Rapat Terbatas (melalui Video Conference) Pengarahan Presiden Kepada Para Gubernur Menghadapi Pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, 1 September 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju,
Yang saya hormati Bapak-Ibu para Gubernur dari 34 provinsi yang hadir secara virtual pada pagi hari ini.
Ratas hari ini secara khusus saya kembali mengundang Bapak-Ibu para Gubernur untuk menyamakan frekuensi agar gerak kita mulai dari pemerintah pusat, para menteri, para gubernur, dan tentu saja para bupati dan wali kota, bahkan sampai kepala desa betul-betul sebuah langkah yang cepat, pergerakan yang semakin efektif, itu yang kita harapkan.
Yang pertama, saya ingin dan ingatkan agar para Gubernur melihat data dan angka-angka pergerakan kasus COVID-19 di wilayah masing-masing. Hati-hati, saat ini berbagai negara kembali menjadi tren…, terjadi tren peningkatan kasus positif, baik di negara-negara Eropa dan juga di kawasan Asia. Oleh sebab itu, kita harus hati-hati, hati-hati. Di negara kita, walaupun ada peningkatan kasus positif di beberapa daerah tetapi kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, posisi Indonesia masih relatif terkendali. Dan ini yang harus kita jaga, bahwa pengendalian, manajemen untuk COVID-19 ini betul-betul masih pada posisi terkendali.
Data yang saya terima 31 Agustus kemarin, jumlah kasus positif di negara kita 175.000 (kasus) dari 2,23 juta tes yang telah kita lakukan. Dan alhamdulillah, tingkat kesembuhan (case recovery rate) juga makin meningkat, dari dulu kita ingat di bulan April yaitu 15 persen, kemudian sekarang di bulan Agustus itu 72,1 persen. Jadi ada pergerakan yang lebih baik, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata dunia yang 69 persen. Sehingga jumlah kasus aktif atau masih dalam perawatan juga menurun dari 77 persen di April, 77 persen di bulan April menjadi sebesar 23,69 (persen) di bulan Agustus. Ini lebih baik dari rata-rata dunia, yaitu sebesar 27 persen. Tetapi untuk kasus meninggal, ini hati-hati, untuk case fatality rate di Indonesia meskipun mengalami penurunan dari 7,83 (persen) di bulan April menjadi 4,2 (persen) di bulan ini, kita masih punya PR besar untuk menurunkan lagi karena angka fatality rate di negara kita masih lebih tinggi dibandingkan dengan fatality rate global yang berada di angka 3,36 persen. Ini pekerjaan besar kita.
Sekali lagi, kita harus waspadai betul sehingga kita tidak kehilangan kendali dalam penanganan penyebaran COVID-19. Coba tadi ada… nah ini posisi kasus aktif kita, kemudian tingkat kematian kita, yang dulu di… untuk kasus aktif di bulan April 77 persen menjadi 23,7 persen, kemudian tingkat kematian dari 7,8 (persen) di bulan April menjadi 4,2 persen di bulan Agustus. Kemudian juga ini perkembangan kasus harian per hari kemarin, 31 Agustus, jumlah kasus aktif ini masih 41.420 (kasus) atau 23,7 persen. Kemudian penambahan kasus positif per hari kemarin 2.743 (kasus). Dan ini yang kita patut bersyukur bahwa jumlah kasus yang sembuh ini sudah 72,1 persen atau 125.959 (kasus) dan jumlah kasus meninggal 7.417 (kasus) atau 4,2 persen.
Dan coba ditampilkan lagi yang apa…, grafiknya, kalau kita lihat perkembangan yang ada, ini untuk kasus positif tingkat nasional, untuk persentase kematian saya kira kita di bulan April angkanya tinggi, kemudian menurun, menurun, menurun, di bulan Agustus sudah berada pada posisi 4,27 persen. Ini yang harus kita upayakan terus agar persentase kematian semakin hari semakin baik. Kemudian juga persentase kesembuhan, coba kalau kita lihat di bulan Maret itu masih sangat rendah sekali tetapi di bulan Agustus kesembuhan kita sudah mencapai 72,17 persen. Ini yang patut kita, patut kita syukuri. Juga positivity rate kita di 31 Agustus yang dulu berada di atas, kemudian melandai, tetapi apapun ini tetap harus, harus kita tekan terus agar lebih baik.
Dan ini ingin saya sampaikan mengenai perkembangan COVID-19 di Indonesia per provinsi. Kita bandingkan untuk per hari kemarin 31 Agustus. Saya kira marilah kita lihat baik jumlah kasus, kemudian jumlah yang sembuh, dan jumlah yang meninggal semua angkanya, datanya kita miliki harian. Jadi hati-hati, untuk yang angkanya masih tinggi saya minta Gubernur betul-betul bekerja keras dengan Gugus Tugas yang ada agar bisa ditekan angkanya, dan kalau ada masalah-masalah yang memang pemerintah pusat harus bantu sampaikan kepada kita di pemerintah pusat utamanya di Komite dan Gugus Tugas (Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Nasional) kita.
Yang kedua, saya juga ingin menyampaikan upaya kita dalam percepatan pengujian dan pengadaan vaksin. Untuk jangka pendek kita ini berebutan, berlomba-lomba dengan negara lain dalam mendapatkan akses vaksin secepat-cepatnya. Dan alhamdulillah, kita sudah mendapatkan komitmen 20-30 juta vaksin nanti di akhir tahun 2020. Ini sudah dalam bentuk barang jadi. Kemudian sampai akhir tahun 2021, kita juga sudah mendapatkan komitmen kira-kira 290 juta vaksin. Karena jangkanya masih sampai akhir 2021 saya minta kepada para Gubernur untuk pengendalian COVID-19 ini betul-betul tetap menjadi fokus dan konsentrasi kita, karena memang ini kita perlu memperkuat ketahanan kita, endurance kita, agar sampai betul-betul pada seluruh rakyat kita kita vaksin semuanya. Dan pada saat yang bersamaan kita juga mengembangkan vaksin dengan strain Indonesia yang kita namakan Vaksin Merah Putih, yang dikerjakan oleh konsorsium nasional kita yang melibatkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, kemudian perguruan tinggi-perguruan tinggi dan juga lembaga-lembaga penelitian kita. Saat ini Vaksin Merah Putih dalam tahap pembuatan benih vaksin atau seed vaccine dan prosesnya sudah sekitar 30-40 persen dan direncanakan dapat diuji klinis pada awal tahun depan. Insyaallah ini siap produksi di pertengahan 2021.
Yang ketiga, sebelum vaksinasi ini bisa dilakukan secara masif, besar-besaran, dan secara efektif, saya minta sekali lagi kepada para Gubernur untuk memainkan gas dan rem ini dengan seimbang dengan takaran-takaran sesuai dengan data-data yang dimiliki. Karena apabila kurva COVID-19 ini tidak bisa kita tekan dengan cepat, apalagi angka kematian atau fatality rate-nya tidak bisa kita turunkan dengan tajam dan angka kesembuhan tidak bisa kita tingkatkan secara drastis, maka situasi ketidakpastian ini akan terus berlanjut. Ini yang kita semuanya harus tahu, yang akan membuat masyarakat kembali diliputi rasa tidak aman. Ini yang betul-betul harus kita jaga, jangan sampai membuat masyarakat diliputi rasa tidak aman dan akan menyebabkan dunia usaha tidak mau bergerak, tidak bisa bergerak. Mereka selalu menyampaikan wait and see, saya kira ini yang harus kita hindari. Akibatnya, ekonomi negara kita tidak akan bisa cepat pulih.
Tetapi kita juga patut bersyukur bahwa beberapa indikator yang kita lihat dalam beberapa hari kemarin. Misalnya Purchasing Managers’ Index sudah kembali masuk ke angka 50-an, ini sudah berada pada posisi normal. Kemudian juga pajak juga mulai angkanya naik meskipun belum pada posisi normal tapi saya kira dari angka-angka yang ada kita akan… kita ingin agar sektor riil itu kembali naik, konsumsi rumah tangga, konsumsi domestik juga naik, kemudian angka-angka di industri juga semakin baik, dan kita lihat untuk ekspor juga tumbuh dengan baik, saya kira ini yang kita inginkan.
Karena itu, sekali lagi saya ingin para Gubernur yang berkaitan dengan jaga jarak, cuci tangan, tidak berkerumun, tidak berdesakan, ini harus diulang-ulang terus. Terutama yang berkaitan dengan pemakaian masker, ini harus disampaikan terus-menerus. Ini kunci sebelum vaksinasi itu dilakukan adalah pemakaian masker, ini yang paling penting. Tentu saja akan lebih baik lagi kalau pengawasan lapangan itu betul-betul dilakukan, pemberian sanksi yang tidak patuh itu betul-betul juga dilakukan sehingga kedisiplinan nasional kita dalam mengikuti protokol kesehatan betul-betul dikerjakan oleh seluruh masyarakat kita. Pembagian masker, kampanye pemakaian masker harus masif dilakukan sampai ke kampung-kampung dan ke desa-desa. Libatkan tokoh masyarakat, libatkan PKK, libatkan RT dan RW. Saya kira Bapak-Ibu sudah sangat paham mengenai ini.
Kemudian yang keempat, yang berkaitan dengan pemulihan ekonomi. Kita tahu kuartal I/2020 kita masih tumbuh 2,97 persen, negara lain sudah minus. Tetapi di kuartal II kita sudah pada posisi minus 5,3 persen, sudah minus. Untuk itu, untuk kuartal III yang kita ini masih punya waktu satu bulan, yaitu Juli, Agustus, September, kita masih punya kesempatan di bulan September ini. Kalau kita masih berada pada posisi minus artinya kita masuk ke resesi (ekonomi). Karena itu, saya minta percepat belanja APBD provinsi dan perintahkan untuk bupati/wali kota agar APBD kabupaten dan kota, terutama yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bansos (bantuan sosial) ini betul-betul disegerakan sehingga bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan memulihkan ekonomi di daerah.
Ini dari data yang dilaporkan per 27 Agustus 2020, rata-rata nasional belanja untuk APBD provinsi ini masih di angka 44,74 persen, 44 persen dan untuk belanja kabupaten dan kota mencapai 48,8 persen. Hati-hati mengenai ini. Ini angka- angkanya saya kira bisa kita lihat, belanja untuk barang dan jasa realisasinya sudah berapa, untuk belanja modal berapa, untuk belanja bansos berapa. Dilihat, Aceh untuk realisasi (pengadaan) barang dan jasa sudah berapa persen, Sumut baru berapa persen, Bengkulu juga coba dilihat baru berapa persen, Sumbar sudah berada di atas 50 persen, 52 persen. Saya kira angka-angka ini yang betul-betul kita cermati. DKI Jakarta untuk (pengadaan) barang dan jasa sudah tinggi, 78 persen; kemudian (belanja) modal juga 92 sudah persen. Saya kira yang lain-lain tolong, terutama yang berada di angka-angka masih 15 (persen), masih 10 (persen), apalagi yang bansos masih nol itu betul-betul dilihat benar angka-angka ini. Realisasi APBD seperti ini setiap hari saya ikuti, semua provinsi, semua kabupaten/kota kelihatan semuanya angka-angkanya. Tolong betul-betul angka-angka ini diperhatikan sehingga realisasi untuk pengadaan barang dan jasa, untuk belanja modal, belanja bansos itu benar-benar segera terealisasi.
Kemudian saya juga ingin menampilkan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi. Ini provinsi yang tertinggi pertumbuhan ekonominya adalah Papua. Papua tertinggi 4,52 persen; Papua Barat 0,53 persen, ini masih positif; yang positif hanya memang Papua sama Papua Barat. Sulteng meskipun pada posisi baik tapi sudah minus, di 0,06 persen. Kemudian yang karena kontraksinya terlalu besar memang tiga provinsi yang ada di layar, yaitu Bali, berada pada posisi minus 10,98 persen, ini karena memang turis, wisata itu betul-betul sangat mendominasi ekonomi di Bali sehingga kelihatan sekali pertumbuhan ekonomi di Bali terkontraksi begitu sangat tajam; juga di DKI Jakarta yang berada di angka minus 8,22 persen; dan juga DIY di minus 6,74 persen. Untuk yang lain-lain coba ditampilkan. Enggak ada? Oh itu yang tiga besar saja, yang lain-lain berada pada posisi hampir seperti rata-rata nasional kita.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan sekali lagi, saya berharap agar terutama realisasi APBD ini segera betul-betul menjadi konsentrasi harian bagi para Gubernur untuk juga mengingatkan bupati dan wali kota yang masih berada di posisi rendah untuk realisasi, baik untuk pengadaan barang dan jasa, untuk belanja modal, dan belanja bansosnya, untuk diingatkan bahwa itu sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah, bahwa itu sangat penting bagi menjaga kelangsungan daya beli dan konsumsi rumah tangga masyarakat kita.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.