Rapat Terbatas mengenai Percepatan Penyerapan Anggaran di Enam Kementerian/Lembaga, 7 Juli 2020, di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden, para Menko, para Menteri, Kapolri, Jaksa Agung yang hadir, juga Kepala BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), Kepala LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), seluruh Sekjen dan Dirjen yang hadir.
Pada siang hari ini, yang kita undang ke Istana adalah kementerian-kementerian dan lembaga yang memiliki anggaran besar. Kenapa kita undang? Karena kita ingin ada percepatan penyerapan anggaran. Kita tahu semuanya bahwa dunia sedang krisis, krisis kesehatan (dan) krisis ekonomi. 215 negara mengalami hal yang sama, termasuk kita. Oleh sebab itu, saya minta kita memiliki sense yang sama, sense of crisis yang sama. Jangan sampai 3 bulan yang lalu, kita menyampaikan bekerja dari rumah (work from home), yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis, kita harusnya kerja lebih keras lagi. Jangan kerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras dan kerja lebih cepat. Itu yang saya inginkan pada saat kondisi seperti ini.
Membuat Permen (Peraturan Menteri) yang biasanya mungkin 2 minggu, ya sehari selesai. Membuat PP (Peraturan Pemerintah) yang biasanya sebulan ya 2 hari selesai, itu lo yang saya inginkan. Kita harus ganti channel dari ordinary pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara yang cepat dan cara-cara yang sederhana. Dari cara yang SOP (standar operasional prosedur) normal, kita harus ganti channel ke SOP yang shortcut, SOP yang smart shortcut. Gimana caranya? Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara lebih tahu dari saya, menyelesaikan ini. Kembali lagi, jangan biasa-biasa saja.
Karena saya merasakan, ini mengerikan lo. Bukan hal yang biasa, ini mengerikan. Kepala negara yang saya telepon, hampir semua saya telepon, mengatakan hal yang sama. Dari waktu ke waktu, prediksi ekonomi dunia juga tidak semakin baik, (justru) semakin buruk. Dulu omong, dunia apa…, global economy akan…, growth-nya akan minus ke 2,5 persen, ganti lagi ke minus 5 persen. Terakhir, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) bahkan (menyebutkan) minus 6 sampai minus 7,6 persen, coba, berubah terus. Lha kalau kita ini tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget. Belanja juga biasa-biasa saja, spending kita biasa-biasa saja, enggak ada percepatan.
Hati-hati, perlu saya sampaikan, di kuartal pertama, pertumbuhan (ekonomi) kita 2,97 persen dari yang biasanya 5 (persen). Meskipun angka yang kuartal kedua belum keluar tapi kelihatan sekali ada penurunan demand, ada penurunan supply, ada penurunan produksi. Terganggu dan rusak semuanya. Dari demand, supply, production, semuanya terganggu dan rusak. Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini. Karena apa? Ya mobilitasnya kita batasi. Mobilitas dibatasi, pariwisata anjlok. Mobilitas dibatasi, hotel dan restoran langsung anjlok, terganggu. Mal ditutup, lifestyle anjlok, terganggu.
Terus, dalam situasi seperti ini siapa yang bisa menggerakkan ekonomi? Enggak ada yang lain, kecuali belanja pemerintah. Belanja pemerintah. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini, saya minta semuanya dipercepat terutama yang anggarannya gede-gede. Ini Kemendikbud ada Rp70,7 triliun, Kemensos Rp104,4 triliun, Kemenhan Rp117,9 triliun, Polri Rp92,6 triliun, Kementerian Perhubungan Rp32,7 triliun. Ini saya minta, di kementerian dan juga di kepolisian ini dipercepat semuanya, belanjanya. Jadi yang saya hadirkan di sini, yang saya undang adalah yang (anggarannya) gede-gede tadi.
Oleh sebab itu, tadi di depan saya sudah minta, kita harus memiliki sense of crisis yang sama. Regulasi, sederhanakan. SOP, sederhanakan. Sesuai dengan keadaan krisis yang kita hadapi. Semua negara sekarang ini mengalami itu, kerjanya cepet-cepetan. Ini kita berkejar-kejaran dengan yang namanya waktu.
Jadi sekali lagi, ganti channel dari channel normal ke channel krisis. Kalau ndak, ngeri saya, terus terang saya ngeri di kuartal ketiga ini. Ini kuncinya di kuartal ketiga. Saya melihat memang setelah kita rapat kabinet di sini, ada pergerakan yang lumayan tapi belum sesuai yang saya harapkan. Sudah bergerak lebih baik, sudah bergerak lebih bagus, tapi belum. Oleh sebab itu, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara saya kumpulkan untuk mengungkit ini.
Dan saya titip, beli produk dalam negeri. Misalnya di Kemenhan, bisa saja beli di DI (Dirgantara Indonesia, PT), beli di Pindad (PT), beli di PAL (PT), yang bayar di sini ya yang cash, cash, cash. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), beli produk dalam negeri. Saya kira Pak Menhan juga lebih tahu mengenai ini. Kepolisian juga sama, saya kira belanja-belanja yang dulu belanja ke luar, rem dulu. Beli, belanja yang produk-produk kita. Agar apa? Ekonomi kena trigger, bisa memacu growth kita, pertumbuhan (ekonomi) kita.
Sekali lagi, percepat belanja, belanjanya produk dalam negeri. Termasuk sekarang obat-obatan. kalau perlu stok enggak apa-apa, tapi stok obat dalam negeri. PCR (polymerase chain reaction) juga dalam negeri, kita sekarang sudah bisa membuat PCR. Rapid test beli dalam negeri karena kita bisa membuat semuanya. Jangan ada lagi beli yang dari luar, apalagi hanya masker, buanyak kita produksinya. APD (alat pelindung diri), 17 juta produksi kita per bulan. Padahal kita pakainya hanya kurang lebih 4 sampai 5 juta (unit). Hal-hal seperti ini, saya mohon Bapak-Ibu Menteri, Pak Sekjen, Pak Dirjen tahu semuanya…, masalah dan problem yang kita hadapi. Kembali lagi, jangan sampai menganggap kita ini masih pada situasi biasa-biasa saja. Karena saya melihat, stimulus ekonomi ini belum (tuntas). Bansos (bantuan sosial) sudah lumayan. Kesehatan masih perlu dipercepat. Stimulus ekonomi baik untuk yang UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) maupun yang tengah dan gede, belum (tuntas).
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan apa yang saya sampaikan tadi, agar secepatnya bisa dilaksanakan, diimplementasikan sehingga…, saya sekarang ini melihat belanja kementerian itu harian, naiknya berapa persen, naiknya berapa…, harian, saya lihat betul sekarang. Karena memang kuncinya di kuartal ketiga ini. Begitu kuartal ketiga bisa mengungkit (pertumbuhan ekonomi) ke plus, ya sudah, kuartal keempat lebih mudah, tahun depan insyaallah juga akan lebih mudah.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.