Saat ‘Business Meeting’, Kepala BKPM: Pengusaha Australia Harapkan Kestabilan Regulasi
Para pengusaha Australia yang hadir dalam acara Business Meeting dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Sydney, Sabtu (25/2) siang waktu setempat, mengharapkan adanya pembenahan dari sisi regulasi.
“Investor membutuhkan kestabilan regulasi, jangan sampai peratuan-peraturan kita berubah terus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong kepada wartawan, di Sydney, Australia, Sabtu (25/2).
Menanggapi harapan pengusaha Australia itu, menurut Thomas Lembong, Presiden Jokowi menampung semua usul dan keluhan, dan menugaskan kepada para menteri untuk mencatat semua dan segera ditindaklanjuti.
Kebetulan, lanjut Kepala BKPM, awal Maret akan ada Indonesia-Australia Business Weeks di Jakarta. “Banyak pebisnis hari ini juga akan hadir di situ. Itu juga suatu peluang untuk kita lanjutkan lagi apa yang akan menjadi bahan diskusi tadi siang antara Presiden dan investor Australia,” ujarnya.
Kepala BKPM menilai, kunjungan Presiden Jokowi ke Australia saat ini merupakan momen yang tepat sejak Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengaktifkan kembali negosiasi perjanjian perdagangan CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreements).
“Suasana antara kedua negara semakin cair dan kedua belah pihak melihat semakin banyak peluang bisnis yang bisa kita garap bersama,” kata Lembong.
Target Rp39 Triliun
Kepala BKPM Thomas Lembong menjelaskan, Sesuai fokus pertemuan bisnis dengan 10 perusahaan dan 2 asosiasi Australia membahas berbagai macam masalah sektor, diantaranya pertambangan, khususnya pertambangan emas yang jumlah investasinya besar.
Ia menyebutkan, di pertambangan emas nilai investasinya antara Rp7 triliun sampai Rp13 triliun per perusahaan, dan ada 2 perusahaan yang sekarang sedang menggarap investasi di sektor tersebut.
Selain itu, menurut Lembong, ada sektor pariwisata, terutama di pariwisata bahari. Australia punya suatu budaya wisata bahari yang sangat kuat.
Ia menyebutkan, ada perusahaan Australia yang sedang membangun Marina di Lombok dan mencoba untuk membangun di Raja Ampat. Juga ada beberapa perusahaan di sektor consumer goods, jadi merek-merek dari perusahaan minuman dan juga makanan.
“Total investasi yang kita targetkan sekitar di atas Rp39 triliun dalam 3-5 tahun ke depan. Kalau target itu bisa direalisasikan, akan menjadi lonjakan yang luar biasa dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkap Lembong.
Untuk sektor pariwisata, diakui Kepala BKPM, wisata bahari sendiri memang jumlah investasinya tidak terlalu besar, tidak akan banyak berkontribusi pada realisasi target, tapi sangat penting karena membuka sektor-sektor yang baru.
“Wisata bahari itu sangat padat karya, contohnya orang mau naik perahu, perahunya mesti dibersihin dan harus ada pasokan untuk air bersih, cuci pakaian dan hal yang lain, penyediaan makanan, jasa-jasa pendukung,” jelas Lembong.
Selain itu, lanjut Kepala BKPM, pariwisata bisa menghasilkan devisa, misalnya wisatawan mancanegara naik perahu untuk berlayar di kepulauan-kepulauan yang semuanya bayar pakai devisa.
“Jadi meskipun angka investasinya di awal mungkin tidak begitu besar, tapi dampak kepada masyarakat, dampak kepada lapangan kerja, dampak kepada penghasilan devisa sangat lumayan,” pungkas Lembong. (DND/GUN/ES)