Resmikan Pesantren Modern Internasional, Presiden: Insyaallah Bukan Mimpi, tapi Kenyataan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Juli 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 17.047 Kali
Presiden berinteraksi dengan peserta dalam acara peresmian Pesantren Modern Internasional Dea Malela di NTB, Minggu (29/7) malam. (Foto: Humas/Nia)

Presiden berinteraksi dengan peserta dalam acara peresmian Pesantren Modern Internasional Dea Malela di NTB, Minggu (29/7) malam. (Foto: Humas/Nia)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan rasa kagum terhadap tata ruang Pesantren Modern Internasional Dea Malela karena memiliki kontur bangunan naik dan turun ditambah pesona gunung dan perbukitan.

“Jadi kalau ini disampaikan oleh Prof. Din Syamsudin bahwa ini akan menjadi kampus internasional insyaallah bukan sesuatu mimpi tetapi akan menjadi sebuah kenyataan,” ujar Presiden saat meresmikan Pesantren Modern Internasional (PMI) Dea Malela, Pemangong Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada hari Minggu (29/7) malam.

Mengenai nama yang digunakan untuk auditorium, Presiden mengungkapkan ada tanggung jawab dirinya terhadap penggunaan namanya dan meski belum tahu bagaimana gambar auditorium tersebut namun ia telah memperbolehkan.

“Jadi, artikan sendiri saja. Padahal saya juga belum tahu gambarnya kayak apa, jangan-jangan gedungnya besar sekali. Jadi saya belum berani jawab tapi saya sudah mengiyakan, bismillah,” ujar Presiden.

Hal kedua yang disampaikan, Presiden mengingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki penduduk 263 juta jiwa, 514 kabupaten dan kota, serta 34 provinsi.

“Indonesia berbeda-beda beragam majemuk, agama berbeda-beda, adat istiadat berbeda, tradisi, suku berbeda-beda 714 suku, bahasa 1.100 lebih bahasa daerah yang berbeda-beda,” ujarnya.

Aset terbesar bangsa Indonesia, menurut Presiden adalah persatuan, kerukunan,  dan persaudaraan. “Oleh sebab itu, saya mengajak kita semuanya untuk merawat ukhuwah islamiyah, merawat ukhuwah wathaniyah, karena itulah tugas kita bersama karena kita berbeda-beda,” sambung Presiden.

Lebih lanjut, Presiden juga menyampaikan perbandingan suku di Indonesia dengan Afghanistan dan Singapura. Afghanistan memiliki 7 suku, Singapura memiliki 4 suku, sementara Indonesia memiliki 714 suku. Untuk itu, Kepala Negara menitipkan pesan agar bangsa Indonesia tetap hidup rukun dalam menghadapi pesta demokrasi.

“Jangan sampai gara-gara pesta demokrasi setiap lima tahun kita jadi tidak rukun,” ujar Presiden seraya meminta masyarakat untuk kembali rukun setelah pemilihan bupati, wali kota, gubernur, atau presiden.

Di akhir sambutan, Presiden mengucapkan basmalah sebagai tanda diresmikannya Pesantren Modern Internasional Dea Malela. Acara Peresmian juga disusul dengan membunyikan angklung oleh Presiden.

Sebagaimana disampaikan oleh Pembina PMI Dea Malela, Din Syamsuddin, santri dari pesantren ini juga berasal dari Thailand, Kamboja, Rusia, dan Timor Leste.

“Pembangunan fasilitas gedung pesantren didukung oleh Kementerian PUPR, Kementerian Dikbud, Kementerian Agama, dan perusahaan BUMN Pertamina, PLN, BNI, dan BRI,” ujar Din seraya menyampaikan akan dibangun aula bernama Insinyur Joko Widodo.

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam kegiatan tersebut adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Zainul Majdi. (SLN/EN)

Berita Terbaru