Rapat Terbatas mengenai Antisipasi Perkembangan Perekonomian Dunia, 4 September 2019, di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden, Pak Menko, para Menteri yang hadir,
Akan kita bicarakan pada siang hari ini, mengantisipasi perkembangan ekonomi dunia. Kita tahu semuanya pertumbuhan ekonomi global telah mengalami perlambatan dan kemungkinan terjadinya resesi itu semakin besar. Oleh sebab itu, payung harus kita siapkan kalau hujannya besar kita enggak kehujanan, kalau gerimis kita ya enggak kehujanan, syukur enggak ada hujan dan enggak ada gerimis. Tapi angka-angka menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global sudah mengalami perlambatan dan kemungkinan resesi akan semakin besar.
Saya kira kita tahu semuanya depresiasi mata uang Yuan, Peso sudah terjadi, dan tantangan itu juga harus kita antisipasi, kita hadapi. Dan kita harapkan langkah-langkah antisipatif sudah benar-benar secara konkret kita siapkan dan kita berharap perlambatan pertumbuhan ekonomi, kemudian dampak dari resesi yang semakin besar ini bisa kita hindarkan.
Jalan yang paling cepat adalah yang berkaitan dengan Foreign Direct Investment (FDI). Kuncinya hanya ada di situ, enggak ada yang lain, enggak ada yang lain. Kuncinya hanya ada di situ. Oleh sebab itu, saya minta seluruh kementerian yang berkaitan dengan ekonomi menginventarisir regulasi-regulasi yang menghambat, aturan-aturan yang menghambat, regulasi-regulasi yang memperlambat, regulasi-regulasi yang membuat kita lamban itu betul-betul mulai diinventarisir. Dan nanti seminggu lagi kita akan bicara mengenai masalah bagaimana segera menyederhanakan peraturan-peraturan yang menghambat dan memperlambat itu.
Karena dari investor-investor yang kita temui, juga dari catatan yang kemarin disampaikan Bank Dunia kepada kita, kemarin sudah saya sampaikan tapi saya ulang lagi, di dua bulan yang lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar. 23 memilih di Vietnam, sepuluh lainnya perginya ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja, enggak ada yang ke kita. Dari 33 tadi, sekali lagi 33 perusahaan yang di Tiongkok yang keluar, saya ulang, 23 ke Vietnam, sepuluh ke Kamboja, Thailand, dan Malaysia, tidak ada yang ke Indonesia. Tolong ini digarisbawahi. Hati-hati. Berarti kita memiliki persoalan yang harus kita selesaikan.
Dan setelah dilihat lebih detail lagi kalau mau pindah ke Vietnam itu hanya butuh waktu dua bulan rampung semuanya. Kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya hanya itu, enggak ada yang lain. Oleh sebab itu, tadi saya suruh mengumpulkan regulasi-regulasi itu ya itu, larinya nanti ke sana.
Kemudian tahun 2017, ini contoh lagi, 2017, 73 perusahaan Jepang memilih relokasi tapi relokasinya ke mana? Coba kita lihat, 73 perusahaan, 43 ke Vietnam, 43 ke Vietnam, sebelas ke Thailand dan Filipina, baru yang ke berikutnya sepuluh ke Indonesia.
Sekali lagi, masalah itu ada di internal kita sendiri. Ada kunci kita keluar dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global itu ada di situ. Dan kemungkinan kita bisa memayungi kita dari kemungkinan resesi global yang semakin besar itu juga ada di situ.
Yang kedua, saya minta semua kementerian yang berkaitan dengan investasi, kan semua ada semuanya tidak hanya di BKPM saja, pertanian ada, di industri ada, di BUMN ada, dan kementerian yang lain, saya minta perusahaan-perusahaan yang sudah masuk, sudah buka pintu ke kita tapi belum realisasi tolong dalam seminggu ini juga diinventarisir dan nanti disampaikan kepada saya ada problem apa. Misalnya seperti kemarin petrochemical yang dari Taiwan misalnya ada problem masalah tanah dengan Pertamina. Padahal investasinya gede banget. Misalnya, Aramco enggak mau masuk-masuk karena apa? Dari Saudi. Semuanya akan kita cek satu persatu list-nya. Sehingga betul-betul mereka merasa dilayani. Jadi tolong juga menteri-menteri ini memberikan pelayanan yang baik kepada investasi-investasi yang memang itu menjadi sebuah solusi dan jalan keluar dari tadi yang sudah saya sampaikan. Dampingi mereka sampai terealisasi. Kita ini jangan kayak pejabat minta dilayani, kita melayani, sudah.
Saya rasa itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan.