Rumahnya Pernah Digusur, Presiden Jokowi: Kalau Ingat, Saya Sedih

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 Februari 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 17.119 Kali
Presiden Jokowi berdialog dengan penerima PKH, di Graha Insan Cita (GIC) Bakti Jaya, Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2) sore. (Foto: OJI/Humas)

Presiden Jokowi berdialog dengan penerima PKH, di Graha Insan Cita (GIC) Bakti Jaya, Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2) sore. (Foto: Oji/Humas)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, dirinya dulu lahir di pinggir kali. Rumahnya dulu di pinggir kali, digusur dan tahun 70-an pernah digusur, lanjut Presiden, sehingga harus menumpang hampir 2 tahun di tempat kakak ibunya.

“Di sini ada yang pernah ngerasain digusur? Belum? Moga-moga ini jangan ada yang pernah digusur. Sedih gitu kalau ingat saya, sedih,” kata Presiden Jokowi saat menghadiri penyerahan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Graha Insan Cita (GIC) Bakti Jaya, Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2) sore.

Namun Presiden bersyukur, orang tuanya yang dulu juga hidup di pinggir kali bisa menjadikan dirinya, membesarkan dirinya, menyekolahkan dirinya meskipun pontang-panting. “Itulah memang tugas orang tua,” ujarnya.

Untuk itu, Presiden meminta para orang tua penerima PKH agar anak-anaknya semuanya sehat, pintar, dan sekolah setinggi-tingginya.

“Jangan ada yang takut untuk bermimpi anaknya bisa jadi menteri, anaknya bisa jadi presiden, bisa insyaallah,” tegas Presiden.

Kalau dididik anak dengan baik, disekolahkan dengan baik, diberi gizi yang baik, Kepala Negara meyakini, anak-anak pasti akan pintar, pasti cerdas.

“Boleh, boleh bermimpi. Boleh bercita-cita. Kenapa tidak?” ucap Kepala Negara dengan nada bertanya sembari mengingatkan, orang tuanya dulu juga hidup di pinggir kali kena gusur juga ya alhamdulillah bisa menjadikan dirinya, membesarkan dirinya, menyekolahkan dirinya, meskipun pontang-panting.

Pendidikan Anak

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan, bahwa yang namanya PKH (Program Keluarga Harapan) & BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) adalah dalam rangka memberikan pertama urusan pendidikan anak.

Ia mengingatkan, jangan sampai dilupakan yang berkaitan dengan urusan pendidikan. “Jadi anggaran yang diberikan kepada ibu-ibu itu untuk membeli buku, boleh? Boleh. Untuk beli sepatu atau tas sekolah, boleh. Untuk beli seragam sekolah, boleh. Untuk bayar sekolah, boleh,” ujarnya.

Namun untuk  beli (menunjuk baju dan perhiasan), menurut Presiden, tidak boleh.

“Hati-hati, hati-hati. Anggaran ini sudah sejak awal memang diperuntukkan untuk kepentingan-kepentingan yang berkaitan dengan pendidikan, yang kedua gizi anak,” terang Presiden.

Terutama ibu-ibu hamil itu, Presiden meminta agar dirawat bayi yang masih dalam kandungan itu sebaik-baiknya dengan anggaran PKH. Hal ini karena, sambung Presiden, sangat menentukan yang namanya anak dalam kandungan nanti sampai umur 5 tahun itu sangat menentukan dia akan sehat atau tidak, dia cerdas atau tidak.

Presiden Jokowi menekankan, agar penggunaan anggaran PKH itu tepat sasaran dan semuanya jelas. Sejauh ini saat dicek kepuasan terhadap BPNT, menurut Presiden, sangat tinggi sekali. Karena itu, bisa tahun yang lalu itu dianggarkan Rp19 triliun untuk seluruh Indonesia, untuk tahun ini dianggarkan Rp34 triliun, atau hampir dua kali lipat.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Wali Kota Depok Mohammad Idris. (FID/OJI/ES)

Berita Terbaru