengkaji lagi, coba cek lagi, titik-titik mana yang memungkinkan untuk kepindahan. Dan selama empat tahun, lima tahun kajian itu selesai. Ada pilihan-pilihan di Palangkaraya, di Kalimantan Selatan, di Mamuju, kemudian di Kalimantan Timur, di IKN ini. Kemudian kita putuskan di sini.

Tapi yang saya, setelah ini selesai istananya, kemudian gedung menkonya juga hampir selesai, saya senang bahwa yang mengerjakan 100 persen adalah putra putri terbaik kita semuanya. Bahannya hampir 99 persen dari bahan lokal semuanya, memang tidak ada unsur-unsur yang lain. Ada yang bertanya kepada saya, “Pak, kok lampunya bagus sekali, jangan-jangan dari Italia?” Bukan, ini lampu dari Boyolali. Lampunya dari Boyolali, saya tahu betul yang buat ini siapa saya tahu, di desa yang namanya Tumang di Boyolali.

Jadi, ya inilah istana sebuah negara besar yang namanya Indonesia. Kota yang dirancang dalam menancapkan tonggak peradaban Indonesia nanti di Indonesia Emas 2045, karena ini baru dimulai. Ibu kota baru ini baru dimulai, selesainya mungkin bisa 10 tahun, bisa 15 tahun, dan bisa 20 tahun. Jangan berpikir ini sudah dipakai, enggak. Masih panjang, masih panjang. Tapi ini memang dirancang sejak awal tidak hanya untuk mewujudkan pembangunan, memperlihatkan peradaban baru kita, baik dalam pola pikir, dalam semangat kerja dengan cara-cara kerja baru, tapi juga memfasilitasi kebersamaan dan kerja sama. Kota yang terbuka, kota yang inklusif untuk semua golongan, kota yang dibangun dari kemajemukan kita, dan kota hidup dari banyaknya interaksi-interaksi sosial yang kita lihat di negara kita.

Kita juga ingin IKN menjadi kota global, tapi juga kota majemuk yang mampu memberikan kontribusi signifikan dalam memperkokoh kerukunan dan merawat kebinekaan kita sebagai sebuah bangsa besar. Karena kita tahu dunia sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak konflik muncul beberapa tahun belakangan ini yang berkepanjangan, juga perang yang bergulir di belahan dunia. Pada saat kita merasakan zaman semodern ini, masih ada perang. Terkadang kalau kita berpikir secara normal itu kok masih ada dalam peradaban baru, dalam peradaban modern, masih ada perang. Baik itu di Ukraina, baik itu di Palestina, ini ditambah lagi sekarang dengan perang di Lebanon. Sehingga membuat yang namanya persatuan, yang namanya kerukunan, yang namanya toleransi, itu merupakan hal yang sangat berharga, sangat bernilai tinggi di negara mana pun.

Dan kita patut bersyukur, di Indonesia nilai-nilai tersebut, kerukunan, toleransi, persatuan, masih bisa terawat dengan sangat baik. Ini juga berkat kontribusi besar Bapak-Ibu sekalian yang hadir di sini. FKUB, Asosiasi FKUB, yang ini adalah warisan berharga bangsa kita yang terus harus kita pupuk, kita upayakan bersama, baik dengan mengedepankan dialog, baik dengan menanamkan rasa toleransi sejak dini, serta memupuk nilai-nilai moderasi beragama.

Saya sangat menghargai, mengapresiasi peran FKUB selama ini dalam menjaga suasana yang damai, suasana yang harmonis, suasana rukun, sehingga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa terawat baik dan terus terjaga.

Ke depan, saya mengajak kita semuanya untuk menjaga situasi yang kondusif ini. Saya tahu seperti yang tadi disampaikan oleh Bapak Ketua, masih ada konflik kecil-kecil, masih ada perselisihan kecil-kecil, tapi sekecil apapun, utamakan segera dibuka ruang dialog agar tidak membesar dalam suasana kebersamaan. Karena kita tahu, negara di dunia ini yang paling majemuk, ya Indonesia. Sukunya, agamanya, adat istiadatnya, budayanya. Jika ada isu yang berpotensi memecah belah, segera, sekecil apapun, segera luruskan dalam suasana yang sejuk dan dalam suasana kesejukan, agar stabilitas terus terjaga sehingga pembangunan bisa berlanjut dan pertumbuhan ekonomi kita sebagai sebuah bangsa besar bisa terus kita kembangkan dan kita tingkatkan. Enggak akan mungkin sebuah negara dalam posisi konflik, dalam posisi yang tidak bersatu, bisa membangun dengan baik. Enggak ada, rumus itu enggak ada. Negara bisa membangun kalau stabilitas politik, stabilitas ekonomi, stabilitas sosialnya bisa terjaga dengan baik.

Dan kita akan menghadapi dua event besar ke depan. Di 20 Oktober akan ada transisi kepemimpinan nasional dari pemerintah sekarang ke pemerintah baru yang dipimpin oleh Bapak Prabowo Subianto. Dan juga November akan ada transisi kepemimpinan di daerah, baik itu pilihan gubernur, pilihan bupati, pilihan wali kota, ada di 508 kabupaten/kota dan 37 provinsi. Ini adalah perhelatan besar yang juga akan berdampak besar bagi negara kita, sehingga saya minta FKUB juga memberikan perhatian terhadap soal-soal yang berkaitan dengan Oktober, yang Oktober maupun yang November ini.

Terakhir, saya berharap semoga ikhtiar kita bersama dalam menjaga persatuan, menjaga kerukunan, dalam menghantarkan bangsa kita mewujudkan cita-cita Indonesia Emas betul-betul bisa kita wujudkan bersama-sama.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya sangat menghargai, mengapresiasi upaya-upaya yang telah FKUB lakukan di daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi, juga di Asosiasi FKUB. Dan ini merupakan kontribusi besar Bapak-Ibu sekalian terhadap bangsa dan negara yang kita cintai ini.

Terima kasih, saya tutup.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru