Resmikan 11 Pusat Logistik, Presiden Jokowi Berharap Logistis Ekspor Impor Pindah ke Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 Maret 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 20.817 Kali
Presiden Jokowi saat meresmikan pusat logistik (10/3). (Foto:Humas/Rahmat)

Presiden Jokowi saat meresmikan pusat logistik (10/3). (Foto:Humas/Rahmat)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, biaya logistik di Indonesia saat ini tidak logis karena jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia dan Singapura. Biaya logistik Indonesia mencapai 24 persen dari total PDB atau Rp1.820 triliun per tahun. Akibat dari biaya logistik yang tidak efisien ini, menurut Presiden, industri kita menjadi kurang kompetitif.

Menurut Presiden, ada beberapa penyebab mahalnya biaya logistik di Indonesia. Salah satunya adalah bahan baku industri asal impor banyak yang ditimbun luar negeri (LN), di Singapura dan Malaysia. Begitu pula dengan barang ekspor, saat menunggu ada pembeli barang ekspor selama ini ditimbun di Singapura dan Malaysia. Presiden mencontohkan, saat Indonesia membeli kapas maka kapas tersebut disimpan di negara lain bukan di Indonesia.

“Kalau hal seperti ini tidak bisa kita bereskan, kita tidak akan bisa bersaing. Tidak logis, produksi di sini, hasilnya di sini, kapasnya gudangnya di negara lain, loh loh tidak bisa. Bawa ke negara kita,” kata Presiden Jokowi saat meresmikan fasilitas Pusat Logistik Berikat (PLB) di Cakung, Jakarta, Kamis (10/3) pagi.

Untuk itu, Presiden Jokowi kembali mengingatkan agar kementerian dan lembaga terus memperbaiki dan membangun sistem yang efisien, termasuk pada hari ini yang berkaitan dengan pusat logistik berikat. Sehingga Indonesia tidak semakin tertinggal dan dapat bersaing di dalam era kompetisi.

“Kenapa kita harus merubah semuanya dengan cepat, karena kalau tidak saya pastikan kita akan ditinggal. Kita akan menjadi negara yang ditinggal dan tertinggal,” tutur presiden.

 Dwelling Time

Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi juga menyinggung waktu yang diperlukan dalam bongkar muat barang di pelabuhan atau dwelling time.

Presiden menegaskan, dirinya akan memantau terus proses logistik dan distribusi barang, termasuk dwelling time. Ia menyebutkan, waktu bongkar muat (dwelling time) di Indonesia membutuhkan waktu 4-5 hari, sementara di negara lain, seperti Singapura dan Malaysia hanya 1-2 hari.

Menurut Presiden Jokowi, jika negara lain bisa, maka Indonesia harus bisa, Indonesia harus mampu. Sehingga efisiensi bisa dicapai. “Jangan ada korban lagi karena dwelling time,” tegasnya.

Presiden berharap pembentukan PLB menjadi solusi dari permasalahan logistik nasional. Presiden menilai, pembentukan PLB dapat mendekatkan pelaku usaha dengan bahan baku sehingga industri di Indonesia dapat lebih kompetitif karena dapat mendapatkan bahan baku dengan cepat dan lebih murah.  “Ini baru proses-proses cepat, pelayanan cepat yang nantinya memberikan efisiensi kepada negara,” ungkapnya.

Dengan adanya PLB, Presiden Jokowi meyakini  biaya logistik nasional akan turun, dwelling time di pelabuhan semakin cepat, serta dapat menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

“Saya harap para pengusaha PLB mampu memindahkan penumpukan barang dari luar ke sini,” ujarnya

Dalam peresmian ini, ada 11 PLB yang diresmikan menjadi Pusat Logistik Berikat dengan lokasi tersebar dan menimbun jenis barang yang beragam, yaitu:

1.     PT Cipta Krida Bahari, berlokasi di Cakung Jakarta, menimbun barang untuk supporting industri migas dan pertambangan;

2.     PT Petrosea Tbk., berlokasi di Balikpapan kalimantan Timur, menimbun barang untuk supporting industri migas dan pertambangan;

3.    PT Pelabuhan Panajam Banua Taka, berlokasi di Balikpapan Kalimantan Timur, menimbun barang untuk supporting Industri migas dan pertambangan;

4.    PT Kamadjaja Logistics, berlokasi di Cibintung Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting industri makanan dan minuman;

5.    PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, berlokasi di Karawang Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting Industri otomotif;

6.    PT Agility Internasional, di Halim jakarta dan Pondok Ungu Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting industri personal care/home care;

7.     PT gerbang Teknologi Cikarang (Cikarang Dry Port) di Cikarang Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting industri tekstil (kapas);

8.    PT Dunia Ekspress, di Sunter jakarta dan Karawang Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting industri tekstil (kapas);

9.    PT Khrisna Cargo Internasional, di Benoa dan Denpasar Bali, menimbun barang untuk supporting industri kecil dan menengah;

10.  PT Vopak Terminal Merak, di Merak Banten, menimbun barang untuk supporting industri tekstil sintetis (bahan kimia);

11.   PT Dahana (Persero), di Subang Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting industri migas dan pertambangan (bahan peledak).

Sampai dengan akhir tahun ditargetkan akan ada 50 lokasi PLB di seluruh wilayah Indonesia dan akan dikembangkan menjadi hub Logistik di Asia Pasifik.

Tampak hadir dalam peresmian itu antara lain Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menkominfo Rudiantara, dan jajaran Dirjen Bea Cukai. (FID/ES)

Berita Terbaru