Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2020, 4 Februari 2020, di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Februari 2020
Kategori: Amanat/Arahan
Dibaca: 793 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati Ketua dan para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara yang hadir,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju,
Yang saya hormati para Kepala Daerah yang hadir, Gubernur, Bupati, Wali Kota,
Yang saya hormati Panglima TNI beserta seluruh Kepala Staf dan jajaran, Kapolri beserta jajaran Polri, para Pangdam, Kapolda, Danrem, Dandim, Kapolres dari seluruh tanah air,
Yang saya hormati para Akademisi,
Yang saya hormati Kepala BNPB beserta seluruh jajaran BNPB dari pusat sampai ke daerah, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,
Para relawan, para praktisi penanggulangan bencana, seluruh gabungan masyarakat, para disabilitas, Bapak-Ibu undangan yang berbahagia.

Saya tahu, setiap kali ada bencana, Bapak-Ibu yang hadir di sini adalah yang selalu sigap datang pertama menyelamatkan dan meringankan beban para korban. Sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras di lapangan yang selalu saya lihat apabila ada bencana di daerah.

Namun, walaupun kita telah bekerja keras membantu para korban, penderitaan korban telah terjadi, kerugian masyarakat dan kerugian bangsa juga harus kita tanggung. Dan yang lebih mengkhawatirkan dari tahun ke tahun, tadi sudah disampaikan oleh Pak Doni, bahwa ancaman dan kejadian bencana ini cenderung semakin meningkat, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain terutama karena perubahan iklim global yang memang karena perbuatan manusia itu sendiri. Ancaman dan kejadian bencana cenderung semakin meningkat, baik itu jumlah korban jiwa, baik itu warga yang terdampak, dan juga kerugian sosial ekonomi yang diakibatkan dan juga kerusakan infrastruktur-infrastruktur penting yang kita miliki.

Kalau kita lihat dari pengalaman, sebetulnya banyak bencana, banyak ancaman bencana yang rutin berulang. Kalau kita lihat sejarah panjang, kelihatan sekali, setiap musim kemarau ini pasti ada yang namanya kebakaran hutan dan kebakaran lahan, lahan gambut. Hati-hati dengan ini. Ini kan kita sudah masuk ke musim kemarau, di Aceh dan di Riau, sudah ada titik, mulai ada titik api. Ada yang dari Aceh, dari Riau? Hati-hati, begitu api muncul satu kecil, tolong segera dipadamkan. Mumpung masih 1, jangan biarkan menjadi 2, apalagi menjadi 3. Ini yang segera, yang sering orang lalai.

Hati-hati, negara sebesar Australia saja sekarang ini kewalahan menghadapi kebakaran hutan yang sudah mencapai 6 juta, 6 juta hektare. Kehilangan 500 juta hewan/binatang, fauna yang mereka miliki. Bayangkan betapa bencana ini bukan hanya urusan ekonomi saja tapi urusannya bisa ke mana-mana.

Kembali, setiap musim kemarau pasti ada ancaman kebakaran hutan, lahan, lahan gambut. Setiap musim penghujan juga ada ancaman banjir, banjir bandang, tanah longsor. Selalu itu yang kita lihat setiap tahun. Oleh sebab itu, kemarin saya sampaikan waktu saya datang di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, di situ juga berulang, longsornya berulang, jangan diurusi urusan fisiknya saja. Itu juga penting, saya tahu. Dibuat tanggul penahan penting tapi yang lebih penting dan akan lebih permanen apabila kita mau merehabilitasi lahan, menanam pohon-pohon yang memiliki akar yang kuat sehingga longsor itu tidak terjadi.

Dan yang ini mau saya kenalkan, kalau banyak longsor di sebuah daerah, banjir, untuk menahan tanah-tanah agar tidak tererosi, sedimennya masuk ke waduk dan sungai, tanam yang namanya vetiver (akar wangi). Vetiver bukan Vety Vera, beda itu. Kalau vetiver mungkin banyak yang belum kenal tapi kalau Vety Vera mungkin lebih kenal. Vetiver, karena apa? Dalam setahun ini kita tanam, akarnya bisa mencapai setengah meter, sampai 1 meter. Dalam 3-4 tahun akarnya bisa mencapai 3 meter, 4 meter, serabut masuk ke bawah. Ini mulai harus dikenalkan.

Saya kemarin sampaikan kepada Pak Jenderal Doni Monardo, ini harus dikenalkan, diperbanyak bibit-bibitnya, sebarkan ke daerah-daerah yang memiliki ancaman bencana, terutama banjir dan tanah longsor. Kemarin langsung Pak Gubernur Jawa Barat langsung pesan, Pak Ridwan Kamil, “Pak, Jawa Barat butuh 50 juta bibit vetiver.” Saya bilang, “separuh buat sendiri, separuh nanti dari pusat. Jangan semuanya minta dari pusat, bagi-bagi.”

Mungkin di Jawa Tengah, ini Pak Gubernur, Pak Ganjar Pranowo juga hadir, itu di Waduk Gajahmungkur sedimennya masuk setiap tahun. Itu dikeruk sampai kapanpun memakai alat-alat berat, enggak akan ada rampungnya kalau di atasnya, di hulunya kita tidak perbaiki lahan yang ada di situ, rehabilitasi lahan, penanaman, penghijauan kembali. Ya ini juga sama, butuh yang namanya vetiver ini, penting nanem sebanyak-banyaknya.

Murah, bibit ini murah sekali. Berapa Pak Doni, 1 (batang)? Satu batang hanya Rp2.000. Rp2.000, siapa yang bilang mahal tadi? Maju saya beri sepeda! Mahal, mahal, Rp2.000 aja mahal. Daerah siapin, Bupati, Wali Kota siapain ini, Gubernur siapin ini, nanti pusat juga ikut membantu. Rp2.000 (kok) mahal.

Dan juga coba kita lihat, setiap rentang waktu tertentu yang tidak terduga juga ada ancaman gempa bumi. Kita tahu kita berada di ring of fire, tsunami, juga letusan, erupsi gunung berapi. Tadi saya sampaikan, kalau yang tanah longsor ditanam, banjir bandang atasnya tanam vetiver tetapi juga dikombinasi dengan pohon-pohon yang lain. Kemarin kita juga nanem pohon jengkol, pohon durian, pohon sengon, petai, jadi ekonominya ngambil dari situ biar enggak ngambil dari akar wanginya, tidak ngambil dari vetivernya, kombinasi itu harus dilakukan.

Juga yang berkaitan dengan tsunami, mulai harus kita pikirkan, dirancang lagi. Yang namanya di pantai-pantai itu harus mulai ditanam mangrove. Jangan lupakan mangrove, cemara laut, pule, beringin. Ini akan menghambat, mengurangi (tsunami). Kita tahu kita ini berada pada kawasan yang sering ada gempa bumi, yang kemungkinan juga menimbulkan tsunami. Kalau tidak ada penghalangnya apa-apa, begitu ada tsunami langsung ke rumah, langsung ke perkampungan penduduk, sangat berbahaya sekali. Semuanya harus diingatkan mengenai ini, terutama kepada masyarakat.

Oleh sebab itu, kembali, diperlukan solusi-solusi yang permanen atau mendekati permanen dalam upaya penanggulangan  bencana. Jangan sampai kita rutin setiap tahun… Ya ini juga perlu kita mengurusi pengungsi, perlu, kita membuat bangunan-bangunan fisik, perlu, tapi yang tadi saya sampaikan itu juga jauh lebih permanen, juga lebih penting.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,Pengalaman kita menunjukkan sebetulnya masih banyak bencana yang bisa kita cegah, minimal dikurangi, tapi tidak berhasil kita cegah dan kita kurangi. Masih sering kita juga tergagap-gagap, daerah step manajemennya seperti apa, tahapan manajemennya seperti apa. Ini harus memiliki semuanya dalam menghadapi bencana, menghadapi kerusakan infrastruktur, menampung pengungsi, dan dalam melakukan pemulihan atau recovery. Step dan tahapan itu manajemennya harus jelas, apa, apa, apa.

Sekali lagi, sebagai contoh tanah longsor, setiap tahun terjadi, ini tiap tahun terjadi di negara kita. Di Jawa Barat banyak, di Jawa Tengah banyak, di Sumatra juga ada, di Sulawesi ada, tiap tahun terjadi dan jangan sampai semakin banyak terjadi. Tadi saya sampaikan, benar bahwa solusi pembangunan infrastruktur itu penting tapi selama ekologinya tidak diperbaiki, selama tidak dilakukan penanaman pohon-pohon keras yang tadi saya sampaikan, yang memiliki akar-akar serabut yang panjang, ya longsor akan terus terjadi.

Juga yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan yang ini, sekali lagi, dimulai diperparah oleh musim kemarau yang panjang tapi juga karena ulah kita sendiri, ulah masyarakat kita sendiri. Mulai dari keteledoran sampai kesengajaan, juga kerusakan ekosistem dan lingkungan, serta tata ruang penataan lahan yang tidak sesuai dengan risiko-risiko bencana.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini yang pertama, saya perintahkan kepada seluruh instansi pemerintah di pusat maupun di daerah, pusat, provinsi, kabupaten, kota, harus bersama-sama bersinergi untuk melakukan pencegahan, melakukan mitigasi dan meningkatkan kesiapsiagaan. Saya lihat selama ini sudah cukup baik tapi perlu lagi kita tingkatkan agar lebih baik lagi. Kita juga harus melakukan pengendalian tata ruang berbasis pengurangan risiko bencana. Pak Sekda, kendalikan ini bersama dinas-dinas terkait. Serta selalu sigap dalam upaya menghadapi potensi-potensi risiko yang ada sesuai dengan karakteristik wilayah dan potensi ancamannya, baik itu geologi, vulkanologi, hidrometeorologi, biologi, serta limbah dan pencemaran lingkungan.

Yang kedua, saya perintahkan juga kepada seluruh Gubernur, Bupati, Wali Kota, segera menyusun rencana kontigensi, termasuk penyediaan sarana prasarana kesiapsiagaan yang betul-betul dapat dilaksanakan oleh semua pihak dan harus siap menangani bencana sehingga kita dapat menangani bencana secara tuntas.

Yang ketiga, penanggulangan bencana harus dilaksanakan dengan pendekatan kolaboratif yang pentahelix, yaitu kolaborasi antara unsur pemerintah, akademisi, dan peneliti. Sudah saya sampaikan tahun lalu dan sudah dilaksanakan oleh… tadi sudah disampaikan oleh Jenderal Doni Monardo. Juga akademisi, peneliti, dunia usaha, masyarakat, serta dukungan media massa untuk dapat menyampaikan pemberitaan kepada publik.Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus meningkatkan kepemimpinan dan pengembangan sumber daya manusia yang handal dalam penanggulangan bencana, penataan kelembagaan yang mumpuni, termasuk program dan anggaran yang harus ditingkatkan sesuai dengan prioritas RPJMN 2020-2024.

Dan perlu juga saya ingatkan yang terakhir, kepada Panglima TNI dan Kapolri, untuk terus turut dalam mendukung upaya penanggulangan bencana, termasuk penegakan hukum, pengerahan dan dukungan secara nasional hingga ke daerah dan bersinergi dengan pemerintah daerah dan BNPB.

Saya juga perlu ingatkan bahwa yang namanya bencana sekarang hanya bukan bencana alam saja. Ada bencana non-alam, yang sekarang contohnya kita bisa lihat yang namanya Virus Korona. Ini bencana non-alam, hati-hati dengan ini. Kita harus punya skenario kalau itu terjadi tapi moga-moga enggak terjadi di negara kita. Kalau terjadi harus punya skenario apa, penyiapan apa, di mana, dikerjakan apa, step-step itu harus kita miliki. Karena kalau tidak, kita akan tergagap-gagap.

Dan saya kemarin, harus saya sampaikan apa adanya, dalam posisi yang sangat cepat. Reaksi dari Kementerian Luar Negeri bersama-sama dengan Kementerian Kesehatan, bersama-sama dengan BNPB yang didukung penuh oleh Panglima TNI dan seluruh jajaran, Kapolri, dalam mengevakuasi WNI kita yang berada di Provinsi Hubei, Wuhan untuk dibawa kembali ke tanah air dalam kecepatan yang sangat cepat. Diputuskan cepat, dilaksanakan juga sangat cepat. Hal-hal seperti ini yang saya apresiasi, kecepatan-kecepatan seperti itu.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas seluruh kerja keras Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian dalam setiap penanggulangan bencana yang ada di tanah air.

Saya tutup.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Amanat/Arahan Terbaru