Rapat Terbatas (Melalui Video Conference) mengenai Laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, 14 September 2020, di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden,
Bapak-Ibu sekalian peserta Ratas pagi hari ini.
Sebelum nanti laporan dari Komite (Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional), saya ingin menekankan beberapa hal yang untuk menjadi perhatian kita semuanya.
Yang pertama, perlu saya ingatkan kembali bahwa keputusan-keputusan dalam merespons penambahan kasus di provinsi, kabupaten maupun kota, saya minta semuanya selalu melihat data sebaran. Kemudian, yang sudah berkali-kali saya sampaikan, terapkan strategi intervensi berbasis lokal, strategi pembatasan berskala lokal, baik itu di tingkat RT/RW, di tingkat desa, di tingkat kampung, sehingga penanganannya lebih detail dan bisa lebih fokus. Karena dalam sebuah provinsi, misalnya ada 20 kabupaten dan kota, tidak semuanya berada pada posisi merah semuanya yang 20 itu. Sehingga penanganannya tentu saja jangan digeneralisir. Di sebuah kota atau di sebuah kabupaten pun sama. Tidak semua kelurahan, tidak semua desa, tidak semua kecamatan juga mengalami hal yang sama, merah semuanya, ada yang hijau, ada yang kuning, ya itu memerlukan treatment dan perlakuan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, sekali lagi, strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan baik itu manajemen intervensi yang dalam skala lokal maupun dalam skala komunitas. Sehingga sekali lagi, jangan buru-buru menutup sebuah wilayah, menutup sebuah kota, menutup sebuah kabupaten. Dan kalau kita bekerja berbasiskan data, ya langkah-langkah intervensinya itu akan berjalan lebih efektif dan bisa segera menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lapangan. Sekali lagi, manajemen penanganan klaster-klaster transmisi lokal ini yang perlu ditingkatkan terutama di 8 provinsi yang menjadi prioritas yang sudah sejak 2 bulan yang lalu saya sampaikan.
Kemudian yang kedua, dalam rangka pengendalian COVID-19, pemerintah juga terus harus bekerja keras meningkatkan angka kesembuhan, ini penting sekali. Ini per 13 September, rata-rata kasus aktif di Indonesia 25,02 (persen) atau sedikit lebih tinggi (dari) rata-rata kasus aktif dunia yang mencapai 24,78 (persen). Kemudian juga jumlah kasus sembuh sebanyak 155.010 kasus dengan recovery rate 71 persen. Ini rata-rata kesembuhan di Indonesia 71 persen, ini juga sedikit lebih rendah dari rata-rata kesembuhan dunia. Saya kira kita terus mengejar rata-rata kesembuhan global, rata-rata kesembuhan dunia.
Yang ketiga, pemerintah juga harus terus bekerja keras untuk menurunkan angka kematian. Rata-rata kematian di Indonesia memang terus menurun dari 4,49 (persen) di bulan lalu menjadi 3,99 persen. Meski angka ini juga masih lebih tinggi dari rata-rata kematian dunia yang mencapai 3,18 persen. Tetapi memang angka ini, angka sebesar 3,99 (persen) ini mengalami penurunan dibandingkan angka kematian seminggu yang lalu yang berada di angka 4,02 persen. Namun, kalau kita melihat lebih detail, tingkat kematian tinggi tersebut disebabkan karena ada 4 provinsi yang memiliki tingkat kematian di atas 6 persen. Nah, ini perlu, data seperti ini detail sehingga informasikan kepada provinsi tersebut dan kemudian kita juga pemerintah pusat memberikan dukungan penuh ke sana sehingga bisa menurunkan angka kematian, yaitu di Provinsi Bengkulu, Sumatra Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kemudian yang keempat, pemerintah juga terus menambah tempat isolasi COVID-19 tanpa gejala atau pun yang bergejala ringan. Kita lihat di rumah sakit darurat di Wisma Atlet Kemayoran ini masih kosong untuk bisa menampung 2.581 (orang). Ini masih mempunyai ruang, ini untuk yang gejala ringan. Ini (kapasitas) 858 (orang) di tower 6 dan 1.723 (orang) di tower 7. Kemudian untuk flat isolasi mandiri di Wisma Atlet Kemayoran juga masih tersedia kapasitas 4.863 (orang), ini di tower 4 dan tower 5. Saya kira ini yang perlu terus disampaikan. Ada juga di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) di Ciloto juga ada 653 orang yang bisa ditampung di situ dan beberapa di Bapelkes di Batam, di Semarang, di Makassar juga terus disiapkan. Pemerintah juga menyiapkan pusat-pusat karantina untuk pasien dengan gejala ringan agar tidak melakukan isolasi mandiri, ini juga penting, yang berpotensi menularkan kepada keluarga. Kita telah bekerja sama dengan hotel bintang 1, (hotel) bintang 2, untuk menjadi fasilitas karantina. Jadi tolong ini juga disampaikan, ada 15 hotel bintang 2 dan 3 di Jakarta dengan kapasitas 3.000 (orang). Ini kita telah bekerja sama dengan grup-grup hotel yang ada.
Yang kelima, pastikan ketersediaan mengenai tempat tidur dan ICU di rumah sakit rujukan untuk kasus-kasus yang berat. Saya minta ini agar Menteri Kesehatan segera melakukan audit dan koreksi mengenai protokol keamanan untuk tenaga kesehatan dan pasien di seluruh rumah sakit sehingga rumah sakit betul-betul menjadi tempat yang aman dan tidak menjadi klaster penyebaran COVID-19.
Kemudian yang keenam, terkait dengan testing. Ini minggu yang lalu saya kira sudah saya sampaikan bahwa kapasitas testing antardaerah ini ketimpangannya harus segera diperkecil. Jangan sampai ada yang sudah terlalu tinggi tetapi ada dari provinsi-provinsi yang lain yang masih jauh di bawahnya. Misalnya, di DKI (Jakarta) ini sudah mencapai 324.000, kemudian di Jawa Timur masih 184.000, di Jawa Tengah 162.000, di Jawa Barat 144.000, dan di provinsi-provinsi yang lain yang masih di bawah 100.000.
Yang ketujuh, saya ingatkan bahwa negara kita ini adalah negara kepulauan, bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Karena itu pemahaman mengenai penyebaran COVID-19 sangat penting dalam menangani pandemi ini di negara kita, Indonesia. Tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang bukan kepulauan. Oleh sebab itu, saya juga minta ini pada Menteri Kesehatan dan Komite-Satgas untuk fokus dalam penanganan ini sehingga hasilnya setiap minggu bisa kelihatan angka-angkanya.
Yang kedelapan, peningkatan penegakan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan terutama ini, terutama ini mengenai masker dan physical distancing.
Dan yang terakhir, terkait dengan pemulihan ekonomi nasional, kita masih punya waktu sampai akhir September dalam meningkatkan daya ungkit ekonomi kita, meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan konsumsi rumah tangga di kuartal ketiga ini. Oleh sebab itu, saya minta seluruh program insentif yang sifatnya cash transfer agar benar-benar diperhatikan, dipercepat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.